Home > Budaya

Gus Dur Tergila-gila Nasi Padang yang Diboikot dan Diharamkan

Seandainya tidak ada restoran Padang yang mudah dijangkau, maka kita akan merasakan betapa susahnya mendapatkan makanan yang dapat disantap.
KH Abdurrahman Wahid. Gus Dur merupakan penyuka wisata kuliner, dan yang yang paling dicintainya adalah Nasi Padang. Foto: IST.
KH Abdurrahman Wahid. Gus Dur merupakan penyuka wisata kuliner, dan yang yang paling dicintainya adalah Nasi Padang. Foto: IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Tujuh presiden Indonesia mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, SBY, hingga Jokowi. Gus Dur yang menjadi presiden di era transisi kekuasaan ternyata sangat tergila-gila aneka kreasi kuliner dari Minangkabau alias Nasi Padang.

Salah satu menu favorit Gus Dur adalah olahan makanan yang menggunakan santan seperti gulai atau kalio. Bahkan cucu KH Hasyim Asyari, pendiri NU ini menyukai gulai jeroan!

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Pastor Ledek Kiai Gak Boleh Makan Babi, Kiai Ledek Pastor Gak Boleh Nikah

Di dekat kantor PBNU Jakarta, ada rumah makan yang menjadi langganan Gus Dur. Di rumah makan Padang itu, Gus Dur sering memilih gulai otak sapi dan gulai limpa. Ia pun jatuh cinta kepada dendeng batoko.

Salah satu hobi Gus Dur memang wisata kuliner. Dalam setiap pengembaraannya ke sejumlah daerah, yang dicari bukan hanya perihal menyehatkan jasmani dan rohani, tetapi ada makna lain yang cari oleh Gus Dur. Keragamaman makanan salah satunya. Menuut dia, keragaman makanan yang hadir di Nusantara dianggapnya sebagai manifestasi kebhinekaan Indonesia.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Jauh-Jauh ke Eropa Makannya Rendang Nasi Padang, Kapan Spagetinya?

Kiai Maman Imanulhaq Faqieh dalam buku Fatwa dan Canda Gus Dur (2010) menjelaskan, semakin jauh melangkah mencicipi ragam makanan khas Indonesia, makin jauh pula pemahaman yang didapat terkait keberagaman. Keberagamaan makanan itulah yang dimaksud Gus Dur sebagai kekuatan.

Kekuatan itu mampu mengenalkan generasi muda bahwa Indonesia memiliki toleransi yang tinggi lewat makanan. Gus Dur menyebutkan konsepnya sebagai pluralisme makanan.

BACA JUGA: 7 Menu Jagoan Nasi Padang yang Diharamkan

“Tanpa disadari, makanan merupakan medium pluralisme yang amat nyata. Orang Madura bisa makan di restoran Padang. Sebaliknya, orang Padang bisa makan di restoran Madura. Begitu pula orang Aceh bisa makan di restoran Sunda, dan begitu pula sebaliknya."

"Intinya, melalui aneka ragam masakan yang tersedia di Republik ini, masyarakat melakukan pembaruan secara alami. Secara tidak langsung, perjumpaan dan pergulatan berjalan secara alami melalui medium makanan,” ungkap Kiai Maman Imanulhaq Faqieh.

BACA JUGA: Restoran Nasi Padang Ada Sejak Zaman Belanda, Kok Baru Sekarang Diharamkan

“Ketika orang Madura menyantap makanan Padang, maka pada saat itu pula muncul pengenalan dan pengakuan terhadap kelompok lain. Intinya bahwa orang lain juga mempunyai keistimewaan yang harus dihormati dan dijunjung tinggi."

"Bahkan, bisa dibayangkan jika seandainya tidak ada restoran-restoran Padang yang mudah dijangkau, maka kita akan merasakan betapa susahnya kita untuk mendapatkan makanan yang dapat disantap.”

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Humor Gus Dur: Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa

> Sujiwo Tejo: Indonesia Mayoritas Muslim Kenapa Harus Ada Logo Halal, Tapi Enggak Ada Logo Haram?

> Humor Gus Dur: Presiden Israel Tertawa Topi Yahudi Disebut BH yang Dibelah Dua

> Setelah Wayang, Kini Nasi Padang yang Diharamkan

> Humor Gus Dur: Ormas Gak Jadi Bubarkan Pengajian Gus Dur karena Takut Kualat

> Humor Gus Dur: OPM Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Anggap Saja Umbul-Umbul Sepak Bola

> Humor Gus Dur: Cak Nun Batal Temani Soeharto Tobat Gara-Gara Dikerjain Gus Dur

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image