Lahirnya Ratu Adil dari Solo
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Setelah HOS Tjokroaminoto masuk dalam jajaran pimpinan Syarikat Islam (SI), kemajuan SI makin hebat dengan semangat berkobar-kobar sehingga SI dipandang sebagai ‘Ratu Adil’. Kemajuan Syarikat Islam yang pesat saat itu membuat penasehat pemerintah kolonial, Snouck Hurgronye, menulis dalam majalah Indologen Blad, meminta pemerintah mewaspadai kebangkitan gerakan Islam ini dan jangan sampai lengah.
Belanda awalnya menolak kehadiran SI. Namun mereka kemudian mengakui Syarikat Islam sebagai badan hukum pada 10 September 1912.
Baca Juga: Stasiun Balapan Solo Awal Mula Feodal Keraton Solo Menyerap Kebudayaan Barat
Anggota Syarikat Islam sendiri memandang tanggal 16 Oktober 1905 sebagai kelahiran SI yang sejati. Tanggal inilah yang diperingati kaum SI setiap tahun.
Setelah menjadi badan hukum, SI bertambah maju, melompat-lompat ke depan menuntut kemerdekaan Indonesia di bawah pimpinan Tjokroaminoto yang bergelar ‘raja tanpa mahkota’. Kaum reaksioner Belanda menjadi saling menyalahkan satu sama lain.
Baca Juga: Profil Lasminingrat yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Perempuan Sunda Pejuang Pendidikan dari Garut
Mereka menyalahkan Gubernur Jenderal Indenburg yang mengakui Syarikat Islam secara resmi dalam politik. Mereka bahkan memelesetkan SI sebagai Salahnya Indenburg.
Berbeda dengan Syarikat Islam yang sejak 1912 telah menuntut kemerdekaan Indonesia, Budi Utomo (BU), menurut mantan tokoh Masyumi 1950-an, KH Firdaus AN dalam buku Dosa-dosa Politik Orla dan Orba, merupakan perkumpulan kaum ambtenaar, yaitu para pegawai negeri yang setia kepada pemerintah kolonial Belanda.
Baca Juga: Asap Rokok Kretek Agus Salim Bikin Pangeran Philip tak Berkutik
Pertama kali Budi Utomo diketuai Raden T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, yang dipercaya Belanda. Ia memimpin Budi Utomo sejak 1908 sampai 1911. Kemudian dia digantikan oleh Pangeran Arjo Noto Dirojo dari Istana Paku Alam, Yogyakarta.
Dengan dipimpin oleh kaum bangsawan yang inggih selalu, tidak mungkin BU akan dapat melangkah maju untuk mengadakan aksi massa. Sulit rasanya BU berjuang guna mengubah nasib mereka yang menderita di bawah telapak kaki penjajah Belanda.
Baca Juga: Perkawinan Wayang Jawa dan Sunda Lahirkan Wayang Janda di Pentas Safari Cinta Cirebon
Dengan sifat kebangsawanan yang pasif dan setia kepada Belanda itu, juga membuat BU terjauh dari rakyat. Menurut Firdaus AN, BU bukan bersifat kebangsaan yang umum bagi seluruh Indonesia, tetapi bersifat regional, kedaerahan dan kesukuan yang sempit.
Keanggotaan Budi Utomo selalu terbatas bagi kaum ningrat aristokrat. Anggota mereka hanya terbatas bagi suku Jawa dan Madura.
SI lahir di Solo dengan sifat nasionalis...
Kelahiran Syarikat Islam
SI yang dilahirkan di Solo tahun 1905 dengan sifat nasional dan dasar Islam yang tangguh, merupakan organisasi Islam terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air. Dengan sifat nasionalnya SI meliputi seluruh bangsa Indonesia yang beragama Islam yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Ini tercermin pada wajah para tokoh pemimpin SI dari berbagai kepulauan di Indonesia.
Di bawah pimpinan trio politikus yang terkenal — Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Muis — SI menjadi organisasi massa pertama yang bukan hanya menuntut tapi memperjuangkan kemerdekaan RI. Kemudian menyusul berdirinya Muhammadiyah pada 1912 yang diketuai oleh KH Ahmad Dahlan yang berjuang di lapangan sosial dan pendidikan demi kecerdasan umat.
Baca Juga: Kisah di Balik Mengapa Perang antara Palestina dan Israel Diyakini akan Terus Terjadi Sampai Kiamat
Muncul pula Persatuan Islam (Persis) pada tahun 1923 di bawah pimpinan KH Zamzam dan kemudian diperkuat oleh A Hassan. Persis bergerak dalam pelurusan akidah. Lahir pula NU pada tahun 1926 yang dimotori oleh para ulama di bawah pimpinan KH Hasyim Ashari.
Muncul pula PERTI di Bukittinggi pada 20 Mei 1930 yang juga dipelopori oleh para ulama bermazhab Syafi’i. Bangkit pula Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) yang bergerak di bidang politik pada 1930 yang bersikap non-kooperator dengan Belanda.
Baca Juga: Beda dengan Warga NU, Ini Alasan Mengapa Orang Muhammadiyah Sholat Subuh tak Baca Doa Qunut
Setelah lahir berbagai organiasi Islam lainnya yang terus melakukan perlawanan terhadap penjajah. Pada 1937 lahirlah MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang kemudian menjadi Masyumi.
Begitu besar jasa SI dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tetapi, menurut KH Firdaus AN, sungguh aneh dan ajaib, bukan SI yang menjadi patokan hari Kebangkitan Nasional, tetapi Budi Utomo yang sama sekali tidak memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, pengurusnya tidak pernah masuk penjara dan tidak dibuang ke Digul. ”Apakah ini bukan manipulasi sejarah,” tulis KH Firdaus AN.
Baca Juga: Cerita Kiai Sekaligus Ketua Muhammadiyah Pak AR yang Dipaksa Pimpin Pengajian Yasinan Malam Jumat
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.