Home > Budaya

Apa Itu Chindo, Kata Gaul yang Viral Gara-Gara Belinda Menang Master Chef Indonesia Season 11

Chindo adalah akronim dari China Indonesia. Kata gaul itu dipakai untuk menyebut masyarakat dari etnis China yang tinggal di Indonesia.

Belinda juara Master Chef Indonesia sesi 11 dinilai karena faktor Chindo.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Master Chef Indonesia (MCI) menjadi buah bibir setelah pemenang pada season 11 menimbulkan kontroversi. Netizen menyuarakan keresahannya dengan menyebutkan terpilihnya Belinda sebagai juara mengalahkan pesaingnya di babak final, karena Belinda adalah Chindo.

Dalam grand final, tiga juri seperti Chef Juna, Chef Renata dan Chef Arnold memenangkan Belinda sementara Kiki sebagai runner up. Netizen menilai, sepatutnya Kiki yang menjadi juara. Namun, pada grand final MCI season 11, Ahad (26/11/2023), Belinda menang dengan hanya selisih 10 poin.

Baca Juga: Presiden Jokowi Jadi Korban Deepfake Pakai AI, Jadi Jago Ngomong Bahasa China

Netizen kemudian menaikkan tagar Chindo atau China Indonesia dan Kiki, karena juara pertama MCI mayoritas Chindo. Kata Chindo pun mencuat dan viral di media sosial, seperti Twitter (X), Instagram, dan TikTok. Sebenarnya apa itu Chindo?

Sebenarnya Chindo adalah bahasa gaul yang dipakai untuk menyebut China Indonesia (China Indonesia). Chindo dipakai anak-anak muda Indonesia keturunan etnis China atau Tionghoa. Di Indonesia, beberapa orang yang dipanggil Chindo biasanya akan lebih mudah terkenal.

Baca Juga: Wali Songo Izinkan Raden Patah Gelar Pertunjukan Wayang Kulit untuk Rakyat Demak, Tiket Masuknya Pakai Syahadat

Siapa Orang Tionghoa-Indonesia?

Orang Tionghoa-Indonesia adalah salah sebuah kelompok masyarakat di Indonesia yang asal-usul leluhur mereka berasal dari Cina. Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan.

Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Cina menyatakan kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.

Orang Tionghoa Indonesia dikelompokkan berdasarkan garis keturunan. Pertama masyarakat Tionghoa-Indonesia keturunan penuh, dan masyarakat Tionghoa-Indonesia keturunan parsial.

Baca Juga: Gunungan Wayang Bukan Sekadar Pelengkap, Tetapi Sarat Makna dan Mewakili Alam Semesta

Masyarakat Tionghoa-Indonesia keturunan penuh atau disebut oleh orang Tionghoa Indonesia (endonim) merupakan sebuah kelompok masyarakat Tionghoa Warga Negara Indonesia (WNI) yang lahir dan besar di Indonesia. Masyarakat ini tidak ada garis keturunan campuran dengan orang non-Tionghoa-Indonesia dalam silsilahnya.

Masyarakat ini umumnya bersuku Hokkien, Khek/Hakka, Tiociu, Kanton, dsb. Mereka dapat dibagi lagi ke dalam kelompok orang Totok (yang masih mengikuti tradisi leluhur, dan bisa berbicara salah satu bahasa Tionghoa; biasanya WNI Tionghoa generasi pertama atau kedua), dan orang babah atau baba, yang sudah berasimilasi dan tidak lagi mengikuti tradisi serta tidak dapat berbicara bahasa Tionghoa.

Baca Juga: Cerita Terbentuknya Karawaci (Kampung Rawa China), dari Rawa Jadi Perkebunan dan Peternakan Babi

Sementara masyarakat Tionghoa-Indonesia keturunan parsial merupakan sebuah kelompok masyarakat yang memiliki garis keturunan campuran antara suku bangsa di Indonesia dengan suku bangsa di Tiongkok (Han maupun lainnya). Kelompok ini biasanya membentuk komunitas baru yang kemudian membentuk suatu identitas etnis tersendiri, contoh dari etnis yang terbentuk dari kelompok masyarakat ini ialah Suku Peranakan (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), Suku Benteng (di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat), dsb.

Ada juga WN China yang tinggal dan menetap di Indonesia...

WN China Tinggal di Indonesia

Di luar itu, ada masyarakat Warga Negara China yang hidup dan menetap di Indonesia. Kelompok ini masuk ke dalam kategori ekspatriat yang biasanya berupa pekerja (dikategorikan sebagai pekerja asing), maupun menikah dengan seorang Warga Negara Indonesia.

Orang WNI Tionghoa-Indonesia dapat tinggal di Indonesia, maupun tinggal di luar negeri, termasuk di China (sebagian Tionghoa Indonesia kembali ke Cina karena terpaksa memilih kewarganegaraan, pada era Orde Lama, atau karena sukarela: studi, bekerja, wisata, ataupun menikah), Amerika Utara, Eropa, Asia Tenggara, dan negara-negara lainnya. Di luar Indonesia, identitas mereka (dan orang-orang Indonesia dari suku lainnya) biasanya melebur menjadi "orang Indonesia" saja, atau Warga Negara Indonesia, tanpa embel-embel etnis.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image