Home > Sejarah

Kenalan dengan Gadis Bensin 1950-an: Neng, Sendirian Aje, Dijawab Berdua Ame yang Nanya

Pada 1950-an banyak muda mudi yang bertemu dengan jodohnya di Museum Gajah, hingga gedung itu dijuluki Gedung Jodoh.
Lalu lintas di Jakarta tahun 1950-an. Pada medio 1950-an, muda-mudi saat itu saling lirik di Gedung Museum Nasional atau Museum Gajah. Saking seringnya mempertemukan banyak pasangan, gedung ini disebut sebagai
Lalu lintas di Jakarta tahun 1950-an. Pada medio 1950-an, muda-mudi saat itu saling lirik di Gedung Museum Nasional atau Museum Gajah. Saking seringnya mempertemukan banyak pasangan, gedung ini disebut sebagai "Gedung Jodoh". Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Beberapa tahun lalu, Alwi Shahab mendatangani Museum Nasional di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Di ruang tengah bagian belakang gedung yang memiliki 141.899 buah koleksi. Di aula yang cukup luas, di tengah-tengah patung dan berbagai benda seni, di sinilah pada 1950-an tiap Ahad pagi hingga siang diselenggarakan pertunjukan kesenian wayang golek. Pesindennya Upit Sarimanah dengan dalang terkenal Teteng Djohari.

Ketika hendak memasuki gedung museum, seorang petugas mengatakan, rata-rata pengunjungnya sekitar 100 orang per hari. Abah Alwi merasakan jumlah itu sedikit sekali dibandingkan pengunjung 1950-an meski sebagian besar ingin nonton kesenian yang mencapai mendekati ribuan pengunjung.

BACA JUGA: Sejak Kapal Uap dan Terusan Suez Beroperasi, Bangsa Eropa Makin Banyak ke Batavia

Banyak nama yang diberikan untuk gedung Museum Nasional. Di antaranya Gedung Gajah. Itu karena di halaman mukanya terdapat patung gajah pemberian raja Thailand ketika berkunjung ke Batavia pada abad ke-19.

Ada juga sebutan Gedung Arca karena terdapat ribuan arca (patung). Tapi, tidak kurang banyaknya yang menyebut Gedung Jodoh.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Makanan Paling Haram Itu Babi Mengandung Babi tanpa Tahu Bapaknya Jadi Sate Babi

Mengapa demikian? Di gedung inilah tiap Ahad pagi para gadis yang berdandan seelok mungkin, rambut dirol meniru noni-noni Belanda dan para perjaka yang berjambul saling pandang. Asal penampilan yahud dan punya keberanian, pacaran bisa berjalan mulus.

Seperti si Mamad ketika menegur seorang gadis mengenakan bebe (rok) warna merah memberanikan diri bertanya, ”Sendirian, nih?”

Dijawab, ”Bedua ame yang nanya.”

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Zaman Orba, WNI Periksa Gigi ke Singapura, Alasannya Takut Buka Mulut di Indonesia

Pacaran tempo doeloe tidak perlu banyak keluar duit. Restoran masih sedikit, kafe dan mal belum muncul. Ketika itu, di depan museum (Lapangan Gambir, kini Monas), masih banyak dijumpai pohon sengon dan beringin. Di sana orang bisa berjualan atau berteduh. Bermacam-macam makanan Betawi dijual di lapangan yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) itu.

Mulai dari sop kaki, sop buntut yang dipercaya bisa meningkatkan stamina pria, sop kambing sampai soto daging yang disebut soto Betawi. Kuah soto bersantan diisi dengan daging, iso, babat, dan paru yang kini dikenal dengan istilah jeroan.

BACA JUGA: Boikot dan Haramkan Produk Minang, Jadi Teringat Bule Norwegia yang Ciptakan Lagu Nasi Padang

Kini ditakuti karena kolesterolnya tinggi. Tapi dulu, sakit jantung merupakan penyakit kesepuluh penyebab kematian yang kini melompat jadi penyebab kematian nomor wahid.

Dengan koleksi ratusan ribu benda bersejarah, sejak pertengahan 1990-an Museum Nasional diperluas ke samping bagian kiri. Untuk itu, Jalan Museum salah satu kawasan elite harus rela tergusur dan tidak satu pun rumah dan kantor tersisa.

BACA JUGA: Logo Halal Gunungan Wayang, Muncul Logo Halal Seperti Lambang Rumah Makan Nasi Padang

Dulu di salah satu rumah cukup luas di Jl Museum merupakan tempat dansa-dansi. Yang datang tentu saja muda-mudi. Sambil berdansa kalau cocok mereka bisa bikin janjian.

Tapi, diperlukan doku yang lebih tebal. Apalagi kalau punya motor mudah mengajak gadis jalan-jalan. Motor yang sekarang jumlahnya jutaan hingga jadi penyebab utama kemacetan di Jakarta, ketika itu merupakan barang mewah.

Apalagi kalau memiliki scooter mudah menggaet gadis. Hingga ada istilah ‘gadis bensin’.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
>
Humor Gus Dur: Pura-Pura Tangkap Santri Pencuri Ikan Kiai, Padahal Ikut Bantuin
> 7 Menu Jagoan Nasi Padang yang Diharamkan> Rendang Nasi Padang Makanan Terenak Nomor Satu di Dunia, Yakin Mau Diharamkan?
> Restoran Nasi Padang Ada Sejak Zaman Belanda, Kok Baru Sekarang Diharamkan
> Humor Gus Dur: Jauh-Jauh ke Eropa Makannya Rendang Nasi Padang, Kapan Spagetinya?

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:Sis

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image