Amangkurat I Raja Kerajaan Mataram Islam Serahkan Semarang ke VOC Sebagai Imbalan Bantu Pemberontakan Trunojoyo
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Kota Semarang dilanda banjir sejak Rabu (13/3/2024) dan sedikitnya 158 ribu jiwa terdampak banjir yang melanda sebagian wilayah Ibu Kota Jawa Tengah itu. Kota Semarang dahulu menjadi pusat perdagangan dan perindustrian dengan pelabuhan terbesar di Jawa dan berperan sebagai tempat penyuplai kebutuhan pokok untuk perbekalan kapal-kapal, seperti beras, hasil bumi, rempah-rempah, berbagai jenis kain, serta kerajinan.
Berdasarkan catatan sejarah, pelabuhan laut Semarang mulai berfungsi pada 2 Mei 1547. Waktu itu bersamaan dengan penobatan Bupati Semarang pertama, yaitu Pandan Arang II.
Pada 1677, wilayah pantai utara dan wilayah pedalaman Mataram diserahkan kepada VOC sebagai balas jasa atas pemadaman pemberontakan Trunojoyo. Jalur perdagangan di Kota Semarang beralih di bawah kekuasaan VOC.
Semarang sebagai kota pesisir utara Jawa juga dijadikan pelabuhan terkenal pada masa kolonial. Sungai dijadikan jalur transportasi yang dilengkapi dengan kanal-kanal.
Pelabuhan Semarang bermuara di Laut Jawa dan terbentuk dari Kali Semarang yang membelah Kota Semarang. Peranan Kali Semarang sebagai jalur perdagangan sudah ramai sejak masa kekuasaan Kerajaan Demak.
Baca Juga: Viral Pernikahan Beda Agama di Semarang, Mempelai Wanita Berhijab Ikut Pemberkatan di Gereja
Di pelabuhan yang terletak di tepi Kali Semarang inilah terjadi aktivitas perdagangan dengan banyak pedagang lokal dan bangsa luar, seperti Cina, Arab, India, dan Portugis. Karena ramainya perdagangan di Semarang, dibangunlah sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perdagangan, salah satunya Menara Syahbandar Sleko.
Dinukil dari situs resmi Kemendikbud, keberadaan Menara Syahbandar Sleko di Semarang menjadi sebuah bukti bahwa dahulu Kota Semarang adalah kota niaga yang ramai. Kota pesisir di Indonesia merupakan bagian dari sebuah jalur gerbang alami untuk perdagangan antarpulau (Asnan, 2011).
Baca Juga: Sejarah Jagakarsa, Ternyata dari Nama Pangeran Kesultanan Mataram Keturunan Raden Fattah
Menara Sleko dulu disebut Kleine Boom en Uitkijk. Menara Sleko berfungsi sebagai pelabuhan kecil untuk mengatur bongkar muat pedagang kecil dan penghubung pelayaran atau pelabuhan ke luar Semarang.
Dinukil dari Jurnal Pengembangan Kota, Konservasi Menara Sleko Menuju Lansekap Kawasan Kota Kuno Semarang, karya Rukayah, R. S., Abdullah, M., & Etenia, A. (2021), nama “Sleko” berasal dari bahasa Belanda dengan arti ‘gerbang kota’. Menara Sleko Semarang dilengkapi dengan gardu pandang serta memiliki halaman untuk istirahat para pedagang. Para pedagang yang memasuki Semarang saat melewati Menara Sleko perlu membayar retribusi (Rukayah et al., 2021).
Baca Juga: Satu Keluarga Bunuh Diri di Penjaringan, Ini Penjelasan Gus Baha Soal Mati Bunuh Diri
Menara Sleko punya peran penting dalam perniagaan...
Peran Menara Sleko Semarang
Pada masa kejayaan Belanda, Menara Sleko Semarang memiliki peran penting dalam perniagaan antarpulau dan negara lain. Menara Sleko menghubungkan jalur laut untuk saling berhubungan dengan antarkapal dan pedagang di jalur darat.
Seluruh kapal yang berlabuh atau transit di Kota Semarang wajib melapor ke Menara Sleko. Menara Syahbandar Sleko dapat dikatakan sebagai menara pengawas serta dijadikan juga sebagai kantor kongsi niaga Belanda.
Menara Syahbandar Sleko merupakan salah satu bangunan di Kota Lama Semarang yang berdiri pada 1825. Bangunan saksi sejarah pada masa kolonial Belanda ini terletak di Jalan Sleko tepat di tepi Kali Semarang dan dijadikan titik 0 kilometer.
Baca Juga: Mitos dan Asal Usul Beringin Kembar di Alun-Alun Yogyakarta
Menara yang berada di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah ini sempat direvitalisasi Pemerintah Kota Semarang, Bangunan cagar budaya besejarah yang dibangun pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1825 tersebut direvitalisasi PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN).
Tujuan revitalisasi sebagai upaya menghidupkan pelestarian cagar budaya dan meningkatkan kunjungan wisatawan di Kota Semarang. Menara Syahbandar Sleko diharapkan mampu menjadi ikon baru dan daya tarik wisata Kota Semarang.
Baca Juga: Bacaan Doa, Niat, dan Tata Cara Sholat Tarawih
Sebelum direvitalisasi, kondisi bangunan Menara Syahbandar Sleko mengenaskan. Seluruh atap menara, jendela, dan pintu telah hilang dan hanya tersisa bangunan batu bata rapuh.
Dari arah Kali Semarang, terlihat lahan bangunan Menara Sleko semakin menyempit. Alasannya karena munculnya bangunan-bangunan baru yang berdiri di pinggir kali.
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.