Home > News

Daging Sapi Mahal, Rendang Nasi Padang yang Diharamkan Terancam Hilang

Harga daging sapi saat ini berada di kisaran Rp 130--135 ribu per kilogram.
Rendang. Lauk rendang terancam hilang dari daftar menu Rumah Makan Padang menyusul mahalnya daging sapi di pasaran. Foto: Republika.
Rendang. Lauk rendang terancam hilang dari daftar menu Rumah Makan Padang menyusul mahalnya daging sapi di pasaran. Foto: Republika.

KURUSETRA -- Pada akhir Februari hingga awal Maret 2022 lalu, lauk rendang nyaris hilang dari menu Nasi Padang. Alasannya, harga daging sapi meroket menyusul ancaman pedagang daging yang mogok jualan. Para pedagang rumah makan Padang pun putar otak, karena tidak mungkin rasanya menghapus rendang dari menu utama.

Situasi itu tentu wajar, mengingat daging sapi adalah bahan dasar pembuatan sajian rendang. Makanan ini menjadi menu andalan rumah makan Padang, meski beberapa waktu lalu ada seruan memboikot dan mengharamkan Nasi Padang.

Di awal Maret lalu, harga daging sapi merangkak naik, dari Rp 90 ribu per kilogram menjadi Rp 120 ribu per kilogram hingga menyentuh Rp 140--150 ribu per kilogram. Kementerian Perdagangan mengatakan kenaikan harga daging sapi yang mencapai Rp 150 ribu per kilogram karena dipicu adanya salah satu negara pengekspor sapi ke Indonesia yakni Australia yang mulai membatasi ekspor menjadi hanya 40 persen dari jumlah normal.

Daging Sapi Mahal. Mahalnya harga daging sapi membuat rendang terancam hilang dari daftar menu Nasi Padang. Foto: Republika.
Daging Sapi Mahal. Mahalnya harga daging sapi membuat rendang terancam hilang dari daftar menu Nasi Padang. Foto: Republika.

Pemerintah pun sempat mengeluarkan kebijakan untuk menekan harga daging sapi agar tidak mengalami kenaikan. Apalagi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan, pemerintah perlu mencari negara alternatif impor daging sapi selain Australia untuk memastikan keterjangkauan harga dan kecukupan ketersediaan daging sapi menjelang Lebaran pada Mei nanti. “Perlu ada negara alternatif impor selain Australia yang mampu memenuhi permintaan daging sapi dalam negeri dengan harga terjangkau. Ini perlu dilakukan dengan cepat,” kata Moeldoko.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Jauh-Jauh ke Eropa Makannya Rendang Nasi Padang, Kapan Spagetinya?

Meski cenderung turun, harga daging sapi masih relatif mahal yakni Rp 130--135 ribu per kilogram. Tingginya harga daging sapi hingga hari ini, menurut Dekan Sekolah Vokasi IPB University Dr Arief Daryanto karena kenaikan harga daging sapi akibat permintaan yang meningkat, sementara pasokan menipis dibandingkan sebelumnya.

"Dari sisi permintaan daging sapi saat ini terjadi kenaikan konsumsi per kapita. Orang Indonesia makan 3,1 kilogram daging sapi per orang per tahun dan diperkirakan pada tahun ini dengan membaiknya perekonomian nasional pascapandemi, maka permintaan akan meningkat," kata Arief seperti dinukil dari Antara.

BACA JUGA: Rendang Nasi Padang Makanan Terenak Nomor Satu di Dunia, Yakin Mau Diharamkan?

Menurut dia, daya beli masyarakat perlahan mulai meningkat seiring dengan ekspektasi positif terhadap pemulihan ekonomi dan penanggulangan pandemi, dukungan vaksinasi, dan protokol kesehatan yang semakin baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 sebesar 3,7 persen dan pada 2022 diperkirakan, perekonomian Indonesia tumbuh 5,2 persen.

Sementara dari sisi pasokan, pada tahun 2021, jumlah pasokan sapi yang diekspor dari Australia ke Indonesia berkurang jika dibandingkan dengan sebelum COVID-19. Biasanya, ekspor sapi dapat mencapai 50 ribu ton lebih, namun pada 2021 hanya 45 ribu ton.

BACA JUGA: Resep Rahasia Rendang Nasi Padang yang Diharamkan, Dijamin Lamak Bana

Arief mengatakan perkiraan ekspor sapi oleh Australia ke Indonesia tahun ini akan kembali normal ke 50 ribu ton. Data-data di atas mendukung penjelasan dari sisi permintaan yang meningkat pesat.

"Dari sisi penawaran dapat dijelaskan bahwa pada saat ini terdapat persaingan yang sangat tinggi untuk mendapatkan daging dari Australia karena permintaan global pun meningkat," kata Arief.

BACA JUGA: Restoran Nasi Padang Ada Sejak Zaman Belanda, Kok Baru Sekarang Diharamkan

MAKANAN TERENAK SEJAGAT RAYA
Rumah Makan Padang adalah salah satu aset yang dimiliki Indonesia. Kelezatan yang tidak banding membuat sejumlah lauknya menjadi incaran rakyat Indonesia, bahkan hingga menjadi buruan masyarakat internasional.

Apalagi kepopuleran rendang makin meroket setelah kedatangan Gordon Ramsay ke Sumatera Barat yang tertantang untuk membuat rendang. Jadi, alangkah sayangnya jika kita menuruti ajakan segelintir netizen yang ingin memboikot produk Minang dan mengharamkan membeli Nasi Padang.

BACA JUGA: Siapa Kakek yang Fotonya Sering Dipajang di Rumah Makan Nasi Padang yang Diharamkan

Berdasarkan survei CNN Internasional pada 2011, rendang menduduki peringkat pertama dalam World’s 50 Delicious Food. Dalam survei tersebut, rendang mengalahkan berbagai makanan dari negara-negara lain, seperti sushi dari Jepang, pad thai dari Thailand, hingga peking duck dari China.

Prestasi ini membuat kelezatan rendang tidak hanya pas untuk orang Minang dan Indonesia, tapi juga cocok di lidah masyarakat internasional. Apalagi rendang memiliki keistimewaan, yakni tidak cepat basi dan bisa bertahan lama. Tak heran jika sejak dahulu, masyarakat Sumatra Barat yang dikenal kerap merantau memanfaatkan makanan yang bisa awet dan tahan lama sebagai bekal. Rendang adalah jawabannya.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Setelah Wayang, Kini Nasi Padang yang Diharamkan
> Sujiwo Tejo: Babi Saja Buatan Tuhan Diharamkan, Apalagi Wayang Buatan Manusia

> Humor Gus Dur: Ormas Gak Jadi Bubarkan Pengajian Gus Dur karena Takut Kualat > Gus Baha: Sunan Giri Sebut Wayang Haram, Sunan Kudus Bilang Digepengkan Biar Halal
> Viral Pernikahan Beda Agama di Semarang, Mempelai Wanita Berhijab Ikut Pemberkatan di Gereja

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image