Home > Sejarah

Mengapa 22 Juni 1527 Ditetapkan Jadi Hari Kelahiran Jakarta?

Teori penetapan 22 Juni sebagai HUT Jakarta dinilai sebagian pihak keliru.
Warga melukis ondel-ondel. Setiap tahun DKI Jakarta memperingati hari kelahiran saban 22 Juni.
Warga melukis ondel-ondel. Setiap tahun DKI Jakarta memperingati hari kelahiran saban 22 Juni.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menetapkan perayaan hari jadi Kota Jakarta tahun ini diubah menjadi "Jakarta Hajatan". Namun, saban tahun pertanyaan yang selalu berulang ditanyakan adalah mengapa 22 Juni 1527 ditetapkan sebagai hari kelahiran Jakarta?

Menurut almarhum Prof Nugroho Notosusanto, penetapan HUT DKI itu berdasar disertasi Prof Dr Hoesein Djajadiningat yang dipertahankannya pada 1913 di Universitas Leiden, Belanda. Namun, yang menentukan 22 Juni sebagai hari lahir Jakarta adalah Prof Dr Soekanto, guru besar sejarah Fakultas Sastra UI, ketika menulis risalah Dari Djakarta ke Djakarta (1954).

BACA JUGA: Germo Portugis Pasok Cabo ke Batavia, Banyak Pejabat Belanda Jadi Pelanggannya

Dengan bertolak dari teori sejarawan Hoesein Djajaningrat, Soekanto memperkirakan pertempuran antara Fatahillah melawan Francisco de Sa dari Portugal terjadi Maret 1527. Hingga, ia memastikan, pemberian nama Jayakarta dilakukan setelah bulan Maret itu.

Namun, bahan-bahan sejarah yang kuat tak terdapat untuk menentukan tanggal dan bulan yang pasti pada pemberiaan nama itu. Karena itu, menurut sejarawan Noegroho Notosusanto, Soekanto menempuh cara dugaan saat menetapkan 22 Juni 1527 yang bertepatan dengan 12 Rabiulawal (hari kelahiran Nabi Muhammad) yang merupakan hari raya Islam yang paling dekat dengan Maret.

BACA JUGA: Berburu Janda Pejabat Belanda di Batavia, Orang Tionghoa Cari PSK di Mangga Besar

Jadi, kata Noegroho, teori ini tidak begitu kuat karena hanya bersifat dugaan. Tapi, yang jelas teori yang berawal dari Hoesein Djajaningrat ini kemudian diterima Pemda DKI di masa Wali Kota Sudiro (1953-1958).

× Image