Home > Sejarah

Macao Po dan Gang Mangga, Tempat "Jajan" Pejabat Belanda Hingga Taipan China

Macao Po tempat prostitusi elite, sementara Gang Mangga tempat prostitusi kelas rendah.
Macao Po tempat prostitusi elite, sementara Gang Mangga tempat prostitusi kelas rendah. Foto: Ilustrasi (IST).
Macao Po tempat prostitusi elite, sementara Gang Mangga tempat prostitusi kelas rendah. Foto: Ilustrasi (IST).

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Dasar suek lu! umpatan yang cukup terkenal ini biasanya dilontarkan orang Betawi ketika sedang marah. Suek yang merujuk kepada kata "sialan" berasal dari sebuah nama tempat pelacuran yang dibuat orang-orang China, soehian. Lidah orang Betawi yang tidak bisa menyebut kata "soehian", terdengar menjadi suekan.

Pada abad ke-19, soehian banyak berdiri. Seperti Macao Po yang menjadi tempat lokalisasi pertama di Batavia. Lokasinya di depan Stasion Beos di mana hanya orang-orang tajir melintir saja yang bisa menyewa pelacur di sana. Sebab, pelacur yang ditawarkan didatangkan dari Macao oleh jaringan germo Portugis dan Cina. Pria-pria yang "jajan" di Macao Po para adalah para petinggi VOC yang dikenal korup dan taipan atau orang berduit keturunan Cina.

BACA JUGA: Soekarno Paksa Rusia Turuti Perintahnya

Jika Macao Po adalah tempat prostitusi elite, bergeser sedikit di kawasan Glodok, ada tempat pelacuran kelas rendah. Gang Mangga namanya.

Saking terkenalnya Gang Mangga, jika laki-laki hidung belang sakit pada kelaminnya karena keseringan jajan di sana, disebut "sakit mangga". Di kemudian hari, sakit tersebut dikenal dengan sebutan raja singa atau sipilis. Di zaman tersebut, sipilis termasuk penyakit yang sulit disembuhkan karena saat itu belum ditemukan antibiotik.

BACA JUGA: Soal Wayang Ustadz Khalid, Ki Warseno: Karakter Wayang Dewa-Dewa, Raja, Pendeta Juga Berjenggot

Namun kepopuleran Gang Mangga meredup dengan banyaknya orang China mendirikan rumah-rumah bordir. Rumah-rumah pelacuran tersebut diberi nama soehian yang pada dialek Betawi menjadi suwean.

Komplek pelacuran yang sudah eksis sejak abad ke-19 terus berlanjut hingga Indonesia merdeka. Sebut saja Gang Hauber di Petojo yang terdiri dari Gang Hauber I, II, dan III yang oleh Walikota Sudiro pada pertengahan 1950-an diganti Gang Sadar.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Pesawat Santri Terbang ke Matahari Biar Gak Panas Berangkatnya Habis Maghrib

Penggantian nama itu dimaksudkan agar pria-pria yang sering jajan dan para PSK-nya kembali sadar ke jalan yang benar. Namun, si pelacur dan laki-laki hidung belang tidak sadar-sadar karena sampai awal 1980-an masih beroperasi.

Sementara di Sawah Besar terdapat kompleks pelacuran Kaligot, mengambil nama sandiwara Prancis Aligot yang pada 1930-an manggung di Batavia. Atau tempat pelacuran Malvinas di Bekasi yang menjulang saat terjadi perang antara Inggris dan Argentina memperebutkan kepulauan Malvinas (Folkland) di tahun 1980-an.

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Babi Saja Buatan Tuhan Diharamkan, Apalagi Wayang Buatan Manusia

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image