Home > Sejarah

Jenderal Soedirman Marah Soekarno tak Mau Ikut Berperang pada 1 Maret 1949

Jenderal Soedirman yang ingin perang total marah kepada Soekarno memilih jadi tawanan Belanda
Soekarno dan Jenderal Soedirman. Saat Agresi Militer Belanda, Jenderal Soedirman menginginkan perang total dan meminta Soekarno ikut bergerilya. Tetapi Soekarno mengingkari janjinya untuk ikut berperang bersama Soedirman dan memilih menjadi tawanan Belanda.
Soekarno dan Jenderal Soedirman. Saat Agresi Militer Belanda, Jenderal Soedirman menginginkan perang total dan meminta Soekarno ikut bergerilya. Tetapi Soekarno mengingkari janjinya untuk ikut berperang bersama Soedirman dan memilih menjadi tawanan Belanda.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bersahabat tapi sempat bertengkar. Presiden Soekarno dan Panglima Besar Jenderal Soedirman pernah bersitegang saat Agresi Militer II Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Soekarno ditahan dan memilih berunding dengan Belanda, tapi Jenderal Soedirman pantang mengikuti kemauan penjajah.

Jenderal Soedirman mengajak Soekarno bergerilya, ikut berperang. Namun Soekarno menolak.

Sebelum pasukan payung militer Belanda mendarat dan menguasai bandara Maguwo, Jenderal Soedirman mendatangi Soekarno. “Saya minta dengan sangat agar Bung Karno turut menyingkir. Rencana saya akan meninggalkan kota ini dan masuk hutan. Bung, pergilah bersama saya," kata Soedirman memohon.

BACA JUGA: Gus Dur Nonton Wayang Ngumpet-Ngumpet karena Takut Diomelin Mbah Hasyim

Pagi itu Soekarno sedang berpakaian. “Engkau seorang prajurit. Tempatmu di medan pertempuran dengan anak buahmu. Dan tempatmu bukan pelarian untukku. Aku harus tinggal di sini sehingga memungkinkan aku untuk berunding dan memimpin rakyat kita semua," kata Sukarno dalam autobiografi Penyambung Lidah Rakyat (2007).

Jenderal Soedirman kembali bertanya apakah ada perintah sebelum pergi bergerilya. “Apakah ada instruksi terakhir sebelum saya berangkat?” tanya Soedirman.

“Jangan adakan pertempuran di jalanan dalam kota. Kita tidak mungkin menang. Tetapi pindahkanlah tentaramu ke luar kota, Dirman. Dan berjuanglah sampai mati. Aku perintahkan kepadamu untuk menyebar tentara ke desa-desa.”

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Ziarah ke Orang Mati Lebih Baik karena Gak Mungkin Nipu

Jenderal Soedirman kecewa dengan keputusan Soekarno yang memilih bertahan di Ibu Kota ketimbang ikut perang bergerilya bersama tentara. Ada yang beranggapan jika Soekarno ikut bergerilya akan menyusakan pasukan dan cepat atau lambat akan tertangkap. Hingga akhirnya Soekarno memilih ditawan pada 19 Desember 1948. “Soekarno yang berjanji memimpin gerilya kalau Yogyakarta diserang akhirnya memilih menyerah kepada Belanda,” tulis Salim Said dalam Gestapu 65: PKI, Aidit, Soekarno dan Soeharto (2015).

Dalam autobiografinya, Soeharto menjelaskan perihal situasi genting pada 1949 tersebut. Ia menyebut memberi kesempata kepada pemerintah di Kota Yogyakarta supaya mengungsi dan melakukan bumi hangus. “Tetapi ternyata yang mau mengungsi adalah Pak Dirman dalam keadaan sakit. Bung Karno dan Bung Hatta memutuskan untuk tinggal di tempat. Nyatanya mereka ditawan Belanda.”

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Harmoko Lempar Jumrah Batunya Balik Lagi, Dibisiki Sesama Setan Jangan Saling Lempar

Kekecewaan tentara kepada Soekarno juga diungkapkan A.H Nasution. “Memang cukup mengecewakan berita-berita yang masuk ke daerah gerilya, terutama tentang kejadian di Istana dan lain-lain di tempat resmi. Pembesar Republik yang tertinggi keluar dengan pembawa bendera putih dan kemudian ditawan Belanda. Sukarno minta dijamin keselamatan dirinya, anggota-anggota kabinet, dan keluarganya, serta pembantu-pembantunya, dan berjanji tidak akan meninggalkan Istana.”

SOEDIRMAN INGIN PERANG TOTAL
Jenderal Soedirman saat itu menginginkan tentara Indonesia bersama rakyat perang total melawan Agresi Militer Belanda. Namun, Soekarno memilih tertangkap tanpa perlawanan yang diduga untuk mendapatkan perhatian dari dunia internasional.

Seperti diulas di atas, Soekarno berpikir akan sia-sia ikut perang gerilya kalau toh akhirnya tertangkap. Karena itu, Soekarno memerintahkan Letkol Soeharto menjemput Jenderal Soedirman di hutan.

BACA JUGA: Soeharto Hampir Tertipu Bayi Ajaib yang Bisa Bicara dari Dalam Kandungan

Jenderal Soedirman yang marah tentu enggan menuruti perintah. Di perang gerilya Jenderal Soedirman bersama pasukannya sudah habis-habisan, hingga ditandu ketika paru-parunya mati sebelah.

Namun, jiwa prajurit Jenderal Soedirman memaksanya pulang. Dia menuruti perintah kembali ke Ibu Kota.

BACA JUGA: Cak Nun: Apakah Rasulullah Pernah Mengajarkan Tembang Tolak Bala?

Saat itulah ada momen unik saat Soekarno memeluk Jenderal Soedirman. Frans Mendur, ahli potret dari IPPHOS dan juru foto kesayangan Soekarno diperintahkan mengabadikan pertemuan itu.

Jenderal Soedirman datang ke Gedung Agung, tempat tinggal Soekarno. Namun, Jenderal Soedirman yang masih marah hanya diam saja. Soekarno pun berinisiatif mencairkan suasana yang membeku tersebut. Ia menghampiri Soedirman lalu memeluknya.

BACA JUGA: Presiden Di-Prank: SBY Ditipu Joko yang Mengaku Bisa Produksi Bahan Bakar dari Air

Namun, Soekarno merasa pelukannya dengan Jenderal Soedirman terkesan kaku, sehingga foto berpelukan itu harus diulang. Maklum, Jenderal Soedirman masih marah kala itu. Frans Mendur tidak mendapatkan gambar yang bagus saat pelukan pertama.

“Ya sudah diulangi lagi adegan zoetnjes-nya,” kata Soekarno.

BACA JUGA: Soekarno Paksa Rusia Turuti Perintahnya

Soekarno lalu meminta Soedirman mendekat. “Ayo supaya lebih dramatik,” kata Soekarno.

Soedirman menurut, dan jadilah gambar beku pelukan itu menjadi foto paling terkenal sebagai “foto penutup perang Revolusi 1945-1949”.

BACA JUGA:
Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

Humor Gus Dur: Bikin Heboh Indonesia Mengaku Keturunan China Bermarga Tan di Singapura
Sujiwo Tejo: Wayang Diharamkan ya Monggo, Toh Sudah Sejak Zaman Sunan Giri

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image