Home > Legenda

Mengenal Gatotkaca, Kesatria Wayang yang Ceritanya Diangkat ke Layar Lebar

Gatotkaca adalah kesatria putra dari Bimasena dan Arimbi yang tewas di perang Baratayudha di padang Kurusetra.
Gatotkaca lahir dari pernikahan Bimasena dari keluarga Pandawa dengan Arimbi, putri dari Kerajaan Pringgandani, negeri bangsa raksasa. Foto: Instagram/@gatotkacaofficial
Gatotkaca lahir dari pernikahan Bimasena dari keluarga Pandawa dengan Arimbi, putri dari Kerajaan Pringgandani, negeri bangsa raksasa. Foto: Instagram/@gatotkacaofficial

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bimasena dari keluarga Pandawa menikahi Arimbi, putri dari Kerajaan Pringgandani, negeri bangsa raksasa. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang bayi laki-laki yang sakti mandraguna berjuluk Gatotkaca.

Saking kuatnya, Gatotkaca dikisahnya berotot kawat bertulang besi. Bahkan, hingga satu tahun sejak kelahirannya, tali pusar Tetuka, nama Gatotkaca ketika masih bayi, belum bisa dipotong menggunakan senjata apa pun. Pamannya, Arjuna lalu bertapa meminta petunjuk dewa untuk menolong keponakannya.

Karna, kakak tertua dari Yudistira, Bimasena, dan Arjuna, di saat yang sama bertapa mencari pusaka. Lantaran wajah Karna dan Arjuna yang mirip, membuat Batara Narada memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan Arjuna.

Setelah tersadar, Narada meminta Arjuna mengejar Karna untuk merebut senjata Konta. Pertempuran pun tak terelakan. Namun, Karna lolos dengan membawa Konta, sementara Arjuna hanya berhasil merebut sarung dari pusaka tersebut.

BACA JUGA: Humor Cak Lontong: Indonesia dan NU Lahir Sama-Sama Ba'da Isya

Sarung pusaka Konta yang terbuat dari kayu mastaba itu digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Namun, sarung senjata itu musnah ditelan perut Tetuka.

Salah satu dewa, Kresna berpendapat kayu Mustaba itu akan menambah kekuatan bayi Tetuka, tetapi membuatnya kelak tewas di tangan pemilik senjata Konta. Tetuka kemudian diasuh seorang pendeta bernama Narada di kahyangan yang sedang digempur Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Tetuka lalu berhadapan dengan Patih Sekipu. Semakin dihajar, justru Tetuka semakin kuat.

Sekipu yang tak kuat melawan Tetuka lalu mengembalikannya ke Narada untuk dibesarkan. Tetuka lalu diceburkan ke dalam kawah Candradimuka, Gunung Jamurdipa. Semua dewa melemparkan beragam jenis senjata ke dalam kawah.

BACA JUGA: Sunan Kalijaga Ciptakan Wayang, Sunan Ampel tak Ingin Islam Tercampur Budaya dan Tradisi

Setelah itu, Tetuka muncul dari dalam kawah Candradimuka sebagai pria dewasa yang berbadan besar seperti raksasa dengan taring menghiasi mulutnya. Semua pusaka dewa sudah menyatu di dalam tubuhnya.

Tetuka lalu berhasil membunuh Sekipu dengan gigitan taring. Kresna memotong taring Tetuka dan memintanya berhenti menggunakan sifat raksasa.

Batara Guru (raja kahyangan) menghadiahkan Kotang Antrakusuma, Caping Basunanda dan Terompah Padakacarma untuk dikenakan Tetuka. Sejak saat itu namanya berubah menjadi Gatot Kaca. Ia mampu terbang menuju Kerajaan Trabelasuket lalu membunuh Kapapracona.

BACA JUGA: Tegur Gus Miftah, Derry Sulaiman: Ustadz Khalid Dijadikan Wayang Itu Sudah Kurang Ajar

Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca menikahi Ahilawati, gadis dari Kerajaan Naga. Dari pernikahan tersebut mereka mempunyai anak bernama Barbarika.

Sementara dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca sempat menikahi sepupunya Pregiwa, putri Arjuna, dan menjadi raja Kerajaan Pringgandani. Dikisahkan Gatotkaca harus berjuang keras merebut hati Pregiwa dan bersaing dengan Laksamana Mandrakumara dari keluarga Kurawa. Namun, akhirnya Gatotkaca dan Pregiwa menikah hingga dikaruniai seorang putra yang bernama Sasikirana.

Kesaktian yang dimiliki Gatotkaca, selain didapatkan dari ayah dan ibunya, juga lantaran pusaka sakti yang diwariskan para dewa. Pusaka-pusaka itu yang dibawanya melawan pasukan Kurawa di Perang Baratayudha.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Otak Orang Indonesia Paling Mahal karena Masih Baru Gak Pernah Dipakai

Pusaka-pusaka tersebut diberikan Kahyangan atas jasanya menghentikan Pracona dan Sekipu yang kemudian menjadi asal-usulnya menggunakan nama Gatotkaca. Salah satu pusaka yang didapatkannya adalah rompi ikonisnya yang bernama Antakusuma. Jika Gatotkaca menggunakan pusaka tersebut, maka dia bisa terbang dengan bebas tanpa menggunakan sayap. Di tangan kanannya, Gatotkaca memegang pusaka Aji Brajamusti yang membuat pukulannya amat mematikan.

Akhir hidup Gatotkaca cukup ironis, meskipun gugur di medan perang. Saat itu di Perang Baratayudha, Gatotkaca terbang setinggi-tingginya untuk menghindari pusata Konta Wijaya yang digunakan Karna. Namun Gatotkaca tewas tertusuk pusaka Konta Wijaya yang mencari sarungnya, di mana sarung pusaka tersebut tertelan di dalam perut Gatotkaca saat memotong tali pusar. Peristiwa itu memiliki arti Gatotkaca hanya bisa terluka atau terbunuh karena pusaka tersebut.

Gatotkaca pun gugur pada perang Baratayudha di Kurusetra. Meskipun ajalnya sudah tiba dan tewas dengan senjata Konta yang menyatu dengan sarung senjata Konta dalam tubuhnya. Jasad Gatotkaca mampu menghancurkan kereta Karna dan menjadikan prajurit Korawa yang ada di sekitarnya tewas terkena pecahan kereta Karna tersebut.

BACA JUGA: Gus Baha: Sunan Giri Sebut Wayang Haram, Sunan Kudus Bilang Digepengkan Biar Halal

DIFILMKAN
Kisah Gatotkaca yang legendaris itu pun kini diangkat ke layar lebar oleh sutradara Hanung Bramantyo. Film berjudul "Satria Dewa: Gatotkaca", resmi dirilis pada Selasa (22/2/2022).

Teaser trailer film itu dirilis rumah produksi Satria Dewa Studio di saluran resmi Youtube Satria Dewa Studio. Semula film ini direncanakan tayang di bioskop pada akhir 2021, namun terpaksa memundurkan jadwal hingga Juni tahun ini.

Vice President Operation Satria Dewa Studio, Mochtar Sarman, mengatakan saat ini post-produksi film tersebut hampir selesai dan telah menetapkan tanggal tayang. “Sebuah kehormatan bagi kami telah bekerja dengan para talenta berbakat, tim yang penuh semangat dan para kru yang berdedikasi untuk merealisasikan suatu ide gila menjadi sebuah film yang epik," katanya.

Hanung Bramantyo mengungkap kesulitan yang dihadapi tim produksi saat membuat film "Satria Dewa: Gatotkaca", terutama untuk menghadirkan visual yang apik untuk film tersebut.

BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

Untuk menyajikan tata visual yang modern, Hanung mengatakan pihaknya banyak menggunakan CGI (Computer Generated Imagery) dan visual effect yang dikerjakan secara serius dan intens.

Menurutnya, seluruh visual effect dalam "Satria Dewa: Gatotkaca" dikerjakan oleh Lumine Studio, yang sebelumnya berpengalaman mengerjakan film-film animasi berskala internasional.

"Lebih dari 500 titik dalam film harus dikerjakan lewat proses CGI yang makan waktu panjang. Belum lagi bagian pertempuran seru yang harus dibuat dengan detail agar penonton bisa menikmati serunya cerita dari film Satria Dewa: Gatotkaca," kata Hanung.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: No Smoking Artinya Nahdatoel Oelama Merokok

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image