Sosok Ibnu Sutowo: Kakek Mertua Dian Sastro dan Anak Emas Soeharto
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Nama Dian Sastro jadi bahan pembicaraan warganet setelah potret rumah mewahnya viral di media sosial. Warganet pun mengaitkan rumah mewah tersebut karena Dian menikah dengan Maulana Indraguna Sutowo yang merupakan cucu dari Ibnu Sutowo.
Lantas siapa Ibnu Sutowo?
Ibnu dikenal sebagai dokter militer Indonesia. Namanya melesat setelah berhasil mengamputasi tangan Kolonel Bambang Utoyo pada 1947 yang menjadi korban sebuah ledakan granat di Palembang. Hanya berbekal peralatan sederhana dan tanpa bius, Ibnu Sutowo sukses mengamputasi tangan Kolonel Bambang.
Pada 1957 Ibnu diangkat menjadi direktur pertama PT Perusahaan Minyak Negara (Pertamina). Ia menjabat sebagai dirut selama dua periode, sebelum akhirnya dipecat Presiden Soeharto karena diduga korupsi di Pertamina.
Pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 23 September 1914 itu selama 10 tahun menimba ilmu di sekolah kedokteran Nederlands Artsen School (NIAS) Surabaya. Pascalulus tahun 1940, ia bekerja sebagai dokter di Palembang dan Martapura.
Pada 1946 atau satu tahun setelah kemerdekaan, Ibnu diangkat menjadi Kepala Jawatan Kesehatan Tentara di Sumatra Selatan tahun 1946. Ia lalu memutuskan bergabung dengan TNI AD pada 5 Desember 1946.
Kariernya di dunia militer cukup moncer. Pada 29 Desember 1956 hingga 9 Oktober 1968, Ibnu Sutowo dilantik menjadi Deputi II Bidang Operasi Kepala Staf Angkatan Darat merangkap Deputi Pelaksana Perang Pusat. Bahkan, ketika masih berpangkat kolonel pada 1968, Ibnu diangkat Presiden Soeharto menjadi dirut Pertamina. Kariernya di dunia militer berhenti pada 1976 dengan pangkat terakhir sebagai Letnan Jenderal.
Pria yang memiliki tujuh orang anak itu memimpin Pertamina selama delapan tahun dari 1968 sampai 1976. Namun ia diberhentikan Presiden Soeharto karena diduga terlibat dalam korupsi yang nyaris membuat Pertamina bangkrut.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Pak Haji Marah Radio di Arab Ngaji Alquran, di Indonesia Isinya Dangdutan
Kasus itu berawal pada 1975 di mana kondisi keuangan Pertamina memburuk setelah investasi berbagai bidang tidak berjalan lancar. Kondisi itu menimbulkan dugaan para petinggi Pertamina korupsi, termasuk Ibnu Sutowo.
Presiden Soeharto gerak cepat, dengan menertibkan internal Pertamina dengan memerintahkan perusahaan menjual sebagian aset yang berlebihan. Tim Koalisi Empat dibentuk untuk menyelidiki dugaan korupsi di Pertamina. Berdasarkan penyelidikan dari para anggotanya yakni Wilopo, Anwar Tjokroaminoto, IJ Kasimo, dan Herman Johannes didapat laporan telah terjadi penyimpangan di dalam Pertamina.
Sayangnya tidak ada tindakan hukum yang dijatuhkan kepada para pelaku. Hingga akhirnya pada 5 Maret 1976, Presiden Soeharto melengserkan Ibnu Sutowo. Namun, banyak pihak menyebut, Ibnu yang merupakan "anak emas" dilindungi Soeharto dari kasus korupsi di Pertamina.
BACA JUGA: Polemik Kelamin Millen Cyrus: Jadi Teringat Vivian, Transgender Pertama Indonesia
Lepas dari Pertamina, Ibnu dan Tirto Utomo merancang produk air mineral kemasan. Mengusung nama Aqua, keduanya sampai "sekolah" di Bangkok, Thailand untuk mempelajari cara pembuatan air mineral di pabrik air mineral Polaris.
Aqua lalu berhasil di pasaran. Nama Aqua semakin luas dikenal publik saat pertandingan bulu tangkis Piala Thomas & Uber 1988 di Kuala Lumpur. Namun setelah Aqua makin dikenal, Ibnu Sutowo malah menguncurkan diri dari jabatan direktur utama PT Golden Mississippi dan menyerahkannya kepada Willy Sidharta. Pada 1998 Ibnu juga mendirikan Bank Aqua, namun sayangnya bank itu gagal dan ditutup.
Pada 1976 pria yang wafat di RS Pusat Pertamina pada 12 Januari 2001 pada usia 86 tahun itu juga mengelola Petroliam Nasional Berhad (Petronas), perusahaan minyak dan gas Malaysia yang didirikan pada 17 Agustus 1974. Meski baru berdiri selama dua tahun, Ibnu menganggap Petronas berkembang sangat pesat, bahkan disebut bisa mengimbangi Pertamina.
BACA JUGA:
Ketua Muhammadiyah Musnahkan Wayang karena Gambarkan Nabi dan Malaikat
Humor Gus Dur: Pelaku Bom Bunuh Diri Nyesel Ketemu Bidadari karena Kepalanya Ketinggalan
Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita sejarah, humor, hingga sejarah dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.