Hutan Lindung Hilang, Jakarta Mustahil Bebas dari Kebanjiran
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Ratusan hektar kawasan hutan lindung dan resepan air di Kapuk Muara dan Pantai Indah Kapuk, yang dulu dilindungi kini disulap jadi hutan beton. Ekologi Jakarta juga semakin rusak sejak dibukanya Pluit dan Muara Karang menjadi wilayah permukiman. Padahal, semula kedua daerah itu merupakan daerah resepan air.
Bahkan Jalan Tol Cengkareng pada 2002 pernah lumpuh karena banjir. Anehnya, para konglomerat yang tidak betah melihat lahan konservasi itu terpelihara, tidak merasa bersalah atas kecerobohan ini. Padahal, perumahan-perumahan mewah yang mereka bangun juga diterjang banjir. Kalau sekarang 80 persen daratan Jakarta sudah dipadati bangunan, jangan heran kalau jumlahnya akan terus bertambah jika masalah lingkungan dan penghijauan tidak diperhatikan.
BACA JUGA: Nama Kota Tua Diganti Jadi Batavia: Ini Pintu Kecil Menuju Benteng Batavia Zaman Belanda
Para pengembang bisa menjadi salah pihak yang disalahkan sebagai penyebab Jakarta kebanjiran. Bila diingat 80 persen daratan Jakarta sudah dipadati bangunan. Padahal dalam Rencana Induk Jakarta 1965 – 1985 ruang terbuka hijau sebagai taman kota seharusnya 60 persen.
Dulu, daerah Kebayoran Baru dan Menteng semasa gubernur Ali Sadikin hanya diperuntukkan bagi perumahan. Dari kedua kawasan di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, para pemukimnya pergi bekerja keluar. Kini kedua daerah itu berdiri perkantoran dan berbagai pusat bisnis yang membludak.
BACA JUGA: Kisah 300 Tahun Makam Keramat Pangeran Jayakarta Disembunyikan di Jatinegara Kaum
Kawasan Kuningan, Setiabudi, dan Kemang dulunya merupakan pusat bisnis susu. Ratusan warga Betawi dengan mengayuh sepeda pagi dan sore mengantarkan susu yang dikemas dalam botol ke pelanggan-anggannya di Menteng, Cikini dan Kebon Sirih. Sementara warga Betawi berduit memelihara puluhan sapi untuk diperah susunya.
Memang Jakarta yang terletak di dataran rendah, sejak zaman Kerajaan Taruma Negara sering dilanda banjir. Peristiwa yang terjadi 15 abad lalu itu sempat terekam dalam Prasasti Tugu, di Jakarta Utara yang kini disimpan di Museum Sejarah Jakarta.
BACA JUGA: Ziarah ke Makam Habib Luar Batang, Berburu Berkat di Habib Kwitang
Raja Purnawarman yang memimpin kerajaan ini, pernah menggali Kali Chandrabagha (Bekasi) dan Kali Gomati (Kali Mati di Tangerang) sepanjang 12 km untuk mengatasi banjir. Untuk menyukseskan proyek tersebut sang raja memotong seribu ekor sapi. Para sejarawan kemudian membuat perkiraan, bila satu ekor sapi dimakan 100 orang, maka penduduk yang ada di sekitar kawasan ini 15 abad lalu sudah ratusan ribu jiwa.
Ketika melakukan penggalian tersebut, kebijakan permukiman disusun berdasarkan prinsip keseimbangan ekologi. Karena itu rawa-rawa di pedalaman boleh diuruk untuk permukiman. Tapi Sang Raja melarang rakyatnya untuk menguruk rawa-rawa di pantai, karena merupakan kawasan resepan air.
BACA JUGA: Y2Mate: Gratis Download MP3 dari YouTube, Cepat, Mudah Save di Smartphone/Laptop
.
DENGARKAN DONGENG PILIHAN UNTUK ANDA:
.
BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.