Home > Sejarah

Perang Rusia-Ukraina, Putin Harus Baca Kata Pengantar Gus Dur di Buku 'Mati Ketawa Cara Rusia'

Gus Dur menuliskan kata pengantar buku Mati Ketawa Cara Rusia hanya dalam waktu kurang dari dua jam.
Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin invasi Rusia ke Ukraina.

KURUSETRA -- KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) suatu waktu terdesak kebutuhan membayar sekolah salah satu dari empat anaknya. Ia lalu datang ke Grafiti Press, tempat Ismed Natsir bekerja sebagai editor. Ismed Natsir adalah seorang penulis kolom terkenal, ia juga editor sejumlah buku.

"Med, ada yang bisa saya bantu, ada perlu untuk pendaftaran anak sekolah," tanya Gus Dur, seperti dinukil dari NU Online.

"Ada Gus, membuat pengantar untuk buku," jawab Ismed.

Gus Dur pun setuju dan ia langsung membuka dan membaca draft buku yang disodorkan Ismed. Namun, belum terlalu lama, Gus Dur langsung meminta mesin tik dan ia mulai menulis.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kalau Punya Duit Saya Mending Dagang Rambutan daripada Bikin Bank Islam

Gus Dur mengetik tanpa tip-ex, tanpa ada satu pun kalimat yang dia perbaiki. Hanya walam waktu tak sampai dua jam, pengantar redaksi untuk buku selesai.

Sembari Gus Dur mengetik, Ismed mengurus pembayaran. Setelah selesai, Gus Dur pamit pulang sembari menerima honor yang akan digunakan untuk biaya masuk SMA putrinya.

Menjelang pulang dari kantor, Ismed baru sempat membaca pengantar yang ditulis Gus Dur. Ia teperangah membaca pengantar redaksi yang ditulis Gus Dur untuk buku "Mati Ketawa Cara Rusia".

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kiai Wahab Tabrakan karena Ngerem Motornya Pakai Kak

Gus Dur ketika mengetik. (Ilustrasi).
Gus Dur ketika mengetik. (Ilustrasi).

Cerita ini disampaikan Lies Marcoes, istri Ismed Natsir yang juga aktivis hak asasi manusia. Kisah yang diunggah di akun Fecebook pribadinya pada 9 Maret 2014 itu menunjukkan setidaknya dua hal.

Pertama, canggihnya Gus Dur soal membaca sebuah karya, lalu menuangkan analisanya dalam tulisan dalam tempo yang singkat. Kedua, tentang kesederhanaannya.

Gus Dur yang di kemudian hari dipercaya sebagai presiden keempat RI bukanlah orang yang kaya raya. Sebagai cucu tokoh besar dan putra pejabat negara, ia tetap menjalani hidup dalam kebersahajaan dan mandiri: mengandalkan pontensi dan kerja kerasnya sendiri.

BACA JUGA: Sebelum UAS, UAH, UYM, HAMKA Lebih Dulu Pakai Nama Singkatan

Berikut adalah kata pengatar buku "Mati Ketawa Cara Rusia" tulisan Gus Dur.

Buku Mati Ketawa Cara Rusia.
Buku Mati Ketawa Cara Rusia.

Pengantar Buku "Mati Ketawa Cara Rusia", Oleh Abdurrahman Wahid

Presiden Gonzales dari sebuah "republik pisang" di Amerika Latin sangat tidak populer. Pada suatu hari, ia bertamasya keliling ibu kota, dengan berkendaraan kuda. Ketika akan menyeberang sebuah jembatan, kuda yang dinaikinya terkejut melihat derasnya arus sungai di bawah jembatan itu. Presiden Gonzales terjatuh dari kudanya ke dalam sungai itu dan dihanyutkan arus deras tanpa dapat ditolong oleh para pengawalnya.

Namun, setelah hanyut sangat jauh, ia ditolong oleh seorang pencari ikan yang pekerjaannya setiap hari mengail di tempat itu. Dengan rasa terima kasih sangat besar, ia menyatakan kepada pengail miskin itu siapa dirinya, dan betapa besarnya jasa pengail itu kepada negara, dengan menolong dirinya.

Ditanyakannya kepada pengail tersebut, apa hadiah yang diinginkannya sebagai imbalan atas jasa sedemikian besar itu. Dengan kelugasan orang kecil, pengail itu menjawab, "Satu saja, Paduka. Tolong jangan ceritakan kepada siapa pun bahwa sayalah yang menolong Paduka."

Lelucon di atas memiliki unsur-unsur 'humor yang mengena'. Unsur surprise terdapat pada akhir cerita karena jawaban pengail itu benar-benar di luar dugaan. Juga ada unsur sindiran halus yang mengajukan kritik atas hal-hal yang salah dalam kehidupan, tetap tanpa rasa kemarahan atau kepahitan hati. Keduanya merupakan kondisi psikologis terlalu intens dan emosional, sehingga kehilangan ojektivitas sikap terhadap hal yang dikritik itu sendiri.

Tidak lupa tertangkap dalam cerita di atas rasionalitas yang merupakan tali pengikat seluruh cerita. Terakhir, situasi yang ditampilkan, yaitu akal orang kecil untuk menggunakan kearifan mereka sendiri, tertangkap dengan jelas.

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Tahlilan?

Buku kumpulan lelucon tentang Rusia ini menampilkan cukup banyak lelucon yang memiliki kelengkapan unsur-unsur seperti lelucon di atas. Memang tidak seluruh lelucon yang ada di dalam buku kumpulan ini baik, tetapi jumlah yang benar-benar baik sudah lebih dari cukup untuk menikmatinya sebagai kumpulan lelucon.

Kenyataan ini timbul dari kenyataan tingginya rasa humor orang Rusia. Rasa humor itu juga terlihat dalam cerita berikut:

Lenin meninggal tahun 1924, dan Stalin menggantikannya sebagai penguasa Rusia. Mayat Lenin yang disemayamkan di Mausoleum di Kremlin pada suatu hari dicoba untuk dihidupkan lagi oleh para dokter. Mereka berhasil dengan percobaan itu dan mayat Lenin dengan sempoyongan meninggalkan Mausoleum menuju ke kantor Polit biro Partai Komunis.

BACA JUGA: Tegur Gus Miftah, Derry Sulaiman: Ustadz Khalid Dijadikan Wayang Itu Sudah Kurang Ajar

Di sana, Lenin kemudian meminta semua koran yang terbit sejak kematiannya. Dikuncinya dirinya di kamar kerjanya untuk menyimak ulang perkembangan Rusia sejak ditinggalkannya selama tiga tahun itu. la tidak mau diganggu, hanya meminta makanan diletakkan di muka pintu ruang itu.

Selama tiga hari makanan masih diambilnya dan piring bekas makanan masih dikeluarkannya dari dalam ruang. Setelah itu, tidak ada piring kotor dikeluarkan dan makanan yang disediakan tidak diambil.

Setelah beberapa hari hal itu berlangsung, diputuskan untuk mendobrak pintu ruang itu, dan melihat apa yang terjadi, karena dikhawatirkan terjadi sesuatu atas dirinya. Ternyata, Lenin tidak berada di sana. Harian-harian lama yang dimintanya berceceran memenuhi lantai, dan di meja ditinggalkannya secarik kertas, berisikan pesan tertulis berikut: REVOLUSI TELAH GAGAL, SAYA AKAN KEMBALI KE JENEWA UNTUK MEMPERSIAPKAN REVOLUSI LAGI.

BACA JUGA: Gus Dur Nonton Wayang Ngumpet-Ngumpet karena Takut Diomelin Mbah Hasyim

Rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain. Kepahitan akibat kesengsaraan, diimbangi oleh pengetahuan nyata akan keharusan menerima kesengsaraan tanpa patahnya semangat untuk hidup. Dengan demikian, humor adalah sublimasi dari kearifan sebuah masyarakat.

Mengapakah kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan? Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam perilaku diri sendiri itu.

Lelucon berikut menunjukkan hal itu dengan nyata. Dua orang Irlandia berbincang tentang tanda apa yang ingin mereka pasang di kubur masing-masing setelah mati kelak. Kata Mulligan, ia ingin kuburnya nanti disiram wiski, pertanda kegemarannya yang memuncak kepada minuman keras. Dimintanya agar sang teman mau melakukan hal itu, kalau Mulligan mati lebih dahulu. Jawab temannya, "Aku bersedia, tetapi kau tidak keberatan bukan, kalau wiskinya kulewatkan ginjalku terlebih dahulu?"

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Gempa Yogya Terjadi karena Nyai Roro Kidul Marah Dipaksa Pakai Jilbab

Watak kegemaran akan minuman keras memang sudah menjadi "merek dagang" beberapa bangsa, termasuk bangsa Irlandia. Watak bangsa Yahudi adalah kekikiran. Citra ini memang tidak fair bagi orang Irlandia atau orang Yahudi, tetapi memang demikianlah yang sudah menjadi anggapan umum di seluruh dunia. Kisah berikut menunjukkan kekikiran orang Yahudi:

Seorang Yahudi membuat minuman keras untuk dinikmati sendiri. Ketika temannya melihat hasil karya itu, dimintanya contoh sedikit untuk dianalisis di laboratorium. Ternyata, minuman itu mengandung bahaya, dapat membuat mata buta dan hanya dapat diatasi dengan operasi.

Ketika disampaikan hal itu kepada si Yahudi itu, ditanyakannya berapa biaya pengobatan mata itu nantinya. Sewaktu diberi tahu biayanya dua puluh lima ribu rupiah, dijawabnya, "Biarlah kunikmati minuman itu karena biaya membuatnya tiga puluh lima ribu rupiah. Kalau operasi juga, sudah menghemat sepuluh ribu rupiah."

BACA JUGA: Benarkah Adolf Hitler Jadi Mualaf dan Meninggal di Indonesia?

Bangsa lain yang terkenal kikir adalah orang Skot dari kepulauan Inggris. Suatu hari, seorang ibu mencari-cari orang yang menolong anaknya yang hampir tenggelam di danau sehari sebelumnya. Ketika sampai ke si penolong, orang itu menjawab agar tidak usah terlalu dipikirkan karena sudah kewajiban manusia untuk menolong sesamanya. Jawab ibu tersebut, "Ya, tetapi topinya hilang sewaktu Anda menolong anak saya kemarin. Siapa yang harus bertanggung jawab kehilangan itu?"

Dari kemampuan mengenal kekurangan diri sendiri itu, lalu muncul pengertian juga akan keadaan orang lain. Seorang Skot pergi ke Laut Galilea di Israel. Oleh pemandu wisata ditawarkan untuk membawanya menyeberang dengan perahu, mengikuti garis lintas Yesus dahulu berjalan kaki di atas air. Ketika ditanyakannya biaya penyeberangan dengan perahu itu, sang pemandu wisata itu menjawab sepuluh dolar Amerika Serikat. Orang Skot itu menggerutu dalam batinya, "Pantas Yesus memilih berjalan di atas air, biaya penyeberangannya dengan perahu semahal itu!"

Dalam episode itu tergambar rasa pengertian akan nasib sesama orang yang sering ditipu oleh para pemandu wisata. Apalagi, kalau sama-sama kikirnya, tentu akan lebih dalam rasa saling pengertian itu. Rasa itu dapat juga timbul bagi masyarakat sendiri, yang sering kalah di hadapan bangsa-bangsa lain. Kejadian berikut menggambarkan rasa ketidakberdayaan itu dengan tepat.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kalau Punya Duit Saya Mending Dagang Rambutan daripada Bikin Bank Islam

Seorang sopir pada tahun enam puluhan membawa seorang turis Amerika berkeliling Jakarta. Di depan toserba Sarinah, sang turis bertanya, berapa lama diperlukan waktu untuk mendirikan bangunan itu. Sopir itu menjawab empat tahun. Sang turis menyatakan hal itu terlalu lama dan memakan waktu karena di Amerika Serikat hanya dua tahun.

Sesampai di jalan lingkar di depan Hotel Indonesia, turis itu menanyakan berapa lama waktu mendirikan hotel tersebut. Sopir itu memendekkan waktunya dan menjawab dua tahun. Sang turis menyatakan di Amerika hanya diperlukan setahun. Ketika sampai di dekat kompleks stadion Senayan, turis itu menanyakan hal yang sama. Sopir taksi itu menjawab, tanpa memperlihatkan rasa bersalah sedikit pun, "Entahlah, Tuan, kemarin stadion itu belum ada di sini!"

Rasa pengertian itu juga muncul dari ketidakberdayaan menghadapi kenyataan. Seorang turis Amerika menyombongkan luasnya daratan negerinya, dengan menyatakan bahwa dari pantai barat di San Francisco ke New York di pantai timur, orang harus naik kereta api tiga hari lamanya.

BACA JUGA: Asal Mula Istilah Laki-Laki Mata Keranjang

Seorang Malaysia yang mendengar itu rupanya salah mengerti dan menjawab, "Di negeri saya kereta api juga suka rusak berhari-hari seperti di negeri Anda." Ketidakberdayaan orang Malaysia menghadapi sistem perkeretaapian di negerinya itu, rupanya, diproyeksikan kepada kenyataan lain di negeri orang. Seperti halnya anak kecil kita yang bertemu anak orang kulit putih di salah satu pasar.

Anak Melayu itu berkata kepada ayahnya, "Pak, itu anak kecil-kecil kok sudah bisa berbahasa Inggris?" Bahwa hanya orang Melayu dewasa saja yang mampu berbahasa Inggris, diproyeksikan kepada anak orang asing itu oleh si anak Melayu.

Namun, humor juga mencatat hal-hal lucu ketika manusia berusaha menjadi makhluk komunikatif kepada orang lain. Seorang turis Arab mendapat tempat di meja makan yang sama sewaktu sarapan di sebuah hotel di Paris. Orang Prancis yang merasa harus menggalakkan pariwisata di negerinya itu menganggukkan kepala dan mengucapkan selamat pagi kepada turis asing itu, dengan mengatakan, "Bonjour, Monsieur."

Turis Arab itu mengira ditanya namanya, dan menjawab "Ana Abbas Hasan." Dan mereka pun lalu bersarapan tanpa berucap apa pun. Pada siang harinya, hal yang sama terjadi ketika mereka akan makan siang. Namun, setelah menjawab dengan jawaban yang sama, turis Arab itu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Masa ada orang bertanya nama dua kali?

BACA JUGA: Fatwa Gus Dur untuk Dorce yang Bertanya Soal Status Kelaminnya

Setelah makan siang, ia lalu pergi ke toko buku dan melihat pada kamus Prancis-Arab. Ternyata, ucapan "bonjour" adalah salam bahagia untuk orang lain. Sewaktu mencari padanan jawabannya dalam bahasa Prancis, la tidak menemukan kamus Arab-Prancis. la memutuskan untuk mendahului mengucapkan "Bonjour, Monsieur" ketika makan malamnya. Sewaktu hal itu dilakukannya malam harinya, ia terkejut setengah mati. Mengapa? Karena si orang Prancis menjawab dalam bahasa Arab, "Ana Abbas Hasan." Sama-sama ingin komunikatif, tetapi tetap saja tidak komunikatif.

Humor juga merekam akibat perbuatan manusia dalam hidupnya, termasuk akibat atas dirinya sendiri. Seorang wartawan melihat seorang tua di pegunungan kuat sekali meneguk minuman keras.

Ditanyakan apakah itu kegemarannya yang utama, orang tua itu menjawab, "Ya, saya minum paling sedikit dua botol vodka tiap hari, dan main cewek di mana-mana." Sang wartawan kagum bahwa orang tua renta dengan muka begitu keriput dan rambut begitu putih masih kuat melakukan hal itu. "Berapa umur Bapak sekarang?" tanyanya dengan hormat. Orang itu menjawab, "Tiga puluh dua tahun."

Humor merupakan senjata ampuh untuk memelihara kewarasan orientasi hidup sebuah masyarakat, jika dengan itu warga masyarakat dapat menjaga jarak sehat dari keadaan yang dinilai tidak benar. Salah satu di antaranya adalah sikap penuh pretensi, yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Kecenderungan manusia untuk memperlihatkan kebodohan jika bersikap pretensius dapat dilihat pada lelucon Rusia yang tidak ada dalam buku ini.

BACA JUGA: Humor Cak Lontong: Indonesia dan NU Lahir Sama-Sama Ba'da Isya

Ketika radio transistor baru dipakai umum di negeri-negeri Barat, seorang turis Amerika tampak membawa sebuah di suatu tempat umum di Moskow. Seorang Rusia mendekatinya dan bertanya, "Di sini juga banyak barang seperti yang Anda bawa ini. Apa namanya?" Pretensi selalu menampakkan wajah ketololan, apalagi kalau dilakukan dengan cara tolol pula.

Terkadang humor tentang sikap pretensius mengambil bentuk lelucon yang mengajukan kritik tajam. Bagi orang Malaysia yang jengkel dengan perusahaan penerbangan nasionalnya, MAS bukan kependekan Malaysian Air System, melainkan 'Mana Ada System?' Untuk orang Filipina, PAL bukanlah Philippine Air Lines, melainkan Plane Always Late.

Dan GARUDA, apakah kepanjangannya? Bagi sementara orang, ia adalah Good And Reliable, Under Dutch Administration (Bagus dan tepat, kalau diurus orang Belanda). Yang paling fatal adalah singkatan penerbangan Mesir di zaman Nasser dahulu, UAA. Bagi kebanyakan orang, ia tidak berarti United Arab Airways, melainkan Use Anot-her Airways (Gunakan Penerbangan Lain).

Kritik lucu diarahkan kepada pretensi perusahaan-perusahaan penerbangan yang menampangkan ketepatan waktu dan baiknya pelayanan dalam iklan-iklan mereka, padahal dalam kenyataan tidaklah demikian.

Seperti juga orang jengkel melihat peri laku pihak kepolisian, yang menggambarkan pasukan Sabhara sebagai elite yang penuh tanggung jawab, melayani masyarakat tanpa pandang bulu dan dengan cara yang adil larena kenyataannya banyak berbeda, ada orang yang memperpanjang istilah tersebut, hingga menjadi 'Sabbharaha?' Artinya dalam bahasa daerah Sunda: berapa? Rupanya, sudah diketahui orang 'modus operandi'-nya.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Takut Intel, Kiai tak Berani Buka Kardus Komputer Berlabel Intel Inside

Pretensi yang paling banyak terdapat adalah justru di bidang politik, karenanya tidak heran kalau kehidupan politik yang paling banyak dijadikan sasaran humor, seperti terlihat dalam buku ini. Kata seorang humoris terkenal di Amerika, "Saya berhati-hati sekarang, tidak lagi banyak menyatakan lelucon. Yang sudah-sudah, kalau saya kemukakan sejumlah lelucon politik kepada Presiden Reagan, ia akan mengangkat mereka pada jabatan penting dalam pemerintahan."

Salah satu sasaran empuk adalah sifat egoistis para politisi. Lelucon berikut menggambarkan hal itu.

Dalam perebutan calon presiden Amerika Serikat dari pihak Partai Demokrat, dalam tahun 1960, ada tiga orang calon kuat, yaitu Adlai Stevenson, Hubert Humphrey, dan Lyndon Johnson. Menurut kisah ini, ketiga mereka bertemu dalam sebuah pesta. Stevenson berkata kepada yang dua itu, "Saya tadi malam mimpi diberkati Tuhan. Rupanya, sayalah yang akan memenangkan pencalonan partai kita."

Humphrey menjawab,"Aneh, saya juga bermimpi yang sama, sehingga kans kita tampaknya sama." Yang terhebat adalah Lyndon Johnson, yang mengatakan, "Lho, bagaimana mungkin? Saya kok tidak merasa memberkati kalian?" Lelucon yang menunjukkan besarnya ego Lyndon Johnson itu sudah tentu diceritakan saingan terberat mereka, yang kemudian memenangkan jabatan kepresidenan, yaitu Mendiang John Rtzgerald Kennedy.

Tetapi untuk tidak terlalu menjatuhkan martabat kaum politisi, ada baiknya dikemukakan lelucon tentang kegoblokan orang dari profesi lain. Seorang pelatih bola marah karena anak asuhannya tidak naik tingkat di fakultas, la menyatakan dengan suara keras kepada dekan fakultas tersebut, "Kamu pilih kasih, anak sepintar dia sampai tidak naik tingkat. Kamu sentimen kepada olah raga bola."

BACA JUGA: Wirda Mansur Mimpi Bertemu Rasulullah dan Abu Bakar, Dimarahi karena tak Mau Menghafal Alquran

Sang dekan menjawab, "Dia tolol sekali. Bagaimana mungkin ada mahasiswa menjawab tiga kali tiga ada sepuluh?" Sang pelatih memuncak marahnya, dengan suara semakin lantang ia berteriak, "Babi kamu, kelebihan dua angka saja sudah dijatuhkan!" Rupanya, ia mengira tiga kali tiga sama dengan delapan!

Kata pengantar ini ditutup dengan jaminan bahwa para pembaca pasti puas dengan lelucon-lelucon dari dan tentang Rusia yang ada dalam buku ini. Memang tidak sama standarnya, dan ada yang menjengkelkan, tetap kekurangan yang ada akan tertutup oleh mutiara-mutiara begitu banyak yang terserak dalam buku ini.

Kalau tidak puas, tentu tidak mungkin buku ini dikembalikan kepada penerbit, dengan ganti rugi. Itu tidak lucu sama sekail Masih lebih lucu kalau para pembaca meloakkan saja buku ini, agar tidak tertawa seorang diri karena orang lain tidak mampu membacanya, karena tidak mampu membelinya dengan harga asli. Diloakkan boleh, tetapi jangan dipinjamkan.

Mengapa? Karena banyak peminjam sudah tahu peri bahasa ampuh berikut: orang yang meminjamkan buku adalah orang bodoh, tetapi mengembalikan buku pinjaman adalah perbuatan orang gila.

-- Awal 1986.

BACA JUGA:
Humor Gus Dur: Yang Pendendam Itu Unta Bukan Manusia

Humor Gus Dur: Ratusan Orang NU Jadi Muhammadiyah karena Sholat Tarawih
Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image