Home > Sejarah

Tangan Penuh Darah JP Coen Usai Bantai Penduduk Banda dan Jadikan Mereka Budak di Batavia

Gubernur Jendral JP Coen membantai penduduk Banda, Maluku dan memperbudak penduduk yang masih hidup untuk kemudian dibawanya ke Batavia.

Gedung peninggalan VOC di Kota Tua.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur.. Ketika rakyat Belanda pada 20 Maret 2002 merayakan 400 tahun VOC, di Jakarta, Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia (KNPMBI) berunjuk rasa di Kedubes Belanda. Mereka memprotes perayaan berdirinya VOC yang di negeri Belanda diselenggarakan besar-besaran sepanjang 2002.

KNPMBI juga menuntut agar Belanda meminta maaf atas pelanggaran HAM terhadap bangsa Indonesia selama masa penjajahan. Dalam masalah VOC, ada dua sudut pandang yang berbeda antara kedua negara.

Baca Juga: Di Masa VOC Berkuasa, Tak Ada Ampun Bagi Pembunuh, Hukumannya Mati Digantung

Belanda ingin membangkitkan kembali kejayaan imperium VOC yang selama dua abad menguasai Asia dan Amerika Latin. Sementara bagi Indonesia, perayaan itu justru membangkitkan kembali luka-luka lama, berupa penderitaan rakyatnya.

Sebetulnya, ketika Ratu Juliana dan Pangeran Bernard mengunjungi Indonesia pada awal 1970-an, di negeri Belanda sendiri ada yang meminta agar pasangan ini selama di Indonesia meminta maaf atas perlakuan Belanda selama masa penjajahan. Namun ketika ratu berada di Indonesia, pihak tuan rumah tidak mengusik-usik masalah tersebut.

Baca Juga: Calo dan Korupsi Sulit Hilang dari Indonesia karena Sudah Merajalela Sejak Imperium VOC Berkuasa

Kedua belah pihak hanya menyatakan, agar berbagai peristiwa yang tidak menyenangkan di masa lalu dilupakan saja. Banyak perlakuan kejam yang hingga kini tidak sulit dihilangkan selama tiga setengah abad penjajahan Belanda.

Setelah menaklukkan Jayakarta pada Mei 1619, menghancurkan keraton dan masjid serta mengusir seluruh penduduknya, pada 1621 Gubernur Jenderal JP Coen memimpin sendiri ekspedisi militer ke Banda di kepulauan Maluku. Tangan Coen yang penuh darah itu berhasil mengurangi penduduk hingga tinggal 1/10 dari jumlah semula.

Baca Juga: JP Coen Culik Orang China Banten untuk Bekerja di Batavia, Eh Malah Jadi Penguasa

Coen memperbudak penduduk yang masih hidup, untuk kemudian dibawanya ke Batavia. Para budak ini kemudian ditempatkan di sebuah kampung dekat Ancol, Jakarta Utara, yang kini bernama Kampung Banda(n).

Dalam upaya menguasai dan monopoli rempah-rempah, Coen telah mengadakan pembunuhan besar-besaran di Ambon. Sementara Heeren XII (anggota dewan VOC) di negeri Belanda yang mendengar laporan kebuasan ini seolah-olah menutup telinga.

Baca Juga: Tanam Paksa Belanda Bikin Ratusan Ribu Orang Mati Kelaparan di Grobogan, Cirebon, dan Demak

Bagi Belanda rempah-rempah menggiurkan...

Keuntungan Rempah-Rempah Menggiurkan

Bagi Belanda, perdagangan rempah-rempah merupakan keuntungan yang sangat menggiurkan. Bahkan, ketika 5 Maret 1627 Coen kembali ke Batavia, ia dinyatakan sebagai pahlawan dengan setumpuk hadiah. Termasuk sebuah rantai emas yang sangat berat.

Pada September 1740, Gubernur Jenderal Adriaan Valkenier telah melakukan pembunuhan terhadap 10 ribu warga Tionghoa di Glodok, Jakarta Kota. Dalam peristiwa ini, 500 tahanan yang disekap di penjara bawah tanah di Balaikota, yang kini menjadi Museum Sejarah DKI Jakarta, turut terbunuh.

Korban yang terbunuh termasuk para orang tua, bayi, dan pasien yang tengah dirawat di rumah sakit Tionghoa, yang kini letaknya di sekitar Gedung BI, depan stasiun KA Jakarta Kota.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image