Home > Sejarah

Gubernur Surjadi Soedirdja, Calon Dalang Wayang yang Ditakuti Preman

Sebagai seorang berlatar belakang militer, Surjadi memimpin dengan gaya tegas dan tak kenal ampun. Termasuk kepada para preman.
Surjadi Soedirdja menjadi Gubernur DKI Jakarta sejak November 1992 itu merupakan seorang gubernur yang tegas. Foto: Wikipedia.
Surjadi Soedirdja menjadi Gubernur DKI Jakarta sejak November 1992 itu merupakan seorang gubernur yang tegas. Foto: Wikipedia.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Surjadi Soedirdja, dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, Nopember 1992 menggantikan Wiyogo Atmodarminto. Putra Banten kelahiran Jakarta 11 Oktober 1938, sewaktu kecil dipersiapkan menjadi seorang dalang wayang golek oleh ayahnya, Soedirdja.

Sejak ayahnya meninggal pada 1947, Surjadi lebih condong kemiliteran. Lulusan AMN Magelang (1962) dan Lemhanas (1979) sebelum menjadi Gubernur DKI menjabat Pangdam V/Jaya (1988-1990) dan kemudian menjadi Asisten Sospol ABRI (1991-1992).

Selama lima tahun menjabat Gubernur DKI, Surjadi melakukan banyak kejutan. Di awal kepemimpinannya, Pemprov DKI sedang menghadapi masalah Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur yang mendapat sorotan pers karena dinilai semrawut dan keadaan bangunannya kurang siap.

BACA JUGA: Musnahnya Bangunan Tempo Dulu di Pasar Senen

Dengan tegas ia menindak pegawai yang dinilai bertanggung jawab atas keadaan itu. Tidak tanggung-tanggung, 20 aparat Pemprov DKI yang dicurigai memanipulasi pembangunan terminal ini dipecatnya.

Masih di awal jabatannya, gubernur yang selalu tampak serius ini menindak 42 aparatnya yang terlibat manipulasi pembangunan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Di samping itu dia memecat 28 orang aparatnya yang tersangkut manipulasi pembangunan 16 kantor kelurahan.

Gedung-gedung kelurahan dengan luas tanah rata-rata 1.000 m2 dan luas bangunan 700 m2 itu tampak megah dari luar, tapi bobrok di dalamnya.

BACA JUGA: Gus Baha: Sunan Giri Sebut Wayang Haram, Sunan Kudus Bilang Digepengkan Biar Halal

Tembok retak bahkan ada yang sampai bolong. Lantai keramik pecah-pecah dan kusen dibuat dari kayu yang jelek kualitasnya. Bahkan ada yang dibuat dari kayu bekas. Ini membuat Surjadi tak memberi ampun terhadap aparatnya yang tak bertanggung jawab.

Sesuai dengan motto: Teguh Beriman singkatan dari ”gerakan untuk hidup bersih, indah, menarik, manusiawi, dan aman”, gubernur yang rajin puasa Senen-Kemis ini bertindak tegas terhadap para preman. Apalagi kehadiran mereka makin meresahkan, hingga diperlukan tindakan tegas dan kuat.

Ketika itu, seperti juga sekarang ini preman-preman beroperasi bukan hanya di pasar-pasar, tapi juga di terminal-terminal dan tempat-tempat keramaian. Mottonya itu dilestarikan melalui lomba cipta lagu ”Jakarta Teguh Beriman”.

BACA JUGA: Cak Nun: Wayang Itu Syirik Kalau Jadi Penyebab Menduakan Tuhan

Dia juga mengangkat motto: ”Dari rakyat untuk rakyat”. Muatannya ialah agar warga dapat merasakan hak kewajibannya sebagai manusia seutuhnya, basis sebagai individu, warga DKI dan bangsa Indonesia. Dengan begitu, Suryadi yakin warga DKI Jakarta akan lebih mengerti permasalahan perkotaan, dan tidak mewakili kepentingan sendiri-sendiri.

Karena gaya kepemimpinan seperti itulah aneka problem yang melingkupi Jakarta satu persatu dapat diurai, bahkan prestasi demi prestasi dapat digapai. Dia berusaha menerapkan kedisiplinan untuk aparatnya demi kepentingan warga Ibu Kota. Ia berusaha untuk menegaskan komitmen bahwa yang lurus itu lurus dan bengkok itu bengkok.

Dia pernah mengeluarkan pernyataan yang keras yang ditujukan pada segenap aparatnya. ”Aparat Pemda DKI yang menyeleweng dan tidak mendukung Gerakan Disiplin Nasional (GDN) lebih baik mundur atau dimundurkan. Mereka hendaknya jangan jadi benalu terus. Saya minta kepada Wagub Bidang Pemerintahan, Sekwilda, dan Asisten Pembinaan Aparatur agar mempertajam penilaian terhadap karyawan,” ujarnya.

Soal disiplin dia sangat tegas. Seperti hari pertama setelah Idul Fitri 1996, ia masuk kantor pukul 06.15 pagi. Siang harinya ia melakukan sidak ke kantor DKI sampai lantai 23.

BACA JUGA: Jodoh di Tangan Hansip Gara-Gara Cuci Mata Melihat Gadis Pingitan

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita sejarah, humor, hingga sejarah dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image