Tak Ada Tahlilan untuk Buya Syafii, Ini Alasan Orang Muhammadiyah tidak Tahlilan
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Mantan ketua PP Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia pada Jumat, 17 Mei 2022. Keluarga besar Muhammadiyah pun mendapatkan banyak ucapan belasungkawa atas kepergian Buya Syafii. Namun, seperti tradisi Muhammadiyah, tidak ada acara tahlilan yang digelar setelah kepergian Buya Syafii. Tidak ada acara tiga hari, tujuh hari, 100 hari, atau bahkan 1.000 hari kematian.
Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA menjelaskan, orang Muhammadiyah memang tidak tahlilan, tetapi tidak melarang bertahlil. "Di situlah uniknya orang Muhammadiyah, tidak tahlilan tetapi tetap bertahlil," kata Dr M Saad Ibrahim MA saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (27/11/2021). Perayaan milad bertema Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.
BACA JUGA: Asal Usul dan Arti Gelar Buya, Gelar yang Disematkan untuk Alim Ulama Seperti Buya Syafii Maarif
Saad mengatakan, ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. Karena memang Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah. "Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ucap dia.
Ia menjelaskan, model keberagaman di Muhammadiyah itu unik. Orang Muhammadiyah itu tidak terlalu panjang wiridannya dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi.
BACA JUGA: Gus Baha: Andai Tahlilan Baik Pasti Dilakukan Sahabat, Gak Mungkin Kan Sahabat Nahlili Nabi Muhammad
Warga Muhammadiyah juga tidak banyak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil, karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah. “Kenapa demikian orang Muhammadiyah. Karena energinya juga digunakan untuk membangun umat. Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaasnya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan," kata Dr Saad.
Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren. "Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” kata Saad menjelaskan.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.