Home > Sejarah

Jatinegara Dulunya Wilayah Pinggiran Batavia, Matraman Masih Hutan Belukar

Di wilayah perbatasan seperti Meester Cornelis (Jatinegara) biasanya diadakan Siskamling.
Wilayah perbatasan Matraman dengan Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1867,
Wilayah perbatasan Matraman dengan Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1867,

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Matraman pada 1867 adalah sebuah daerah perbatasan Batavia-Meester Cornelis (Jatinegara). Meester Cornelis adalah tanah partikelir saat itu. Batavia dan Meester Cornelis baru disatukan dalam kotapraja pada 1930-an.

Di sejumlah wilayah perbatasan, termasuk Meester Cornelis, biasanya terdapat sebuah gardu dari kayu yang dilengkapi sebuah kentongan (tontong) untuk warga menggelar siskamling (sistem keamanan lingkungan) di malam hari. Kentongan berfungsi sebagai alarm atau tanda bahaya dipukul bila terjadi kebakaran, kerusuhan, dan peristiwa kriminal.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Zaman Orba, WNI Periksa Gigi ke Singapura, Alasannya Takut Buka Mulut di Indonesia

Mendengar tanda bahaya ini, kampung yang berdekatan dengan gardu melakukan pemukulan pula hingga tanda bahaya saling bersahutan dan membuat warga siaga. Maklum, kala itu antarkampung yang sebagian besar masih belukar letaknya agak berjauhan. Seperti terlihat dalam foto, hutan belukar masih menutupi daerah Matraman yang kini jadi salah satu pusat kemacetan di ibu kota, Jakarta.

Sekitar 1870, seorang pelancong dari Solo–Rd Arya Sastradarma–ketika berkunjung ke Batavia menulis: ”Peraturan kepolisian dijalankan dengan keras dan cermat. Semua perkara dan persoalan diselesaikan dengan cepat dan tak memungut bayaran sama sekali."

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Makanan Paling Haram Itu Babi Mengandung Babi tanpa Tahu Bapaknya Jadi Sate Babi

Setiap pria berusia 15 tahun wajib memiliki KTP dengan membayar 25 sen pada kelurahan. Jika bepergian, KTP harus dibawa. Yang tidak membawa KTP dikenai hukuman kurung lima hari.

Dia juga melaporkan, tiap penduduk kampung mendapat tugas jaga bergilir. Di tiap gardu, siang dan malam ada penjaganya. Siang dua orang dan malam lima orang. Tugas ronda dimulai pukul 8 malam hingga 5 pagi.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Di Pesantren Santri Dilarang Merokok, Kalau Kiai Boleh

Oleh mereka, kentungan untuk kebakaran dibunyikan secara berturut-turut. Sedangkan untuk orang mengamuk ataupun peristiwa kriminal kentungan dipukul tiga kali berturut-turut. Dengan demikian, masyarakat di Batavia mengetahui apa yang terjadi bila mendengar kentungan.

Tiap penduduk kampung mendapat tugas jaga secara bergilir. Rakyat dilarang berjudi. Segala bentuk perjudian dilarang dan terhadap pelakunya akan dijatuhi hukuman berat.

BACA JUGA: Mau Diboikot dan Diharamkan, Nasi Padang Ternyata Jadi Favorit Anggota BTS, SNSD, dan Maher Zain

Perbuatan zina juga dikenakan larangan keras. Penduduk dilarang berkelahi dan pertikaian harus diselesaikan oleh petugas keamanan. Membawa senjata tajam terutama di malam hari dikenakan larangan. Akibatnya, tulis pelancong dari Solo itu, Kota Batavia aman dan tenteram tidak pernah terjadi pencurian.

Penduduk asli Betawi menamakan dirinya orang Selam. Hubungan mereka dengan orang Cina akrab. Seperti dalam perdagangan. Tidak heran bila orang Selam sedikit mengerti bahasa Cina, khususnya dalam hitung-menghitung.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
>
Humor Gus Dur: Pura-Pura Tangkap Santri Pencuri Ikan Kiai, Padahal Ikut Bantuin
> 7 Menu Jagoan Nasi Padang yang Diharamkan
> Rendang Nasi Padang Makanan Terenak Nomor Satu di Dunia, Yakin Mau Diharamkan?
> Restoran Nasi Padang Ada Sejak Zaman Belanda, Kok Baru Sekarang Diharamkan
> Humor Gus Dur: Jauh-Jauh ke Eropa Makannya Rendang Nasi Padang, Kapan Spagetinya?

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image