Sejarah, Kronologi dan Dampak Serangan Umum 1 Maret 1949 Bikin Belanda Tunggang Langgang
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bumi Yogyakarta bergejolak menyusul Agresi Militer Belanda II yang bertujuan merebut wilayah Republika Indonesia yang baru seumur jagung. Agresi Militer Belanda II juga bertujuan menghapus negara yang baru saja membebaskan diri dari penjajahan.
Lanjutan Agresi Militer Belanda II adalah Serangan Umum 1 Maret 1949. Yogyakarta yang yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia menjadi target utamanya. Sejumlah tokoh pahlawan Indonesia terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 949 untuk menggagalkan upaya Belanda menguasai kembali Indonesia
BACA JUGA: Mitos Beringin Kembar Penghuni Alun-Alun Yogyakarta yang Dijual Virtual
Belanda melakukan propaganda ke dunia internasional bahwa Indonesia yang baru saja memplokamirkan kemerdekaan sudah hancur. Mereka Indonesia tidak lagi memiliki tentara meski sudah merdeka sehingga merasa bisa leluasa menguasai kembali Indonesia.
Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh Agresi Militer Belanda II pada akhir 1948. Belanda tak kapok melancarkan serangan ke wilayah Indonesia meski pada agresi militer yang pertama pada 21 Juli 1947 mereka gagal. Agresi Militer Belanda II yang berlangsung 19 sampai 20 Desember 1948 sempat berhasil menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibu Kota Negara Indonesia.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Biarkan Pendemo Lempari Rumah Soeharto, Paling Kacanya Pecah
Namun baru dua bulan menguasai Yogyakarta, Indonesia kembali merebut kembali Yogyakarta dari tangan Belanda dalam waktu 6 jam di peristiwa bersejarah yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Peristiwa bersejarah tersebut menjadi bentuk perjuangan rakyat Indonesia dan pembuktian kepada dunia jika Indonesia masih berdaulat.
Upaya licik Belanda tersebut tentu saja membuat para tokoh Indonesia segera berunding untuk menyusun strategi melawan. TNI dan rakyat ikut ambil bagian untuk melakukan serangan balik kepada Belanda.
BACA JUGA: Download GB WA (GB WhatsApp) Pro Terbaru, Bisa Download Gratis dan Cepat
Di buku Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (2010) karya Batara R. Hutagalung, serangan kepada Belanda dilakukan pasukan TNI dari Brigade 10/Wehkreise III di bawah pimpinan Letkol Soeharto.
Para pasukan sebelum menyerang meminta izin dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang kala itu menjabat Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat itu Yogyakarta akan dijadikan pusat pertahanan sekaligus titik awal penyerangan.
BACA JUGA: Geger Pecinan, Pembantaian Etnis China yang Ratusan Kali Lebih Kejam dari Kerusuhan 1998
Pasukan gabungan yang dibentuk TNI dan rakyat mulai menyusup ke berbagai sudut kota Yogyakarta. Pada pukul 06.00 WIB tanggal 1 Maret 1949, sebuah sirene berbunyi sebagai tanda jam malam berakhir dan serangan umum siap dilancarkan.
Serangan mendadak yang dibuat TNI membuat tentara Belanda kalang kabut sehingga tidak punya waktu untuk menyiapkan serangan balik. Karena itu dalam waktu singat pasukan Belanda keluar dari Yogyakarta.