Orang Betawi ke Tanah Suci: Yang Naik Haji Satu Orang, Yang Nganterin Satu Kampung
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Satu kata cita-cita warga Betawi yang dikenal kuat memegang teguh agamanya, naik haji ke Tanah Suci. Gairan warga Betawi menundaikan rukun Islam kelima itu bisa dilihat dari majelis-majelis taklim Habib Ali Kwitang, Assafiiyah, dan Attahiriyah yang selalu dipenuhi pengunjung dan tidak pernah lepas dari doa-doa agar para jamaahnya bisa menunaikan ibadah haji dan ziarah ke makam Nabi Muhammad.
Bagi warga Betawi, sejak masa kecil ketika hendak ditidurkan, si ibu dengan kasih sayang bersenandung, "Ya Allah ya Rabbi, minta rezeki biar lebih, biar bisa pergi haji, ziarah ke kuburan Nabi". Senandung itu menjadi pengingat dari orang tua agar kelak mereka bisa menunaikan rukun Islam kelima.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
Karenanya, tidak heran mereka yang akan menunaikan ibadah haji selalu dilepas dengan kebesaran. "Bang, jangan lupe ya name kita dipanggil-panggil di depan Kabah. Jangan lupe kirim salam kite juga pada Nabi Muhammad SAW. Semoga kite bisa ziarah."
Yang menyampaikan pesan ini bukan satu dua orang saja, bisa berpuluh-puluh orang. Entahlah, apakah yang dititipi pesan bisa mengingat nama mereka semua. Suasananya memang mengharukan. Karena mereka yang melepas keberangkatan keluarga, kerabat, atau tetangganya, mengucapkan kata-kata di atas sambil menangis.
BACA JUGA: Buya Yahya: Hukum Sedekah Pakai Uang Haram Tetap Dosa, Seperti Wudhu Pakai Air Kencing
Ketika menunaikan ibadah haji pada 1973, saya menerima pesan yang demikian dari keluarga dan kerabat. Akan tetapi, sesampainya di Tanah Suci hanya beberapa orang yang pesannya saya sampaikan.
Yang lebih mengherankan lagi, ada yang titip surat dalam amplop kepada Rasulullah. Maksudnya, agar disampaikan ke makam beliau. Kebiasaan di tempo dulu ini sampai sekarang masih berlangsung di daerah pinggiran, meskipun tidak banyak lagi. Karena bisa berabe bila ketahuan askar yang siang malam menjaga di makam Nabi.
BACA JUGA: Karim Benzema dan Asal Usul Gelar "Wak Haji" di Indonesia
Ada kebiasaan masa lalu yang sekarang ini sudah hampir dihilangkan, yakni menangisi calon haji ketika hendak berangkat. Menangisnya bukan sekadar menitikkan air mata, tapi hingga menggerung-gerung. Mungkin, ini karena saat pergi haji dulu perlu waktu berbulan-bulan. Bahkan, ada kalanya hitungan tahun.
Kalau sekarang dengan pesawat ditempuh dalam tempo sembilan jam, tidak demikian di masa lalu. Naik haji dengan kapal uap baru dimulai 1920. Sebelumnya, kapal layar harus singgah di banyak pelabuhan.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Pak Haji Marah Radio di Arab Ngaji Alquran, di Indonesia Isinya Dangdutan
Bahkan, dengan kapal uap, pergi haji perlu waktu tiga-empat bulan baru kembali ke Tanah Air. Ini termasuk perjalanan Jakarta–Jeddah pulang pergi. Saat telekomunikasi masih minim, keluarga di Tanah Air tidak memperolah kabar bagaimana keadaan kerabatnya di Tanah Suci.
Pada 1970-an, terjadi booming minyak. Ketika itulah banyak warga Betawi menunaikan ibadah terlebih dulu dengan cara menjual tanah atau terkena gusuran untuk proyek. Tak heran, saat itu muncul istilah ‘haji gusuran’.
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Humor Gus Dur: Kiai Nyaris Disambar Petir Gara-Gara Ngomong Kasar Saat Main Golf
> Ade Armando Dipukuli, Kiai NU Usulkan Fatwa Haram Demo Saat Puasa Ramadhan
> Guntur Romli Sebut Pemukul Ade Armando adalah Preman yang Suka Bawa-Bawa Agama
> Pendeta Saifudin Ibrahim Sebut Gus Dur tidak Pernah Sholat
> Abu Janda: Bukan tidak Mungkin Ada Update Ayat Alquran oleh Para Khalifah Pasca-Nabi Muhammad
> Cak Nun Ceramah di Markas PDIP: Saya Dianggap Memusuhi Megawati, Tapi Sama Setan tidak Dipermusuhkan
> Humor Gus Dur: Makan Ayam Gratis Saat Jadi Anak Kos di Mesir
> Berburu Janda Pejabat Belanda di Batavia, Orang Tionghoa Cari PSK di Mangga Besar
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Cak Nun: Yang Mengatur Hujan Bisa Tuhan, Wakil-Wakil Tuhan, atau Makhluk Seperti Jin dan Manusia
> Humor Gus Dur: Biarkan Pendemo Lempari Rumah Soeharto, Paling Kacanya Pecah
> Humor Gus Dur: Deheman Kiai Bikin Santri yang Ketahuan Mencuri Ikan Nyaris Ngompol
> Humor Gus Dur: Pendeta Baptis Mobil Kiai, Dibalas Kiai Sunat Motor Pendeta
> Pak AR Ingin Daftar Jadi Mahasiswa Malah Diminta Jadi Dosen Agama Islam
> Asal Usul Nama-Nama Tempat di Jakarta: Dari Ancol Sampai Kampung Ambon
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.