Home > Budaya

Lika-liku Pernikahan Orang Betawi: Agar Cinta tak Ditolak, Mak Comblang Bertindak

Untuk sampai ke proses pernikahan, masyarakat Betawi tempo dulu harus menjalani serangkaian proses perjodohan.
Pengantin Betawi. Masyarakat Betawi mengenal Mak Comblang yang bertugas menjadi perantara mencarikan jodoh. Foto: Republika
Pengantin Betawi. Masyarakat Betawi mengenal Mak Comblang yang bertugas menjadi perantara mencarikan jodoh. Foto: Republika

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Di masyarakat Betawi tempo doeloe istilah mak comblang sangat beken. Mak comblang merupakan sosok yang memiliki keahlian dalam urusan perjodohan.

Sesuai dengan namanya, mak comblang bertugas mencari perempuan calon mantu atau none calon mantu, sesuai permintaan orang tua si jejaka. Karena itu, ia adalah seorang yang pandai bicara dan bergaul. Biasanya,mak comblang adalah seorang wanita yang telah berumur (paruh baya), yang keahliannya dalam mencari calon menantu sesuai dengan ‘pesanan’ tidak diragukan.

BACA JUGA: Asal Usul Nama-Nama Tempat di Jakarta: Dari Ancol Sampai Kampung Ambon

Bagi orang Betawi, untuk sampai tahap berumah tangga, dikenal istilah ngedelengin. Dulu, bila sebuah keluarga mempunyai anak lelaki yang sudah berangkat dewasa, sudah bekerja, dan sudah pantas berumah tangga, orang tuanya berusaha untuk mencarikan jodoh. Bagi masyarakat Betawi, belum menikah pada usia tertentu akan menjadi bahan fitnah atau bahan gunjingan tidak sedap di telinga yang bersangkutan dan keluarganya.

Sebelum sampai ke mak comblang, pertemuan atau perjodohan jejaka dan gadis biasanya tercipta saat si jejaka dan gadis ‘bertemu’ pada saat malam ngeracik atau mangkat. Kala itu belum ada katering, hingga pada malam menjelang hajatan sejumlah gadis membantu memasak di pelataran atau halaman belakang rumah dan bikin tetarub

BACA JUGA: Pesawat Berisi 182 Jamaah Haji Indonesia Meledak Menabrak Bukit Nabi Adam di Srilangka

Saat itu si gadis, seperti diperintahkan orang tuanya, sejak sore telah berdandan seelok mungkin. Rambutnya diberi minyak kelapa atau minyak urang aring supaya tampak licin. Di situlah kesempatan sang jejaka mengintip dan kemudian memberitahukan pada orang tuanya gadis mana yang disukai.

Menurut Nyonya Andreas, yang saat saya wawancara pada 2009 berusia 79 tahun, dari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), saat itu si perjaka sudah mulai berani menggoda. Ketika si gadis memarut kelapa, si perjaka berucap, “Aduh abang ingin jadi kelape.” Atau, “Abang ingin jadi centongnya.”

BACA JUGA: SssTiktok, Download Video TikTok tanpa Watermark, Cepat, Aman, dan Gratis

Waktu itu, salah satu syarat bagi orang tua untuk memilih seorang gadis adalah harus pandai memasak. Hingga, di masyarakat Betawi, masak memasak diajarkan pada anak gadis sejak berusia belasan tahun.

Bila ada kecocokan barulah sang orang tua meminta jasa mak comblang. Lalu si gadis dengan suka cita akan diperlihatkan oleh ibunya di hadapan mak comblang. Misalnya, dengan mengeluarkan sajian pengetean (minum teh).

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Rakyat Datang ke Istana Negara Minta Doa, Kalo Politikus ke Istana Minta Jabatan

× Image