Home > Budaya

Begini Asal Usul Tradisi Beli Baju Baru Lebaran yang Dinyinyirin Megawati ke Ibu-Ibu

Tradisi membeli baju baru menjelang Lebaran sudah ada sejak abad ke-20.

Para pejabat Pemerintah Hindia Belanda akan berpenampilan dengan pakaian nusantara berupa kain ketat atau pantalon khas masyarakat Eropa. Sementara rakyat biasa mengikuti mode jubah pakaian Arab, atau Kurta milik masyarakat India.

Saat itu kain batik atau kain kebaya hanya dipakai oleh para bangsawan saja sehingga tidak menjadi pilihan. Seiring waktu, pilihan pakaian Lebaran berkembang yang membuat industri tekstil di Hindia Belanda tumbuh subur.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Pastor Lega Dikira Gak Jadi Diterkam Harimau, Ternyata Harimaunya Lagi Baca Doa Makan

Kebiasaan membeli baju Lebaran sempat tersendat di era penjajahan Jepang. Selain karena rakyat semakin susah, boro-boro memikirkan membeli baju Lebaran, bahan kebutuhan pokok saja sulit dijangkau.

Namun tradisi membeli baju Lebaran masih lestari. Terbukti pada 10 hari terakhir Lebaran, masjid mulai sepi sementara pasar, mall dan pusat perbelanjaan malah ramai.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
>
Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image