Home > Sejarah

Bagi Orang Betawi Komunis Lebih dari Iblis, Iblis Masih Percaya Tuhan, Komunis Tidak

Orang Betawi yang kuat memegang agama tidak senang terhadap komunis.
Partai Komunis Indonesia (PKI). Orang Betawi yang kuat memegang agama tidak senang terhadap komunis.
Partai Komunis Indonesia (PKI). Orang Betawi yang kuat memegang agama tidak senang terhadap komunis.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur.. Tingginya toleransi orang Betawi terhadap pendatang, menurut Ketua LKB H Irwan Sjafi’ie terjadi karena memegang kuat agamanya. Mereka tidak mau berprasangka buruk (suudzon), apalagi terhadap orang yang belum mereka kenal.

Orang Betawi juga jarang yang mau memamerkan ilmu dan kekayaan pada orang luar. Karena pengaruh Islam itulah orang Betawi anti-komunis.

BACA JUGA: Perbedaan Nasi Kapau dengan Nasi Padang yang Diboikot dan Diharamkan

Terbukti ketika ada kekuatan-kekuatan yang ingin menghidupkan kembali komunisme, Ikatan Keluarga Besar Tenabang (IKBT) dan berbagai ormas Betawi lainnya, siap berhadapan dengan mereka. ”Bagi orang Betawi, komunis itu lebih dari setan dan iblis. Karena setan dan iblis masih percaya sama Tuhan. Sedangkan komunis tidak mengakui Tuhan,” kata Irwan.

Orang Betawi tidak senang terhadap komunis, mengikuti para ulamanya. Di samping itu, para ulama Betawi merupakan figur-figur yang tidak mau dikultuskan.

BACA JUGA: Benyamin Sueb: Coba Kalo Jakarta Itu di Padang, Kan Sulit Dibangun karena Adatnya Kuat

Menurut budayawan Betawi Ridwan Saidi, karena sejak dulu orang Betawi mendapatkan Islam melalui madrasah yang merupakan pendidikan modern. Apalagi sejak awal abad ke-20 telah berdiri madrasah Jamiatul Khair (1901), Unwanul Falah (1906) dan Al-Irsyad (1912).

"Apabila di sana-sini ada murid-murid yang ingin mengkultuskan ulamanya, seperti yang telah meninggal dunia, justru keluarga ulama itu sendirilah yang mencegahnya," kata Irwan. Sedangkan Ridwan mencontohkan, Habib Usman bin Yahya, yang kitab-kitab karangannya hingga kini masih digunakan di pengajian-pengajian tradisional.

”Orang Betawi umumnya kagak tahu di mana ia dimakamkan. Juga tidak kedengaran pernah diadakan haul untuk ulama tempo doeloe ini."

BACA JUGA: Pejabat Turki Ottoman Nikahi Putri Panglima Perang Pangeran Diponegoro

Ulama-ulama Betawi tempo doeloe karena berhadapan langsung dengan penjajah, selain mengajar ilmu agama, juga ilmu bela diri atau silat, yang oleh orang Betawi disebut maen pukulan. Tetapi, kata Irwan, mereka tidak pernah mengajarkan ilmu yang aneh-aneh, seperti menjadikan si murid kemasukan roh halus.

Di samping ulama, tokoh yang disegani masyarakat Betawi adalah jagoan. Tetapi, jagoan jangan diartikan sebagai preman yang tidak selalu berbuat kejahatan.

BACA JUGA: Viral Pernikahan Beda Agama di Semarang, Mempelai Wanita Berhijab Ikut Pemberkatan di Gereja

Mereka adalah semacam jawara kampung yang menjadi ‘palang dade’, benteng penghalang orang yang datang dari luar yang ingin mengganggu keamanan kampung. Prinsip jagoan Betawi: "Tidak ingin menjual. Tapi kalau lawan mau menjual, kita akan beli.”

Di masa lalu, di tiap-tiap kampung pasti ada dua tokoh: ulama dan jagoan. Antara ulama dan jagoan tidak konfrontatif. Bahkan saling bantu membantu. Terbukti pada masa revolusi fisik ketika para ulama turut mendorong para pemuda dan jagoan untuk maju ke front depan. Bahkan, tidak sedikit ulama yang turut serta memanggul senjata melawan NICA.

BACA JUGA: Gus Baha: Sampai Mati Pun tak Ada Dalil Membolehkan Nikah Beda Agama

Untuk itu, Irwan mengungkapkahn istilah Betawi : ”Setiap hutan tentu ada macannya". Yang dimaksud hutan adalah kampung. Sedangkan macan bisa ulama, bisa jagoan.

Para jagoan sangat hormat dan segan pada ulama. Karena ulamalah figur yang paling dihormati. Mungkin sekarang sudah banyak berubah.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Gus Baha: Sampai Mati Pun tak Ada Dalil Membolehkan Nikah Beda Agama
> Humor Gus Dur: Tak Sengaja Bercanda di Depan Uskup, Kenapa Belum Kawin, Padahal Kawin Itu Enak
>
Humor Gus Dur: Cak Nun Batal Temani Soeharto Tobat Gara-Gara Dikerjain Gus Dur
> Humor Gus Dur: Ditegur Gus Mus karena Dicium Artis Cantik, Dijawab Sampeyan Jangan Pengen
> Siapa Kakek yang Fotonya Sering Dipajang di Rumah Makan Nasi Padang yang Diharamkan

> Gus Baha: Sampai Mati Pun tak Ada Dalil Membolehkan Nikah Beda Agama

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image