Home > Sejarah

Yang Musnah di Warung Buncit: Peternakan Sapi, Kebun Belimbing, Sampai Pedagang Kerak Telor

Warung Buncit dulunya perkebunan buah sampai areal persawahan.

Pedagang Kerak Telor.
Pedagang Kerak Telor.

Di tengah-tengah membanjirnya pendatang, yang tetap masih eksis di Buncit adalah kerak telor. Mashud berani menjamin, di antara para penjual kerak telor yang banyak mangkal di mal, pertokoan, dan pusat-pusat keramaian, 99 persen dari Warung Buncit.

Mereka berdagang turun menurun sejak kakak mereka berjualan di Pasar Gambir tahun 1940-an. Yang menggembirakan, ujar Mas’hud, kerak telor kini sudah masuk pertokoan mewah. Bahkan sudah sampai ke Bandung, dan sedikit waktu lagi ke Manado.

BACA JUGA: Sapi dan Sawah Hilang dari Kemang, Tersisa Suara Adzan

Di antara para pedagang kerak telor itu adalah warga Betawi yang masih tersisa di Buncit. Kalau di pinggir-pinggir 90 persen dihuni pendatang, tapi kalau agak ke dalam masih sekitar 60-70 persen. Mereka dikenal sebagai warga yang agamis, setiap hari Ahad pagi menghadiri pengajian di Majelis Taklim Kwitang. ”Saya sendiri sejak masa kakek saya sampai kini masih tetap ke pengajian Habib Ali,” ujar Mas’ud.

Salah satu kegemaran warga Betawi di Buncit adalah orkes gambus, kemudian orkes Melayu, dan kini dangdut. Pada tahun 1950-an, warga sering patungan menumpang oplet menonton film Mesir di Alhambra, Sawah Besar. Tidak heran, di Buncit sampai kini berdiri Orkes Gambus Arominia pimpinan H Ahmad Sukendi, putra asli Mampang Perapatan.

BACA JUGA: Jakarta Sebelum Jadi Kota Metropolitan adalah Sawah dan Perkebunan

Di Buncit juga dikenal sejumlah ulama yang namanya kesohor di Jakarta, seperti KH Salam Djaelani, KH Abdcullah Musa, dan KH Tohir. Seperti kebanyakan ulama Betawi, mereka belajar agama di Mesir dan Arab Saudi. Di samping almarhum Habib Ali, almarhum KH Abdullah Sjafii juga merupakan ulama yang dihormati di Buncit.

Di kawasan ini juga terdapat sejumlah pemain rebana burdah, rebana yang berukuran 50 Cm. Rebana ini dikembangkan oleh Sayid Abdullah Ba’mar, yang dulu merupakan orang terkaya di kawasan Kuningan dan Buncit. Wan Dulloh, panggilan tuan tanah ini, kata Mas’ud, pada 1950-an punya tanah yang kini dikenal sebagai kawasan segi tiga emas, antara Jl Gatot Subroto dan Jl Tendean.

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Bule Inggris Nyasar di Jalan Sudirman, Tanya ke Gus Dur Malah Bikin Tambah Bingung

> Inggris dan Belanda Berperang untuk Perebutkan Pulau Jawa

> Humor Gus Dur: Jenderal Orba Menang Lomba Tebak Umur Mumi, Caranya Dipukulin Sampai Ngaku Sendiri

> Sejarah Sumpit yang Diharamkan Dipakai Umat Islam untuk Makan

>Tak Perlu Pakai Pawang, Begini Cara Muhammadiyah Cegah Hujan

> Pawang Hujan Mandalika, Ustadz Khalid Basalamah: Pawang Hujan Itu Dukun, Haram Hukumnya dalam Islam

> Humor Gus Dur: Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image