Home > News

Salju Sering Turun di Wilayah Gurun, Benarkah Tanda Kiamat dari Negeri Arab?

Salju makin sering turun di Gurun Sahara dan wilayah Tabuk, Arab Saudi.
Salju menyelimuti pasir di Gurun Sahara (Foto: Karim Bouchetta/Daily Mail)
Salju menyelimuti pasir di Gurun Sahara (Foto: Karim Bouchetta/Daily Mail)

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata gurun pasir? Sebuah lautan pasir yang tidak ada bertepi? Atau cuaca panas yang seolah bisa memecahkan kepala? Namun, pernahkah Anda berpikir jika salju turun di gurun?

Salah satu gurun pasir yang didatangi salju adalah Gurun Sahara. Gurun Sahara membentang lebih dari sembilan juta kilometer persegi dan melintasi Afrika. Gurun ini juga merupakan guru panas terbesar di dunia.

Namun, gurun yang biasanya panas dan terik terlihat diselimuti salju pada awal Januari 2022 setelah salju turun di dekat kota Ain Sefra, Aljazair.

Seorang fotografer bernama Karim Bouchetata mengabadikan bagaimana pasir di Gurun Sahara tertutup salju. Ini adalah kali kelima dalam empat dekade terakhir Gurun Sahara diselimuti salju. Setelah sebelumnya terjadi pada 1979, 2016, 2018, dan 2021.

Ain Sefra berada di Pegunungan Atlas, pegunungan yang membentang di Afrika Utara. Kota yang terletak 1.000 meter di atas permukaan laut itu dikenal sebagai "pintu gerbang Gurun Sahara".

Salju yang menyelimuti Gurun Sahara terlihat membentuk pola luar biasa di atas pasir. Es dan salju meninggalkan riak di bukit-bukti pasir.

Padahal Ain Sefra yang dikelilingi Pegunungan Atlas biasanya memiliki suhu 40 derajat celcius selama musim panas, dan suhuh terendahnya -10,2 derajat celcius ketika musim dingin. Pada 1979 kota itu dihantam badai salju, sementara tahun 2018, salju setebal 40 sentimeter menyelimuti kota tersebut.

Meskipun Gurun Sahara sangat kering, gurun itu diperkirakan akan kembali hijau. Meski waktunya diperkirakan sekitar 15.000 tahun.

Salju yang datang karena perubahan suhu yang ekstrem akan menyelimuti gurun pasir, tetapi akan cepat mencair di hari berikutnya. Seperti yang terjadi di Aljazair, di mana sistem tekanan tinggi dari udara dingin telah berpindah ke gurun, menyebabkan suhu yang lebih rendah.

Bahkan, antisiklon semacam itu mencapai Arab Saudi dengan bergerak searah jarum jam keluar dari Asia Tengah, mengambil uap air dalam perjalanan yang mendingin membentuk salju. Tak hanya di Gurun Sahara, pada Januari 2021 salju juga turun di Arab Saudi, di mana suhu terdingin berkisar 12 derajat celcius.

Di wilayah Asir, hujan salju pertama dalam 50 tahun terakhir turun pada Januari lalu. Turunnya salju di Arab Saudi saat ini bukan menjadi fenomena langka, karena dalam beberapa tahun terakhir salju kerap turun di wilayah kerajaan tersebut.

Salju Turun di Tabuk Arab Saudi, Tanda Kiamat? Seorang pria dengan latar salju yang turun di Provinsi Tabuk, Saudi Arabia, Selasa (25/2). Foto: Mohamed Al Sultan/Reuters
Salju Turun di Tabuk Arab Saudi, Tanda Kiamat? Seorang pria dengan latar salju yang turun di Provinsi Tabuk, Saudi Arabia, Selasa (25/2). Foto: Mohamed Al Sultan/Reuters

Terakhir kali di wilayah Tabuk salju terlihat turun. Warganet mengatakan unta-unta terlihat kebingungan karena gurun pasir tertutup salju.

Banyak orang mengisahkan reaksi orang-orang hingga binatang terhadap salju tersebut. "Badai salju lebat sedang berlangsung di Tabuk. Unta-unta ini terlihat sangat bingung," kata salah satu akun Twitter.

Lantas apakah turunnya salju di Arab Saudi bisa dikaitkan dengan semakin dekatnya kiamat?

Dilansir dari Newsweek, salju justru dijelaskan sebagai peristiwa yang biasa dan diketahui banyak warga Saudi. Karena wilayah Utara yang merupakan lokasi Kota Tabuk sudah terbiasa turun salju.

Seorang pengguna yang mengaku tinggal di negara itu menjelaskan, salju akan turun setiap tahun. "Informasi koreksi: Saya tinggal di Arab Saudi, turun salju setiap tahun di Utara Tabuk. Ini bukan peristiwa langka," katanya.

"Benar-benar turun salju di sana setiap Januari," klaim salah satu pengguna Twitter lainnya.

Kepastian salju di Tabuk merupakan peristiwa biasa juga ditekankan oleh Jubir Kedubes Arab Saudi untuk Amerika Fahad Nazer. "Tidak dapat disangkal perubahan iklim tetapi juga tidak jarang di wilayah ini, Tabuk di Barat Laut Arab Saudi mengalami salju. Bertentangan dengan persepsi populer, tidak setiap wilayah di Kerajaan hangat sepanjang tahun," katanya di Twitter.

Dugaan warganet yang mengaitkan turunnya salju sebagai tanda kiamat ini dikatakan karena ada hadist yang menyebut perubahan kondisi di Arab Saudi bisa menjadi tanda kiamat sughro atau kiamat kecil. Hadist Nabi mengatakan kiamat akan terjadi saat Arab Saudi menjadi wilayah yang subur tanahnya.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجاً وَأَنْهَاراً وَحَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ بَيْنَ الْعِرَاقِ وَمَكَّةَ لاَ يَخَافُ إِلاَّ ضَلاَلَ الطَّرِيقِ وَحَتَّى يَكْثُرَ الْهَرْجُ

"Kiamat tidak akan terjadi hingga wilayah Arab kembali menjadi tanah yang subur banyak padang hijau dan sungai-sungai. Hingga orang yang melakukan safar antara Iraq dan Makkah, tidak ada yang ditakuti selain kegelapan di jalan. Dan tidak muncul kiamat sampai terjadi banyak pembunuhan," (HR. Ahmad).

× Image