Home > Budaya

Gatot Kaca, Ksatria Sakti Mandraguna Berotot Kawat Tulang Besi yang Mati di Perang Baratayudha

Hingga satu tahun sejak kelahirannya, tali pusar Tetuka, nama Gatotkaca ketika masih bayi, belum bisa dipotong menggunakan senjata apa pun.

Gatotkaca lahir dari pernikahan Bimasena dari keluarga Pandawa dengan Arimbi, putri dari Kerajaan Pringgandani, negeri bangsa raksasa.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gatot Kaca merupakan salah satu tokoh wayang paling terkenal dalam cerita pewayangan. Sejak dalam kandungan, Gatot Kaca ditakdirkan untuk menjadi kesatria pilih tanding.

Bimasena dari keluarga Pandawa menikahi Arimbi, putri dari Kerajaan Pringgandani, negeri bangsa raksasa. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang bayi laki-laki yang sakti mandraguna berjuluk Gatotkaca.

Saking kuatnya, Gatotkaca dikisahnya berotot kawat bertulang besi. Bahkan, hingga satu tahun sejak kelahirannya, tali pusar Tetuka, nama Gatotkaca ketika masih bayi, belum bisa dipotong menggunakan senjata apa pun.

Pamannya, Arjuna lalu bertapa meminta petunjuk dewa untuk menolong keponakannya. Karna, kakak tertua dari Yudistira, Bimasena, dan Arjuna, di saat yang sama bertapa mencari pusaka.

Lantaran wajah Karna dan Arjuna yang mirip, membuat Batara Narada memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan Arjuna. Setelah tersadar, Narada meminta Arjuna mengejar Karna untuk merebut senjata Konta.

Pertempuran pun tak terelakan. Namun, Karna lolos dengan membawa Konta, sementara Arjuna hanya berhasil merebut sarung dari pusaka tersebut.

Sarung pusaka Konta yang terbuat dari kayu mastaba itu digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Namun, sarung senjata itu musnah ditelan perut Tetuka.

Salah satu dewa, Kresna berpendapat kayu Mustaba itu akan menambah kekuatan bayi Tetuka, tetapi membuatnya kelak tewas di tangan pemilik senjata Konta. Tetuka kemudian diasuh seorang pendeta bernama Narada di kahyangan yang sedang digempur Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket.

Tetuka lalu berhadapan dengan Patih Sekipu. Semakin dihajar, justru Tetuka semakin kuat.

Sekipu yang tak kuat melawan Tetuka lalu mengembalikannya ke Narada untuk dibesarkan. Tetuka lalu diceburkan ke dalam kawah Candradimuka, Gunung Jamurdipa. Semua dewa melemparkan beragam jenis senjata ke dalam kawah.

Setelah itu, Tetuka muncul dari dalam kawah Candradimuka sebagai pria dewasa yang berbadan besar seperti raksasa dengan taring menghiasi mulutnya. Semua pusaka dewa sudah menyatu di dalam tubuhnya.

Tetuka lalu berhasil membunuh Sekipu dengan gigitan taring. Kresna memotong taring Tetuka dan memintanya berhenti menggunakan sifat raksasa.

Batara Guru (raja kahyangan) menghadiahkan Kotang Antrakusuma, Caping Basunanda dan Terompah Padakacarma untuk dikenakan Tetuka. Sejak saat itu namanya berubah menjadi Gatot Kaca. Ia mampu terbang menuju Kerajaan Trabelasuket lalu membunuh Kapapracona.

Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca menikahi Ahilawati, gadis dari Kerajaan Naga. Dari pernikahan tersebut mereka mempunyai anak bernama Barbarika.

Sementara dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca sempat menikahi sepupunya Pregiwa, putri Arjuna, dan menjadi raja Kerajaan Pringgandani. Dikisahkan Gatotkaca harus berjuang keras merebut hati Pregiwa dan bersaing dengan Laksamana Mandrakumara dari keluarga Kurawa. Namun, akhirnya Gatotkaca dan Pregiwa menikah hingga dikaruniai seorang putra yang bernama Sasikirana.

Kesaktian yang dimiliki Gatotkaca, selain didapatkan dari ayah dan ibunya, juga lantaran pusaka sakti yang diwariskan para dewa. Pusaka-pusaka itu yang dibawanya melawan pasukan Kurawa di Perang Baratayudha.

Pusaka-pusaka tersebut diberikan Kahyangan atas jasanya menghentikan Pracona dan Sekipu yang kemudian menjadi asal-usulnya menggunakan nama Gatotkaca. Salah satu pusaka yang didapatkannya adalah rompi ikonisnya yang bernama Antakusuma.

Jika Gatotkaca menggunakan pusaka tersebut, maka dia bisa terbang dengan bebas tanpa menggunakan sayap. Di tangan kanannya, Gatotkaca memegang pusaka Aji Brajamusti yang membuat pukulannya amat mematikan.

Akhir hidup Gatotkaca cukup ironis, meskipun gugur di medan perang. Saat itu di Perang Baratayudha, Gatotkaca terbang setinggi-tingginya untuk menghindari pusaka Konta Wijaya yang digunakan Karna.

Namun Gatotkaca tewas tertusuk pusaka Konta Wijaya yang mencari sarungnya, di mana sarung pusaka tersebut tertelan di dalam perut Gatotkaca saat memotong tali pusar. Peristiwa itu memiliki arti Gatotkaca hanya bisa terluka atau terbunuh karena pusaka tersebut.

Gatotkaca pun gugur pada perang Baratayudha di Kurusetra. Meskipun ajalnya sudah tiba dan tewas dengan senjata Konta yang menyatu dengan sarung senjata Konta dalam tubuhnya. Jasad Gatotkaca mampu menghancurkan kereta Karna dan menjadikan prajurit Korawa yang ada di sekitarnya tewas terkena pecahan kereta Karna tersebut.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image