Melamar Anak Gadis Orang di Era Orde Lama
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Di Jakarta tahun 1950-1960an, tempat hiburan paling disukai adalah bioskop. Maklum kafe, mal, dan night club belum muncul. Televisi baru dinikmati 1962 dan masih hitam putih.
Bioskop-bioskop kelas satu seperti Metropole, Menteng, Garden Hall, dan Capitol meskipun harganya lebih mahal, tapi masih bisa terjangkau oleh rakyat biasa. Hanya beberapa hari mengumpulkan uang jajan sekolah kita dapat menikmati film-film AS dan Barat (terutama Italia).
BACA JUGA: Sejak Kapal Uap dan Terusan Suez Beroperasi, Bangsa Eropa Makin Banyak ke Batavia
Waktu itu, bioskop terbagi dalam kelas-kelas. Seperti balkon, loge (baca lose), stalles (kelas I), dan kelas II (yang letaknya di bagian depan dekat layar).
Kalau saja kita mau lebih serius untuk mendapatkan pujaan hati, kita terlebih dulu harus mendatangi rumah si gadis. Kala itu namanya ngelancong artinya bertandang. Sang pemuda ngelancong ke rumah si gadis, setelah diketahui ayah si gadis tidak keberatan untuk menerimanya sebagai calon menantu.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Makanan Paling Haram Itu Babi Mengandung Babi tanpa Tahu Bapaknya Jadi Sate Babi
Peraturan ngelancong sekarang ini jauh lebih longgar. Wanita sudah bebas diajak ke mana-mana zonder (tanpa) permisi pada bokap dan nyokap. Yang sudah kasih itu kebebasan yang dianggap tabu di zaman baheula.
Dulu, si pemuda saat ngelancong hanya ditemani oleh calon mertoku. Si gadis hanya boleh bertemu dengan calon suaminya dengan mengintip dari celah-celah jendela di sebelah dalam pintu rumah. Sementara si perjaka tetap tinggal di beranda luar sambil sebentar-sebentar mengintip ke arah jendela.
BACA JUGA: Kenalan dengan Gadis Bensin 1950-an: Neng, Sendirian Aje, Dijawab Berdua Ame yang Nanya
Karenanya ada jejaka yang nekat memilih duduk di bawah jendela. Sewaktu ayah si gadis lengah atau keluar rumah sebentar, sang jejaka memasukkan jari-jarinya ke cela-celah jendela. Tentu saja disambut si gadis dan keduanya merasa sukses bisa bersalaman dan remesan jari di malam itu.
Ngelancong yang dilakukan tiap malam itu tidak boleh berlarut-larut. Biasanya tidak lebih dua bulan. Kemudian ayah si gadis minta pada calon mantu supaya orang tuanya datang meminang putrinya.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Zaman Orba, WNI Periksa Gigi ke Singapura, Alasannya Takut Buka Mulut di Indonesia
Biasanya saat melamar tidak secara langsung. Jalannya berliku-liku. Untuk itu dicarilah orang yang kenal baik dengan ayah dan ibu si gadis.
Biasanya wanita yang dijuluki ‘mak jomblang’, datang ke rumah si gadis sambil membawa sedikit hadiah sebagai ‘tanda putus’. Berarti pertunangan telah disahkan sambil kemudian menetapkan tanggal perkawinan. Biasanya juga tidak lama. Hanya dua atau tiga bulan, maka pasangan ini sudah menjadi suami-istri.
JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Humor Gus Dur: Pura-Pura Tangkap Santri Pencuri Ikan Kiai, Padahal Ikut Bantuin
> 7 Menu Jagoan Nasi Padang yang Diharamkan
> Rendang Nasi Padang Makanan Terenak Nomor Satu di Dunia, Yakin Mau Diharamkan?
> Restoran Nasi Padang Ada Sejak Zaman Belanda, Kok Baru Sekarang Diharamkan
> Humor Gus Dur: Jauh-Jauh ke Eropa Makannya Rendang Nasi Padang, Kapan Spagetinya?
TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.