Home > Wisata

Gorengan Sudah Ada Sejak Zaman Firaun Mesir

Gorengan sudah ada sejak 1200 Sebelum Masehi.
Gorengan sudah ada sejak 1200 Sebelum Masehi. Foto: Republika.
Gorengan sudah ada sejak 1200 Sebelum Masehi. Foto: Republika.

KURUSETRA -- Bagi warga Sunda, pasti mengenal makanan yang satu ini: bala-bala. Kudapan yang terbuat dari tepung dengan campuran berbagai sayuran lalu digoreng itu masuk dalam daftar makanan kesayangan umat manusia Indonesia. Namun tahukah Anda jika gorengan adalah makanan purba karena sudah ada sejak 1200 sebelum masehi.

Bakwan adalah salah satu member dari keluarga gorengan. Dalam buku A History of Food (2008) disebutkan, gorengan sudah ada sejak 1200 Sebelum Masehi. Mesir ternyata menjadi tempat lahirnya teknik menggoreng dalam minyak banyak, alias deep frying, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

BACA JUGA: Begini Cara Bikin Tahu-Tempe, Makanan yang Pengrajinnya akan Mogok Produksi Besok Senin

Sebelum mengenal teknik memasak menggoreng, dalam sejumlah prasasti di masa Jawa Kuni atau Bali Kuno, rakyat Nusantara hanya mengolah makanan dengan cara dikeringkan, diasinkan, diasap, direbus, dan dikukus. Alasannya bisa jadi lantaran belum banyaknya produksi kelapa sawit di Indonesia. Munculnya minyak kelapa pada abad ke-20 menambah varian membuat komoditas perdagangan.

Dalam buku Sejarah Makanan Indonesia karya Fadly Rahman, gorengan muncul karena ketidaksengajaan. Awalnya makanan ini dibuat dari bahan-bahan sisa yang diolah agar tidak mubazir. Aneka bahan makanan yang tersisa tersebut dicampur dengan adonan tepung terigu, seperti kebiasaan rakyat Nusantara, terutama di wilayah Jawa.

BACA JUGA: Resep Karedok Sunda Selezat Buatan Mertua

Rempeyek dan rengginang adalah olahan pendahulunya. Apalagi bahan pokok gorengan, tepung terigu yang kebanyakan dari gandum adalah bahan yang murah, mudah diolah, tidak lengket, dan hasilnya renyah. Olahan itu pun menjadikan gorengan sebagai salah satu kudapan paling dicari orang Indonesia, hingga sekarang. Termasuk gorengan alias bala-bala.

Bakwan memiliki tingkat popularitas yang tinggi di bumi persada kudapan Indonesia. Di balik rasa kriuknya, bakwan merupakan kolaborasi sempurna dari berbagai macam bumbu dan bahan seperti tepung dan jenis sayuran seperti kol, kubis, kecambah dan wortel yang dipotong kecil-kecil. Semua itu akan paripurna jika ada tambahan "toping" di atasnya seperti udang.

BACA JUGA: Resep Rahasia Rendang Warung Makan Padang Dijamin Lamak Bana

Di berbagai daerah, bakwan memiliki penyebutan berbeda-beda. Bagi orang Barat bagian Jawa (suku sunda), bakwan dikenal dengan sebutan bala-bala. Sementara di beberapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, bakwan dikenal sebagai pia-pia. Di Semarang dan Pekalongan bakwan disebut badak. Karena itu sering muncul candaan, "Hebatnya orang Semarang makanan badak".

Namun, masyarakat di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur lainnya, seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Blitar, dan Mojokerto, memanggil bakwan dengan sebutan ote-ote. Di Madiun dan Lumajang, gorengan ini dikenal dengan nama weci. Banyuwangi lebih unik lagi, bakwan disebut sebagai "hongkong" yang artinya bakwan sayur goreng.

BACA JUGA: Fatwa Gus Dur untuk Dorce yang Bertanya Soal Status Kelaminnya

Gorengan tak hanya "menjajah" daftar makanan di pulau Jawa. Bakwan juga "menginvansi" wilayah Sulawesi. Di bagian selatan pulau berbentuk "huruf K" itu, bakwan disebut kandoang, di bagian selatan (Ambon) bakwan dikenal sebagai bikang doang, sementara di bagian utara makanan ini disebut makao. Penyebutan makao untuk bakwan juga dipakai masyarakat NTT.

Sayangnya, orang Indonesia tak bisa mengklaim 100 persen gorengan yang satu ini sebagai warisan budaya. Di sejumlah negara, khususnya Asia, bakwan juga merangsek ke daftar menu, meski memiliki bentuk dan nama yang berbeda dengan Indonesia.

BACA JUGA: Humor Cak Lontong: Indonesia dan NU Lahir Sama-Sama Ba'da Isya

Di Jepang dikenal sebagai kakiage, di Korea disebut pajeon, sementara di India disebut pakora. Di Arab dikenal dengan nama maqliyyun.

Ada yang menyebut bakwan berasal dari China. Penyebabnya adalah bakwan memiliki dua suku kata China, yakni Bak yang artinya daging dan Wan yang berarti bola. Kata Bak juga digunakan untuk menamakan berbagai makanan, seperti bakpao (roti isi daging), bakso (bola daging), bakmi (mi daging), bakpia (kue daging kacang hijau), bacang (makanan daging cacah). Karena itu pula, di daerah Malang kita mengenal istilah nama bakwan malang yang artinya bakso dari Malang.

Perdagangan rakyat Nusantara dengan berbagai masyarakat dunia seperti India, Arab, Eropa, dan China melahirkan akulturasi budaya. Termasuk dalam hal makanan. Bakwan satu di antaranya.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: No Smoking Artinya Nahdatoel Oelama Merokok

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image