Begini Asal Usul Tradisi Beli Baju Baru Lebaran yang Dinyinyirin Megawati ke Ibu-Ibu
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri kena semprot netizen, menyusul ucapannya yang menyindir ibu-ibu bisa membeli baju baru tetapi masih tetap mengantre minyak goreng. Pernyataan Megawati dinilai tidak tepat karena minyak goreng adalah kebutuhan pokok yang seharusnya dijamin keberadaannya oleh negara. Terlepas dari kontroversi ucapan Megawati, membeli baju baru menjelang Lebaran memang sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia. Sedulur, begini kisahnya.
Salah satu tradisi yang masih kental terasa di persada umat Islam Indonesia adalah membeli baju baru untuk dipakai di Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Boleh dikata membeli baju baru untuk Lebaran adalah tradisi yang tidak bisa dilepaskan umat Islam Indonesia. Namun, sejak kapan tradisi tersebut dimulai.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Mendingan Sakit Hati daripada Sakit Gigi, Soalnya Gigi Saya Lagi Nyut-nyutan
Penasihat Urusan Pribumi untuk Pemerintah Kolonial Belanda, Snouck Hurgronje mencatat kebiasaan ini dimulai pada awal abad ke-20. "Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan," tulis Snouck dalam suratnya yang termuat dalam "Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936 Jilid IV".
Kebiasaan silaturahim ke saudara, tetangga, kerabat menggunakan pakai serba baru mirip dengan tradisi perayaan tahun baru Eropa. Dalam buku "Islam di Hindia Belanda", Snouck berkata, tradisi baju Lebaran di masa itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat, mulai dari pejabat sampai rakyat biasa.
BACA JUGA: Podcast: Sejak Kapan Tradisi Membeli Baju Baru Lebaran di Indonesia Dimulai?