
KURUSETRA — Salam Sedulur… Budaya Jawa menjadi salah satu budaya paling tua di Indonesia. Masyarakat Jawa pun berpegang teguh pada falsafah hidup yang menjadi penuntun jalan kehidupan.
Makna dari falsafah tersebut sangat kuat, sehingga wajar rasanya jika masyarakat Jawa masih terikat kepada ajaran para leluhurnya. Berikut 10 falsafah hidup orang Jawa:
1. Alon-alon waton kelakon
Makna dari falsafah ini adalah jangan terburu-buru. Memang orang Jawa terkenal dengan istilah pelan asal selamat. Mungkin terdengar sederhana, tetapi punya makna mendalam karena diminta untuk berhati-hati, waspada, dan ulet dalam berusaha menjalani kehidupan.
2. Urip iku urup
Hidup harus berguna untuk orang lain, terutama orang-orang di sekitar. Falsafah ini mengajarkan agar sering berbagi sehingga di dalam kehidupan memiliki manfaat. Hidup harus menyala.
BACA JUGA: Harimau Jawa Masih Ada, Mitos atau Fakta?
3. Nerimo ing pandum
Ikhlas bagi orang Jawa adalah pelajaran pertama dalam hidup. Orang Jawa diminta ikhlas menjalani kehidupan sehingga tidak menjadikan diri serakah.
4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha
Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, kesaktian tanpa ajian, kekayaan tanpa kemewahan merupakan arti dari filosofi ini. Orang Jawa diajarkan untuk menjadi pemberani walaupun harus berjuang sendirian.
Karena itu orang Jawa yang merantau ulet dalam bekerja sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu orang Jawa pandai bersyukur dan selalu menjaga wibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan, atau keturunan.
Tujuh falsafah orang Jawa lainnya adalah…
5. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman
Jangan mudah heran, mudah menyesal, mudah terkejut, dan manja. Filosofi ini mengajarkan orang Jawa untuk menerima keadaan sehingga tidak membuat masalah untuk diri sendiri dan orang lain.
6. Ngunduh wohing pakarti
Semua orang akan mendapatkan akibat dari segala perilakunya sendiri. Jadi, kita tidak perlu menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain karena bisa saja itu adalah akibat dari apa yang kita lakukan sendiri. Jadi, kita harus ingat untuk berhati-hati dalam betindak.
7. Sapa nandur, bakalan ngunduh
Orang Jawa percaya karma, karena itu falsafah siapa yang menanamkan kebaikan akan mendapatkan hasil yang baik pula. Karena itu orang Jawa percaya, jika banyak menanamkan kebaikan akan mendapatkan balasannya suatu hari nanti.
BACA JUGA: Berapa Kecepatan Tornado yang Menghancurkan Rancaekek Bandung?
8. Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana
Petuah para leluhur orang Jawa adalah anak keturunannya harus pandai menjaga kehormatan diri, baik dari lisan atau pakaian. Karena penampilan dan ucapan mempengaruhi penilaian orang lain kepada diri kita.
9. Ojo kuminter mundak keblinger, ojo cidro mundak ciloko
Orang Jawa diajarkan untuk tetap rendah hati, sehingga diminta untuk tidak merasa paling pintar agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang jika tidak mau celaka.
10. Sak bejo-bejone wong kang lali isih bejo wong kang eling lan waspodo
Orang yang paling beruntung adalah yang selalu ingat kepada Tuhan. Petuah ini disampaikan orang Ronggowarsito.
BACA JUGA: Sejarah Kemunculan Copet di Jakarta
11. Becik kethitik ala ketara
Kebaikan akan terlihat dan kejahatan juga akan terlihat. Karena itu, orang Jawa diajarkan selalu berbuat baik sebanyak-banyaknya. Karena perbuatan buruk bisa saja terbongkar walau sudah disembunyikan, kecuali atas kebaikan Tuhan.
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
