Tanam Paksa Belanda Bikin Ratusan Ribu Orang Mati Kelaparan di Grobogan, Cirebon, dan Demak
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Rakyat Indonesia pernah merasakan kejamnya masa penjajahan di tangan Hindia Belanda. Genosida pernah terjadi di beberapa era Gubernur Jenderal Hindia Belanda, salah satunya di era Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch.
Di era Van Bosch, penderitaan rakyat Indonesia berada di titik nadir. Di kepemimpinannya, Van den Bosch melancarkan cuulturstelsel atau sistem tanam paksa.
Baca Juga: Wisata Dadakan Warga Grobogan, Menikmati Syahdunya Senja di Pinggir Sawah Bersama Keluarga
Rakyat sejak 1830 selama beberapa dekade dipaksa menanam hasil bumi yang hanya laku di pasaran internasional. Penduduk bukan saja tidak diberi upah, bahkan mereka membawa bekal sendiri untuk makan.
Penduduk yang tidak memiliki tanah diwajibkan kerja rodi selama 60 hari dalam setahun. Mereka yang kerja rodi tak diupah sepeser pun.
Baca Juga: Warga Grobogan Dilarang Nikah Ngalor-Ngetan, Apa Itu? Kalau Dilanggar Bisa Terjadi Musibah!
Sistem yang memelaratkan rakyat ini telah digugat Eduard Douwes Dekker atau Multatuli dalam bukunya ‘Max Havelaar’ pada 1860. Sebagai tanda protes Multatuli meminta berhenti sebagai asisten residen Lebak di Banten.
Isaac Fancen, orang Belanda lainnya yang pernah menjadi pengurus sebuah pabrik gula di Jawa, dalam sebuah karyanya mengungkapkan, “Cuulterstelsel sama sekali pemerasan, sumber utama kemelaratan rakyat di pulau Jawa, dan suatu perangsang untuk keangkuhan, ketamakan dan kerakusan Belanda.”
Beberapa data akurat akibat sistem yang menggencet petani dapat dilihat dari data di bawah ini.
– Di Cirebon pada 1844 terjadi bahaya kelaparan yang ambil korban ribuan orang.
– Pada 1848 penduduk Demak tinggal 120 ribu dari 336 ribu. Lebih 2/3 penduduk mati kelaparan.
– Pada 1849, Grobogan, Jateng, yang berpenduduk 98.500 orang, hanya tersisa 9 ribu orang. Sebanyak 9/10 penduduk mati kelaparan.
Baca Juga: Dapat Durian Runtuh, Warga Desa Rajek Grobogan Masak Pakai Gas Rawa, Tak Perlu Lagi Beli LPG
Ratusan ribu rakyat Jawa mati seperti tikus kelaparan di tanah airnya yang subur. Sementara Van den Bosch diberi gelar ‘Graaf’ oleh rajanya.
Ia dianggap pahlawan karena berhasil menyelamatkan dan memulihkan ekonomi Belanda. Saat itu perekonomian Belanda hancur lebur gara-gara berbagai peperangan, termasuk Perang Jawa melawan pasukan Pangeran Diponegoro.
Baca Juga: Perang Jawa dan Riba Bank Bikin Belanda Bangkrut
VOC Bangkrut
Seperti masa-masa lalu, pada tahun 1940-an sebelum Hindia Belanda ditaklukkan Jepang keuntungan yang diperoleh di pasaran dunia hampir seluruhnya mengalir ke Belanda. Jumlahnya mencapai satu miliar gulden tiap tahun.
Bahkan, menurut data dari pihak Belanda sendiri, tanpa adanya suntikan uang yang berasal dari Indonesia, pemulihan ekonomi dan industrialisasi Belanda setelah Perang Dunia II, pasti akan berjalan lebih alot.
Baca Juga: Di Masa VOC Berkuasa, Tak Ada Ampun Bagi Pembunuh, Hukumannya Mati Digantung
Karena itulah, menurut KNPMBI merayakan kejayaan VOC sama dengan berpesta-pora di atas kesengsaraan dan kematian ratusan ribu rakyat Indonesia yang dibantai VOC. Perayaan itu memperlihatkan negara-negara yang sekarang ini mengaku sebagai kampiun HAM, di masa-masa lalu justru menjadi pelanggar HAM paling menjijikkan. Sayangnya HAM bukan milik kita, tapi milik mereka.
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.