Home > Sejarah

KH Idham Chalid Bertemu Rasulullah di Penjara Sebelum Dieksekusi Mati Belanda

Kiai Idham Chalid disiksa di penjara Belanda hingga tulang punggungnya bengkok.
Kiai Idham Chalid disiksa di penjara Belanda hingga tulang punggungnya bengkok.
Kiai Idham Chalid disiksa di penjara Belanda hingga tulang punggungnya bengkok.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... KH Idham Chalid tidak hanya ulama penjaga pesantren saja. Dalam catatan sejarah, beliau ikut berjuang di lapangan mulai dari pra kemerdekaan hingga pascamerdeka untuk mempertahankan kedaulatan bangsa. Bahkan, Kiai Idham Chalid mendapatkan siksaan hingga tulang punggungnya bengkok saat dipenjara oleh Belanda.

Namun, ada hikmah di setiap kejadian. Seperti yang dialami Kiai Idham Chalid, di dalam penjara tersebut beliau bertemu dengan Rasulullah shalallahu alahi wassalam.

BACA JUGA: Bung Tomo, Orator Pertempuran 10 November Itu Meninggal Saat Wukuf di Arafah

Cerita tentang pertemuan itu bermula ketika Belanda melancarkan Agresi Militer I pada 1947 dan Agresi Militer 2 pada 1948. Serangan itu tidak hanya membuat darah para pejuang mendidih, tetapi para kiai di Nusantara juga turun tangan mempertahankan kedaulatan bangsa.

KH Idham Chalid, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1956-1984 saat itu masuk dalam Dewan Banjar yang dibentuk Belanda. Dewan Banjar dibentuk untuk melancarkan misinya menguasai Indonesia. Pembentukan dewan-dewan daerah itu guna meloloskan misi mereka untuk membuat federasi sehingga kekuatan Indonesia terpecah belah.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Saya Jadi Presiden Modal Dengkul, Itu Juga Dengkul Amien Rais

Awalnya Indonesia membiarkan Dewan Banjar. Namun, pesan Bung Hatta agar turut masuk dalam sistem tersebut untuk mewarnai kebijakan yang diputuskan. Kiai Idham pun terpilih menjadi salah satu anggota dewan tersebut dengan mendapatkan 40 suara dari 45 suara yang diperebutkan.

Dalam berjalannya waktu, dewan daerah yang dibentuk justru menentang kebijakan-kebijakan Belanda. Orang-orang yang mendukung pembentukan Indonesia sebagai negara republik, termasuk Kiai Idham, pun ditangkap.

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

Tentu saja hal tersebut membuat banyak masyarakat Kalimantan khawatir akan keselamatannya. Inspektur Gusti Miskat sebagai salah seorang yang kerap dimintai Belanda menginterogasi orang pun diminta banyak warga agar menjaga tokoh yang sudah dianggap sebagai Guru, sebutan untuk ulama di Kalimantan, tersebut.

Kiai Idham dalam bukunya, Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid: Tanggung Jawab Politik NU dalam Sejarah bercerita, selama 40 hari ditahan, ia mendapat siksaan yang sangat parah sampai membuat tulang punggungnya bengkok dan baru diketahui setelah bertahun-tahun kemudian. Kiai Idham ditendang ke sana ke mari seperti bola dan disiksa dengan cara disetrum.

BACA JUGA: Cak Nun: Apakah Rasulullah Pernah Mengajarkan Tembang Tolak Bala?

Semua siksaan yang didapatkan Kiai Idham Chalid tidak lebih menyakitkan dari kawan-kawan seperjuangannya di penjara. Ia melihat langsung bagaimana kawan-kawannya, termasuk seorang perempuan, disiksa Belanda di depan matanya.

Suatu ketika, ulama kelahiran Amuntai, 27 Agustus 1922 M bertepatan dengan 5 Muharram 1341 H itu ditakut-takuti oleh Si Macan, penjaga sel dari Belanda yang sangat galak. “Baca doa banyak-banyak, ya. Besok Guru akan kita kirim ke akhirat,” katanya dengan bahasa Belanda yang nyaring terdengar di muka lubang pintu.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Ziarah ke Orang Mati Lebih Baik karena Gak Mungkin Nipu

Mendengar gertakan demikian, Kiai Idham berpikir bakal ditembak mati. Kawan-kawan di kamar sampingnya memang sudah ada yang ditembak.

Jangan-jangan besok itu memang gilirannya. Kiai Idham langsung menjalankan nasihat Belanda itu. Selepas shalat Isya, ia pun menjalankan shalat hajat sebanyak 41 kali. Artinya, ia melakukan shalat 82 rakaat.

BACA JUGA: Wirda Mansur Mimpi Bertemu Rasulullah dan Abu Bakar, Dimarahi karena tak Mau Menghafal Alquran

Selama tiga hingga empat jam, ia menjalankan shalat 85 rakaat shalat sunnah ditambah tiga rakaat shalat witir di akhirnya. Setelah itu, Kiai Idham pun mengistirahatkan tubuhnya.

Saat itulah, ia bertemu dengan Rasulullah saw. Pertemuan itu dimulai dengan ajakan sepupunya yang ia kenal taat beribadah, yaitu H Abdul Manan yang saat itu masih hidup. Salah satu amalan yang dilakukan sepupunya adalah membersihkan masjid saban Jumat.

BACA JUGA: Berapa Kecepatan Rasulullah Saat Melakukan Isra Miraj?

Meskipun ia seorang berada dengan toko yang dimilikinya, saat Jumat, ia sudah tiba di masjid pukul 09.00 pagi untuk membersihkan tempat ibadah itu selepas shalat tahiyatul masjid. Dalam mimpi itu, H Abdul Manan mengajak Kiai Idham bertemu Rasulullah.

Kiai Idham sempat bertanya mengenai kelayakan pakaian yang ia kenakan mengingat pertemuan dengan seorang yang mulia itu. Sepupunya itu pun menenangkannya agar tidak perlu khawatir karena Rasulullah pun pasti memahami keadaannya saat itu.

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Babi Saja Buatan Tuhan Diharamkan, Apalagi Wayang Buatan Manusia

Keduanya melewati suatu perguruan dengan satu kelas kosong yang di papan tulisnya terdapat tulisan nashrun minallah wa fathun qarib, sebuah kalimat yang ia isyaratkan sebagai kemenangan yang tak lama lagi akan diperoleh.

Tiba di sebuah tanah lapang yang sangat bersih, ia pun diminta duduk oleh sepupunya itu, persis di bawah sebuah pohon. Tetiba, datanglah Rasulullah dengan wajah yang bercahaya dengan berkain selimut batik.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kalau Punya Duit Saya Mending Dagang Rambutan daripada Bikin Bank Islam

Sepupunya pun mengucapkan salam, “Assalamu‘alaikum ya Rasulullah.”

“Wa’alaikumusalaam,” jawab Kanjeng Rasul.

“Ayo, cium tangannya,” ajak H Abdul Manan kepada Kiai Idham.

Kiai Idham pun langsung mencium tangan Rasullullah. Sepupunya itu pun mengenalkannya kepada Rasul. Rasul menjawab telah mengetahuinya.

Saat itu, Kiai Idham mengucapkan shalawat dan salam seperti yang biasa dibaca saat tasyahhud. Rasulullah menepuk pundak kirinya sembari menyampaikan sabdanya, “Anak! Kamu selamat,” ujarnya singkat.

BACA JUGA: Gus Baha: Suara Dangdutan Saja Boleh Kencang, Kenapa Kalimat Zikir Gak Boleh Keras-Keras?

Kiai Idham pun bersyukur dengan mengucapkan hamdalah. Setelah itu, sepupunya langsung mengajak Kiai Idham untuk kembali mencium tangan Sang Nabi.

Setelah mencium tangan untuk kali kedua, Nabi pun pergi dari keduanya. Setelah itu, ia semakin kuat dan percaya diri. Tidak ada lagi ketakutan dalam dirinya. Jika pun harus mati ditembak, itu adalah syahid, pikirnya.

Pagi tiba. Ia pun menerima kabar akan diserahkan ke polisi dan dikirimkan ke penjara. Pagi itu juga, ia dipindahkan ke penjara Kandangan dengan didahului acara timbang terima tahanan dari militer Belanda kepada Inspektur Polisi Gusti Miskat. Kiai Idham pun selamat dari tembakan mati yang sempat diancamkan kepadanya.

BACA JUGA:
Humor Gus Dur: Dimaki Bodoh, Tukang Becak Bilang Kalau Bisa Baca Sudah Jadi Polisi

Humor Gus Dur: Sebelum Dipecat MPR, Saya Disuruh Mundur, Maju Saja Masih Dituntun
Humor Gus Dur: Ziarah ke Orang Mati Lebih Baik karena Gak Mungkin Nipu

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image