Home > Budaya

Mengapa Orang Madura Pakai Cara Carok untuk Selesaikan Masalah?

Carok adalah tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk mempertahankan harga diri dari pelecehan orang lain.

Carok. Budaya Carok diambil masyarakat Madura untuk menyelesaikan masalah.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Empat orang tewas dibunuh dua saudara kakak beradik di Madura, Jawa Timur dalam tarung carok massal. Empat orang tersebut dilaporkan tewas usai dibantai dua orang yang diklaim sebagai budaya carok yang melekat di orang Madura untuk menyelesaikan masalah.

Djatmiko, W.P. dalam Jurnal Hukum Progresif berjudul "Rekonstruksi Budaya Hukum Dalam Menanggulangi Carok di Masyarakat Madura Berdasar Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sarana Politik Kriminal" yang terbit pada April 2019 dijelaskan, Carok adalah tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk mempertahankan harga diri dari pelecehan orang lain. Penyebab utamanya yaitu terjadinya pelecehan terhadap istri orang lain atau sengketa tanah dan sumber daya alam.

Carok dilakukan dengan dua cara, yaitu ngonggai dan nyelep. Senjata yang digunakan hanya celurit. Persyaratan melakukan Carok yaitu kadigdajan, tampeng sereng, dan banda.

Baca Juga: Jamaah Haji Asal Madura Langsung Ingat Dosa Gara-Gara Mandi di Hotel yang Keluar Air Panas

Penyebab carok diambil sebagai penyelesaian masalah bisa karena banyak faktor. Dalam masyarakat Madura, melecehkan istri dan anak orang lain merupakan hal yang memalukan bagi suaminya dan keluarganya karena bagi orang Madura, istri adalah bagian dari kehormatan laki-laki, sehingga bentuk pelecehan apapun berarti mencari kematian.

Salah satu prinsip hidup masyarakat Madura yaitu membalas sesuatu sama persis dengan perbuatan yang diterimanya. Bila ada anggota keluarga yang terbunuh, maka keluarganya juga akan membalas dengan cara yang sama.

Pemenang Carok selalu menyimpan baju dan senjata lawan yang dibunuhnya dan kemudian memberikannya kepada anak dan kerabat dekat pelaku Carok yang terbunuh. Tujuannya adalah untuk membalaskan dendam atas kematiannya. Karena alasan itulah budaya Carok menjadi sesuatu yang diwariskan secara turun temurun.

Baca Juga: Cerita Humor: Adu Kesaktian, Pendekar Madura Sunat Penis Nyamuk Pakai Celurit

Dalam perkara sengketa, Carok dijadikan sebagai cara terakhir untuk menyelesaikan masalah. Pihak yang bersengketa akan mengadakan musyawarah terlebih dahulu untuk mencapai kesepakatan damai. Jika tidak terjadi kesepakatan maka Carok diterapkan.

Cara Tarung Carok

Dalam Jurnal Hastijanti, Retno terbitan Juli 2005 berjudul "Pengaruh Ritual Carok terhadap Permukiman Tradisional Madura" dijelaskan, carok dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ngonggai dan nyelep. Ngonggai yaitu menantang lawan secara terang-terangan dengan mendatangi rumahnya. Sedangkan nyelep yaitu menyerang lawan dari samping atau dari belakang saat dalam keadaan lengah.

Carok juga dapat terjadi secara mendadak tanpa ada persiapan sebelumnya. Ini terjadi saat ada pelecehan harga diri secara tiba-tiba. Carok secara terang-terangan memerlukan tiga syarat yaitu kadigdajan, tampeng sereng, dan banda.

1. Kadigdajan berarti pihak yang akan berkelahi harus memiliki kesiapan secara fisik dan mental yaitu bela diri dan keberanian.

2. Tampeng sereng berarti memiliki tubuh yang kebal, sedangkan banda adalah biaya yang harus disiapkan untuk memulai Carok dan menanggung biaya setelahnya.

3. Banda digunakan untuk membayar mantra tubuh kebal, membiayai ritual kematian dari pelaku Carok yang terbunuh serta meringankan hukuman dalam putusan sidang peradilan.

Carok harus disetujui keluarga...

Carok Tradisi Pertahankan Harga Diri

Namun Carok hanya dilakukan jika pihak yang akan berkelahi telah menerima persetujuan dari keluarganya. Selain itu, Carok harus dilakukan di tempat yang sepi dan sulit dijangkau masyarakat, di mana para pelaku Carok juga harus mengenakan pakaian adat Madura dan hanya diperbolehkan menggunakan celurit sebagai senjata. Sebelum Carok dimulai, diadakan tukar celurit dan penyampaian pesan kepada keluarga masing-masing apabila terbunuh.

Carok bagi masyarakat Madura dimaknai sebagai bentuk mempertahankan harga diri terutama dalam perkara suami terhadap istrinya. Carok menjadi lambang kekuasaan suami terhadap istrinya sehingga terbentuk budaya berumah tangga terutama pada cara menerima tamu, cara berpakaian, dan pernikahan antar keluarga.

Carok juga menjadi pembentuk budaya pemukiman masyarakat Madura. Dari segi status sosial, Carok dijadikan alat untuk memperoleh kekuasaan dan melambangkan kekuatan bagi kerabat dan lingkungan sosial pelakunya.

Karena itulah pemenang dalam Carok akan menyimpan senjata yang dipakai untuk membunuh serta mengubur mayat lawannya di pekarangan rumah. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pewarisan dendam kepada keturunan dari pelaku Carok.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image