Home > Sejarah

Gara-Gara Panti Pijat dan Klub Malam Berdiri di Jalan Blora, Pedagang Sate Digusur

Panti pijat, perjudian, hingga prostitusi dilegalkan di era Gubernur Ali Sadikin.
Ilustrasi panti pijat. Kebijakan melegalkan panti pijat di Jalan Blora di era Gubernur Ali Sadikin, membuat para tukang sate tergusur. Foto: Republika.
Ilustrasi panti pijat. Kebijakan melegalkan panti pijat di Jalan Blora di era Gubernur Ali Sadikin, membuat para tukang sate tergusur. Foto: Republika.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Ini kisah tentang perputaran uang di sekitar wilayah Segitiga Emas Jakarta. Sebelum menjadi wilayah perkantoran dan sentra bisnis seperti sekarang, wilayah tersebut masih banyak yang berupa kebun dan rawa. Selain itu sejumlah pedagang berjualan di sekitar wilayah tersebut.

Cerita ini dimulai dengan lalu lintas Tanah Abang yang makin hidup setelah beroperasinya KRL. Saban hari sejak Subuh hingga tengah malam, ribuan penumpang yang dari Bogor, Bojonggede, Citayam, Depok, dan sekitarnya, memanfaatkan KRL sebagai transportasi pergi dan pulang dari tempat bekerja di Jakarta.

BACA JUGA: Bilik-Bilik Cinta PSK di Gerbong Kereta

Naik kereta memang menjadi solusi bagi penduduk di Depok hingga Bogor. Kemacetan yang kian menggila di Jakarta, ditunjang dengan transportasi yang kini makin bagus membuat naik KRL menjadi solusi menghemat BBM dan waktu.

Di antara stasiun yang dipadati penumpang adalah Stasiun Sudirman. Sebelum bersalin nama menjadi Stasiun Sudirman, stasiun ini dulunya bernama Stasiun Dukuh Atas, nama salah satu kampung tua di kelurahan Setiabudi. Letaknya diujung Jl Blora dan Jl Kendal, Jakarta Pusat.

BACA JUGA: Kereta Nyebur ke Sawah karena Tubruk Kerbau di Ancol, Ulah Si Manis?

Bicara Jalan Blora tak afdol jika tidak ngomongin pedagang sate.... baca di halaman selanjutnya ya...

× Image