Ancol, Tempat Wisata Favorit Warga Jakarta, Dulu Sarang Monyet Kini Jadi Sirkuit Formula E
Seorang sordadoe Kompeni, Johannes Rach (1720-1783), ketika bertugas di Batavia sempat melukis Ancol. Kala itu banyak warga Belanda membangun vila di Ancol, yang kala itu masih bernama Slingerland. Prajurit itu melukis tuan dan nyonya Belanda serta kelurganya tengah berlibur di Ancol, yang kala itu letaknya di luar kota Batavia yang berpusat di Pasar Ikan.
Sama seperti kalau kita berakhir pekan ke Puncak. Di Ancol, gubernur jenderal Valckenier memiliki sebuah vila besar dengan taman yang luas. Tentu saja ketika itu pantainya belum terkena polusi seperti sekarang.
BACA JUGA: Meluruskan Mitos Hantu Si Manis yang Bikin Jembatan Ancol Jadi Angker
Dalam lukisan tersebut tampak para wanita dengan pakaian mode dari Paris abad ke-18 yang di bagian bawahnya seperti ‘kurungan ayam’ tengah dipayungi budaknya. Sementara sejumlah budak lain mendampinginya memegang ‘tempolong’ untuk tempat ludah sirih ‘si nyonya’. Kala itu, para wanita umumnya nyirih mengunyah daun sirih yang tengahnya diberi pinang dan gambir.
Kebiasan yang dilakukan para budak wanita itu kemudian ditiru para wanita Indo. Sampai 1950-an, hampir di tiap rumah selalu tersedia tempat sirih. Di kesultanan-kesultanan tempat sirih ada yang dibuat dari emas dan perak. Waktu itu, di jalan-jalan Ibukota terdapat penjual sirih yang memikul dagagangnya.