Home > Sejarah

Dari Solo, KH Samanhudi Dirikan Sarekat Islam untuk Lawan Penjajahan dan Bebaskan Rakyat dari Penderitaan

Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan penguasa Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa.

Syarikat Islam

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pada 118 tahun lalu, dentuman meriam Jepang yang bertalu-talu dalam pertempuran dengan Angkatan Laut Rusia di Selat Thusima. Pertempuran itu menyebabkan AL Rusia bertekuk lutut kepada Jepang di Port Arthur pada 1905.

Kemenangan Jepang atas Rusia itu telah membangkitkan semangat dan harga diri bangsa-bangsa Timur bahwa mereka juga mampu melawan penjajahan (Barat) dan mengusir mereka dari bumi Timur. Peristiwa itu dijadikan momentum oleh seorang pemuda Lawean, Solo, asal Klaten, untuk mencetuskan ide yang selama ini tersimpan dalam jiwanya: menyusun kekuatan guna mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia.

Baca Juga: Lahirnya Ratu Adil dari Solo

Pemuda itu kemudian dikenal sebagai tokoh Perintis Kemerdekaan: Kiai Haji Samanhudi. “Dialah hero yang sebenarnya bagi pergerakan Indonesia,” tulis mantan tokoh Masyumi 1950-an, KH Firdaus AN dalam buku Dosa-dosa Politik Orla dan Orba.

Samanhudi atau sering disebut Kiai Haji Samanhudi lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 1868. Beliau adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.

Semasa hidupnya, Samanhudi menimba ilmu di sejumlah pesantren. Seperti Pontren KM Sayuthy (Ciawigebang), Pontren KH Abdur Rozak (Cipancur), Pontren Sarajaya (Kab Cirebon), Pontren (di Kab Tegal, Jateng), Pontren Ciwaringin (Kab. Cirebon) dan Pontren KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya). Samanhudi dikenal sebagai santri yang sangat tadzim terhadap guru-gurunya, terlebih terhadap Asysyahid KH Zainal Mushtofa (Pahlawan Nasional).

Baca Juga: Santri Dilarang Merokok di Pesantren, Kalau Sudah Jadi Kiai Baru Boleh

Ia banyak bercerita tentang heroisme perjuangan gurunya yang satu ini ketika berjuang melawan penjajah Jepang, hingga beliau gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa di depan regu tembak serdadu Jepang. Makbaroh gurunya ini telah dipindahkan ke Taman Pahlawan Sukamanah, Tasikmalaya.

Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa pada 1905. Karena itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada 1905, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.

KH Samanhudi meninggal di Klaten, Jawa Tengah, 28 Desember 1956 dan dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.

Baca Juga: Stasiun Balapan Solo Awal Mula Feodal Keraton Solo Menyerap Kebudayaan Barat

Kelahiran Syarikat Islam Lebih Dulu dari Budi Utomo

Sejarah Indonesia merayakan Hari Kebangkitan Nasional yang ditandai dengan kelahiran Budi Utomo, 20 Mei 1908, telah diperingati secara meriah. Padahal sebenarnya tiga tahun sebelum lahirnya Budi Utomo telah berdiri Syarikat Dagang Islam pada 16 Oktober 1905 di kota Solo. Beberapa tahun kemudian untuk menonjolkan Islam, kata ‘dagang’ dihilangkan.

Setelah HOS Tjokroaminoto masuk dalam jajaran pimpinan Syarikat Islam (SI), kemajuan SI makin hebat dengan semangat berkobar-kobar sehingga SI dipandang sebagai ‘Ratu Adil’. Kemajuan Syarikat Islam yang pesat saat itu membuat penasehat pemerintah kolonial, Snouck Hurgronye, menulis dalam majalah Indologen Blad, meminta pemerintah mewaspadai kebangkitan gerakan Islam ini dan jangan sampai lengah.

Belanda awalnya menolak kehadiran SI. Namun mereka kemudian mengakui Syarikat Islam sebagai badan hukum pada 10 September 1912.

Jasa Besar Sarekat Islam

Anggota Syarikat Islam sendiri memandang tanggal 16 Oktober 1905 sebagai kelahiran SI yang sejati. Tanggal inilah yang diperingati kaum SI setiap tahun.

Setelah menjadi badan hukum, SI bertambah maju, melompat-lompat ke depan menuntut kemerdekaan Indonesia di bawah pimpinan Tjokroaminoto yang bergelar ‘raja tanpa mahkota’. Kaum reaksioner Belanda menjadi saling menyalahkan satu sama lain.

Baca Juga: Di Akhir Zaman, Surah Al Kahfi Jadi Penyelamat Umat Islam dari Fitnah Dajjal

SI yang dilahirkan di Solo tahun 1905 dengan sifat nasional dan dasar Islam yang tangguh, merupakan organisasi Islam terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air. Dengan sifat nasionalnya SI meliputi seluruh bangsa Indonesia yang beragama Islam yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Ini tercermin pada wajah para tokoh pemimpin SI dari berbagai kepulauan di Indonesia.

Di bawah pimpinan trio politikus yang terkenal — Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Muis — SI menjadi organisasi massa pertama yang bukan hanya menuntut tapi memperjuangkan kemerdekaan RI. Kemudian menyusul berdirinya Muhammadiyah pada 1912 yang diketuai oleh KH Ahmad Dahlan yang berjuang di lapangan sosial dan pendidikan demi kecerdasan umat.

Baca Juga: Orang Muhammadiyah Ternyata Juga Yasinan

Muncul pula Persatuan Islam (Persis) pada tahun 1923 di bawah pimpinan KH Zamzam dan kemudian diperkuat oleh A Hassan. Persis bergerak dalam pelurusan akidah. Lahir pula NU pada tahun 1926 yang dimotori oleh para ulama di bawah pimpinan KH Hasyim Ashari.

Muncul pula PERTI di Bukittinggi pada 20 Mei 1930 yang juga dipelopori oleh para ulama bermazhab Syafi’i. Bangkit pula Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) yang bergerak di bidang politik pada 1930 yang bersikap non-kooperator dengan Belanda.

Baca Juga: Pemilu Ditunda, Pembubaran PSI dan Masyumi di Era Demokrasi Terpimpin

Setelah lahir berbagai organiasi Islam lainnya yang terus melakukan perlawanan terhadap penjajah. Pada 1937 lahirlah MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang kemudian menjadi Masyumi.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image