Home > Sejarah

Van der Parra, Gubernur Belanda yang Korup dan Doyan Flexing Itu Meninggal di Vila Mewah yang Kini Jadi RSPAD

Gubernur Van der Parra dikenal sebagai penguasa yang korup dan hidup mewah. Dia meninggal di vila mewahnya yang kini menjadi RSPAD.

RSPAD. Sebelum menjadi rumah sakit militer dan menjadi RSPAD Gatot Subroto, bangunan ini merupakan vila mewah dan menjadi tempat peristirahatan gubernur jenderal Van der Parra di Weltevreden (kawasan

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Foto di atas adalah pintu gerbang menuju Militair Hospitaal atau Rumah Sakit Militer yang kini menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jalan Dr Abdurahman Saleh, Jakarta Pusat. Pada masa Belanda bernama Hospitaal Weg.

Dalam foto yang diabadikan tahun 1910-an tampak beberapa delman yang menjadi kendaraan utama masyarakat ketika itu tengah ngetem alias menunggu penumpang. Terlihat seorang petugas keamanan rumah sakit tengah berdiri berdekatan dengan tiang lampu gas.

Baca Juga: Bagaimana Gubernur Hindia Belanda Atasi Banjir di Batavia?

Selain itu terlihat juga pohon besar yang rindang sehingga menjadikan Jl Dr Abdurahman Saleh menjadi teduh dan sejuk. Kini RSPAD Gatot Subroto bersama dengan RSCM merupakan dua rumah sakit yang menjadi pusat rujukan di Indonesia.

Sebelum menjadi rumah sakit militer sejak tahun 1857, bangunan ini merupakan vila mewah dan menjadi tempat peristirahatan gubernur jenderal Van der Parra di Weltevreden (kawasan yang lebih baik). Dia diangkat sebagai gubernur jenderal ke-49 di Hindia Belanda pada 1761.

Baca Juga: Dapat Durian Runtuh, Warga Desa Rajek Grobogan Masak Pakai Gas Rawa, Tak Perlu Lagi Beli LPG

Sampai tahun 1820 tempat peristirahatan yang terletak tidak jauh dari Senen Raya masih berdiri. Bahkan van der Parra meninggal di vilanya itu pada 1775.

Masih di Jalan Dr Abdurahman Saleh, sekitar 200 meter dari rumah sakit terletak Gedung STOVIA (sekolah dokter pribumi) yang melahirkan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 sebagai gerakan perjuangan nasional modern pertama di Indonesia. Belanda membangun rumah sakit militer karena tak jauh dari situ, dari Senen Raya ke arah kiri terdapat tangsi militer yang dulu dikenal dengan Batalyon X.

Baca Juga: Tangan Penuh Darah JP Coen Usai Bantai Penduduk Banda dan Jadikan Mereka Budak di Batavia

Setelah kemerdekaan (akhir 1945) dengan membonceng pasukan sekutu (Inggris) yang terkenal dengan baret merahnya, kembali ke Indonesia. Anggota NICA Batalion X bukan main kejamnya.

Mereka berpatroli dengan jeep dan melakukan penembakan membabi buta terhadap orang Indonesia yang berada di tepi jalan Senen. Pejuang yang tertangkap biasanya dibawa mereka ke Batalion X dan disiksa di sini.

Baca Juga: Jejak Sejarah Pasukan NICA di Pasar Senen

Sampai sekarang kita masih mendapati bekas markas Batalion X yang kemudian digunakan oleh satuan KKO (Marinir). RS Gatot Subroto letaknya tak jauh dari Pejambon dan Lapangan Banteng.

Dalam peta Batavia (1853) koleksi Algemeen Rijksarchgief Den Haag, di dekat RSPAD terdapat Arsenal yang dalam Belanda dan Inggris berarti gudang peluru. Sebelum dibangun Hotel Borobudur di Lapangan Banteng terdapat perumahan militer di tempat hotel berbintang lima ini.

Sedangkan di Jl Pejambon dulunya bernama Hertog Park (Taman Hertog). Karena di tempat inilah tinggal Panglima Angkatan Bersenjata Belanda.

Kemudian menjadi Gedung Pancasila karena dari tempat yang kini menjadi bagian Deplu. Bung Karno mengucapkan Pancasila yang kemudian ditetapkan menjadi dasar negara RI.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image