Jodoh di Tangan Hansip Gara-Gara Cuci Mata Melihat Gadis Pingitan
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur.. Pesta Imlek di Betawi tempo doeloe punya ciri khas sendiri, berbeda dengan Imlek di negara-negara lain. Di Betawi sangat kental dengan variasi lokal, yang tidak akan ditemukan di seantero dunia.
Menurut penuturan orang tua di permulaan abad ke-20, beberapa hari sebelum Imlek orang sudah sibuk membersihkan rumah masing-masing sebersih-bersihnya. Pintu dan jendela dicat, tembok dikapur, ubin dan perabotan rumah digosok sampai mengkilap.
Nyonya-nyonya rumah pada repot bikin kue kering, salah satunya yang sangat disuka kue satu. Kue ini terbuat dari kacang ijo yang digerus. Para nyonya rumah juga tidak lupa bikin ager-ager, manisan buah atep dan manisan buah ceremai.
BACA JUGA: Arti Angka 2 dalam Filosofi Jawa dan China di Tanggal Cantik 2-2-22
Dalam menyambut Imlek, warga Tionghoa Betawi punya tradisi yang unik. Dengan digelarnya pasar malam beberapa hari menjelang Imlek. Di pasar malam ini disediakan keperluan mereka yang ingin berbelanja.
Letaknya kala itu di sekitar lapangan Glodok dan Pancoran. Di sini juga orang menjual ikan bandeng dan kue Cina —dua sekawan keperluan yang selalu dicari pada saat Imlek.
Tidak ketinggalan, dan merupakan satu kemustian, bagi calon mantu untuk membawakan ikan bandeng dan kue cina pada calon mertoku. Berarti si calon mantu benar-benar menghargai calon mertuanya.
Jangan main-main, calon mantu yang kagak membawanya, anteran bisa di-onslaag jadi mantu. Itulah kebiasaan tempo doeloe di mana orang tua punya hak prerogatif terhadap anak gadisnya.
JANGAN LEWATKAN: Apa Kira-Kira Jawaban Gus Dur Soal Isu Wayang Haram?
Pasar malam tempo doeloe juga jadi ajang untuk cuci mata. Saat itu, gadis-gadis Tionghoa masih dipingit. Mereka tidak boleh keluar rumah dan terima tamu pria.
Kalau dulu ada istilah jodoh di tangan Hansip akibat begitu bebasnya pergaulan. Sepasang kekasih yang kedapatan bermesraan dan berbuat asusila apalagi pakai segala ngumpet lewat tengah malam, jika tergerebek hansip, mereka akan dipaksa menikah.
Waktu dulu sangat sulit buat perjaka dan gadis untuk saling ketemu. Apalagi memilih jodoh sendiri.
Cuma di pasar malam dan pada malam Cap Go Meh saja para gadis boleh keluar rumah. Itu pun dengan kawalan ketat keluarga yang lebih tua. Kesempatan itu biasanya diatur sesudah melewati pukul 12 tengah malam.
BACA JUGA: Imlek di Era Kolonial, Sukarno, Hingga Pelarangan di era Soeharto