Sejarah MUI, Dibentuk Presiden Soeharto Sebagai Pewaris Tugas-Tugas Para Nabi
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendapatkan teror setelah seseorang melakukan aksi penembakan membabibuta menggunakan air soft gun, Selasa (2/5/2023). Pelaku penembakan tewas, sementara dua karyawan MUI menjadi korban lesatan senjata senapan air softgun dan percikan kaca yang pecah.
"Ada dua orang pegawai kami yang terluka. Yang satunya terkena pecahan kaca, yang satunya lagi di punggung kena air softgun," kata Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa, Arif Fahrudin saat ditemui di gedung MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa siang WIB.
Bicara MUI, organisasi ini punya sejarah panjang. MUI adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.
.
BACA JUGA: Bule Australia Ludahi Imam Masjid di Bandung, Teringat Gus Dur yang Bikin Bule Nyasar Makin Bingung
Dinukil dari akun resmi, MUI berdiri pada 7 Rajab 1395 H atau bertepatan dengan 26 Juli 1975 di Jakarta. MUI berdiri hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.
Dari musyawarah tersebut, dihasilkan sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama, zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah "Piagam Berdirinya MUI" yang ditandatangani seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I.
BACA JUGA: Halal Darah Warga Muhammadiyah, Gus Baha: Perbedaan Fiqih NU dan Muhammadiyah Lumrah dalam Islam
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya), sehingga terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penjajahan dan perjuangan kemerdekaan.
Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia. Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.
BACA JUGA: Download GB WhatsApp Pro Terbaru Versi 1 Mei 2023, Gratis Link, Gampang Diinstal, Bonus Fitur Keren
Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. Karena itu kehadiran MUI makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.