Yang Musnah di Warung Buncit: Peternakan Sapi, Kebun Belimbing, Sampai Pedagang Kerak Telor
Lalu bagaimana situasi di perapatan Republika kala itu? Sampai tahun 1975, masih berupa persawahan dengan rumput dan alang-alang. Sebagian lagi terdiri dari empang. Banyak warga Betawi beternak ikan di sini.
Kala itu, para penduduk juga punya penghasilan dari ternak sapi. Mereka yang berpunya memelihara puluhan ekor sapi. Kala itu, jumlah sapi di Buncit mencapai ribuan ekor. Pada 2009 saja jumlahnya hanya sekitar 300-an ekor sapi. Sedangkan peternaknya bisa dihitung dengan jari. Di masa sekarang nyaris punah.
BACA JUGA: Kisah Perang Saudara dalam Kesultanan Banten di Balik Asal Usul Ragunan
Lalu bagaimana masa depan para peternak itu? Mas’ud, warga sekitar yang saya wawancarai pada 2009 mengaku ayahnya memiliki peternakan kecil-kecilan. Ia pesimistis akan masa depan mereka.
Seperti juga nasib perkebunan belimbing yang sudah punah, usaha ternak sapi juga akan mengalami nasib sama. Dulu, kata Mas’ud, orang yang memiliki 10 ekor sapi bisa menutup biaya hidup keluarganya. Sekarang sudah tidak bisa lagi. ”Dulu punya sapi 15 ekor sapi sudah bisa beli tanah. Sekarang malah jual tanah,” katanya.
BACA JUGA: Asal Usul Mak Lampir, Putri Kerajaan Champa yang Menderita karena Cinta
Tak heran kalau sekarang banyak kandang-kandang sapi yang telah berubah fungsi jadi rumah kontrakan. Oleh mereka sapinya dijual dengan harga sekitar Rp 5-10 juta. Hasil penjualan sapi itu cukup untuk membuat rumah kontrakan.
Seperti kandang sapi berukuran 400 meter, misalnya bisa jadi rumah kontrakan 15 unit. ”Satu unit dikontrak Rp 400 ribu per bulan. Kan hasilnya lumayan,” kata Mas'ud.
BACA JUGA: Sejarah SCBD: Dari Peternakan Sapi, Kawasan Perkantoran Elite, Kini Jadi Citayam Fashion Week
Yang cukup merisaukan peternak sapi di Buncit, dan peternak sapi di Kuningan yang jumlahnya jauh lebih banyak, pakan ternak kini harganya sudah sangat mahal. Kalau dulu kita bisa mengambil rumput dari Buncit, sekarang harus ke Cengkareng dan Kapuk Muara.