Home > Hikmah

Arti Kun Fayakun di Ayat 82 Surat Yasin dan Alasan Orang Muhammadiyah Yasinan Hanya Cukup Satu Ayat

Kalimat kun faya kun menjadi bukti begitu hebatnya Allah SWT, kalau menghendaki sesuatu cukup mengatakan kun lalu fayakun.

Surat Yasin. Orang Muhammadiyah ternyata juga membaca Surat Yasin setiap malam Jumat.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Ritual yasinan atau membaca Surah Yasin setiap malam Jumat di Indonesia disebut hanya dilakukan warga NU saja. Orang Muhammadiyah dianggap berbeda karena tidak pernah melakukan ritual Yasinan. Padahal, warga Muhammadiyah juga punya tradisi Surah Yasin setiap malam Jumat, tetapi dengan cara yang berbeda.

“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah itu juga Yasinan, tapi pada umumnya tidak dari Yasin sampai kemudian ayat yang terakhir," kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Saad Ibrahim dalam acara Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PDMA) Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (10/6/2023), seperti dinukil dari laman resmi Muhammadiyah.

Saad menjelaskan orang Muhammadiyah membaca Surah Yasin terkadang hanya cukup satu ayat saja. "Kadang-kadang Yasinan itu cukup satu ayat itu sudah dianggap Yasinan karena satu ayat itu tetap bagian dari Surat Yasin," kata dia.

Baca Juga: Gara-Gara Pak AR, Ratusan Orang NU Jadi Warga Muhammadiyah dalam Satu Malam

Merujuk pada Surah Yasin ayat 82, Saad menjelaskan, dari ayat tersebut dapat dipetik dua pengajaran. Pertama yaitu untuk memperkokoh dimensi teologis Muslim, sebab dengan kehendak yang begitu variatif, Allah SWT merealisasikannya hanya dengan bilang kun faya kun.

“Yaitu untuk menimbulkan di hati kita ini perasaan bahwa begitu hebatnya Allah SWT, kalau menghendaki sesuatu cukup mengatakan kun lalu fayakun. Tentu antara kun dan fayakun itu tidak penting kapan terjadinya, bisa seketika, bisa lama tidak penting. Tapi tetap kemudian terwujud,” katanya.

Pengajaran yang kedua, kata Saad, yaitu supaya sebagai hamba, manusia bisa mengikuti akhlak Allah. Karena itu jika ingin merealisasikan kehendak, manusia diminta supaya memiliki kemauan yang baik dan besar.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi, Saad menyampaikan manusia dianggap bukan apa-apa kecuali memiliki kemauan. Termasuk tinggi atau rendahnya seseorang ditentukan oleh besar atau kecilnya kemanuaannya.

Baca Juga: Surat Yasin 83 Ayat dengan Tulisan Arab, Latin, dan Terjemahan Indonesia

Pengajaran demikian, kata Saad, dapat dipraktekkan dalam mengurus Muhammadiyah, yaitu diawali dengan keinginan yang baik dan juga besar supaya Muhammadiyah bisa berbuat dan mengaktualisasikan kehendaknya.

Kemauan yang baik dan besar yang dimiliki oleh Muhammadiyah ini mengantarkannya menjadi organisasi Islam terbesar di dunia. Dengan kebesarannya Muhammadiyah memberikan kepeloporan, salah satunya mendirikan universitas pertama dari Indonesia di luar negeri.

Tradisi Yasinan dan tahlilan sendiri ternyata lahir bukan serta merta, melainkan ada proses akulturasi budaya dengan ajaran Islam yang masuk ke Indonesia di era Wali Songo. Islam diterima masyarakat Nusantara, khususnya di tanah Jawa lewat produk budaya, seperti kesenian wayang.

Islam masuk ke Indonesia tanpa lewat peperangan melainkan akulturasi budaya dengan ajaran Islam yang dibawa para ulama dari Wali Songo. Saat itu, para wali menjadikan sejumlah tradisi secara perlahan dimodifikasi agar bisa tetap berjalan tanpa melanggar syariat Islam.

Tradisi Yasinan dan pembacaan tahlil yang masih diamalkan sebagian umat Islam...

Yasinan Gantikan Rapalan Mantra

Tradisi Yasinan dan pembacaan tahlil yang masih diamalkan sebagian umat Islam ketika malam Jumat termasuk modifikasi dari tradisi mendoakan arwah leluhur. Rapalan mantra yang sebelumnya jadi syarat digantikan lantunan bacaan ayat suci Alquran, dan Surah Yasin jadi pilihan.

Ada syair legendaris dari Abu Nawas tentang merayu Tuhan yang digubah menjadi bahasa Jawa dan di sejumlah wilayah dilantunkan dari sohibul hajat. Syair ini dilantunkan sembari menunggu sekaligus mempermudah jamaah mengetahui rumah mana yang menggelar acara Yasinan dan tahlil.

"Duh Pengeran kula sanes ahli suwarga. Nanging kula mboten kiyat wonten neraka. Mugi Tuhan paring taubat dumateng kula. Estu Tuhan kang ngapura agunge dosa. Dosa kula kados wedhi ing segara. Mugi gusti kersa nampi taubat kula. Saben dinten dosa kula tambah umur suda. Kados pundi anggenipun kula nyangga. Duh Gusti kawula sowan dhateng Paduka Sarana ngakeni dosa kelawan ndunga."

Akhirnya Yasinan menjadi produk kebudayaan bernuansa Islam yang berkembang di masyarakat Islam Jawa. Di awal-awal Islam mulai merangkul masyarakat Jawa di era Kerajaan Demak, Yasinan dipakai untuk mendoakan para leluhur yang sudah meninggal dunia. Tradisi ini dilakukan untuk menggantikan kebiasaan masyarakat di era tersebut yang masih terikat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, serta ajaran Hindu dan Budha. Biasanya juga tradisi mengirimkan rapalan mantra kental dengan penganut Kejawen.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image