
KURUSETRA — Salam Sedulur… Ramadhan memasuki hari keempat, meski masih dalam suasana pandemi, kaum Muslimin di Indonesia tetap banyak yang melakukan kegiatan di luar rumah. Satu yang paling khas adalah ngabuburit.
Umat Islam di Indonesia biasa menghabiskan waktu menjelang adzan Magrib dengan mendatangi sejumlah lokasi. Agar semakin bermanfaat, Sedulur bisa ngabuburit sembari berwisata religi dengan mengunjungi masjid ikonik yang ada di wilayah Jawa Barat (Jabar). Kami sudah merangkum empat masjid ikonik yang bisa Sedulur sambangi sembari menunggu adzan magrib berkumandang.
1. Masjid Raya Bandung
Masjid yang berada di Kawasan Alun-alun Bandung ini bisa dibilang yang paling populer. Di Masjid Raya Bandung terdapat dua menara kembar setinggi 81 meter yang menjulang menjadi pemandangan menakjubkan yang pertama kali terlihat dari Masjid Raya Bandung.
Sedulur bisa mengajak anak-anak untuk berlarian di hamparan rumput sintetis di halaman muka Masjid Raya Bandung.
Kubah nyungcung Masjid yang pertama kali dibangun pada tahun 1810, sebelumnya bernama Masjid Agung yang dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak. Pada mulanya bentuk bangunan masjid ini berbentuk panggung tradisional yang sederhana, bercorak Sunda dengan kolam besar untuk mengambil air wudhu.
Seiring dengan perkembangan zaman, masjid yang memiliki luas 8.573 meter persegi ini telah mengalami belasan kali renovasi. Pada momentum Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalami perombakan besar-besaran.
Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total seperti bagian kubah yang sebelumnya berbentuk nyungcung menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Model kubah nyungcung bentukan Soekarno itu hanya bertahan kurang lebih 15 tahun, setelah rusak akibat tiupan angin kencang. Perombakan wajah Masjid Raya Bandung terus dilakukan sampai pada 2001 saat kepemimpinan Gubernur Jawa Barat HR Nuriana.
Selain itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Bandung pun punya andil dalam mengubah wajah Masjid Raya Bandung. Salah satunya dengan menjadikan lahan alun-alun menjadi lapangan rumput sintetis.
2. Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Salah satu masjid tertua di Indonesia ini berada di Kota Cirebon, atau tepatnya di sebelah barat alun-alun Sangkalabuwana, Kota Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa.
Masjid ini dibangun pada 1498 Masehi oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati pada tahun 1480. Sunan Kalijaga memimpin pembangunan masjid dengan bantuan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) sebagai arsitek dan 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak.
Hasilnya bangunan masjid ini cukup unik karena ada akulturasi budaya dengan gaya bangunan Hindu. Menurut cerita rakyat yang ada hingga saat ini, masjid ini dibangun dalam waktu satu malam sehingga bisa digunakan untuk Shalat Subuh keesokan harinya.
Jika ditilik dari sisi lain, masjid yang menjadi destinasi wisata ikonik di Cirebon ini juga merupakan wujud rasa cinta Sunan Gunung Jati kepada istrinya, Nyi Mas Pakungwati. Karena itu, hal inilah yang membuat masjid ini pada awalnya dinamai Masjid Pakungwati, tetapi diganti pada tahun 1970 menjadi Masjid Sang Cipta Rasa yang berasal dari pengejawantahan kepercayaan dan rasa.
Saat ini bangunan masjid tersebut masih orisinal dan tiang-tiang penyanggah masih terbuat dari kayu. Bangunan masjid dibagi menjadi dua, ruang utama dan serambi dan untuk masuk ke ruang utama, jamaah atau pengunjung harus menundukkan kepala karena pintu masuk ke ruang utama dibuat begitu kecil.
Dan salah satu kekhasan dari Masjid Sang Cipta Rasa ini, adalah adzan pitu atau adzan yang dikumandangkan oleh tujuh muazin. Untuk saat ini, hanya di waktu Shalat Jumat tradisi adzan pitu dilakukan. Adzan Pitu yang menjadi simbol perlawanan terhadap sosok Menjagan Wulu yang dengki dengan penyebaran Islam itu, tetap dipertahankan hingga kini dan menjadi identitas Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
3. Masjid Kubah Emas Depok
Masjid Kubah Mas Depok yang terletak di Jalan Raya Meruyung, Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Sebenarnya bangunan tersebut sebenarnya bernama Masjid Dian Al Mahri, namun lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas karena merujuk pada bentuk atap masjid yang memang dilapisi emas murni.
Masjid Jami Dian Al-Mahri ini dibangun pada 2001 dan rampung pada 2006 oleh pengusaha asal Banten, Hj Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 20.000 jamaah dan disebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara.
Di bagian interior masjid ini memiliki pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi. Pendiri masjid ini merepresentasikan bangunan megah di dalam masjid sebagai bukti kebesaran Allah SWT.
Pengunjung yang datang, biasanya tak hanya menjalani ibadah, namun juga mengabadikan foto-foto di halaman Masjid Kubah Emas. Selain itu jumlah pengunjung akan lebih membludak ketika momen-momen tertentu seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau Maulid Nabi Muhammad SAW.Banyak wisatawan dari dalam dan luar kota yang berkunjung ke masjid seluas 8.000 meter persegi ini.
4. Masjid Agung Al-Imam Majalengka
Objek wisata religi yang keempat adalah Masjid Agung Al-Imam Majalengka yang berada di sebelah barat Alun-alun Majalengka. Tiga kata mewakili masjid ini yakni antik, megah dan luas.
Masjid terbesar di 'Kota Kuda' ini, memiliki desain yang estetik.Masjid Agung Al-Imam dilengkapi dengan empat menara yang menjulang di setiap sisinya. Tampak dari luar, masjid ini dilengkapi ornamen yang detail dan indah. Hamparan rumput sintetis di pinggir masjid juga menjadi spot rehat yang menarik usai melaksanakan ibadah dalam masjid.
Masjid Al Imam ini merupakan wakaf atau peninggalan dari Kiai Imam Syafari, kakek dari pahlawan nasional KH Abdul Halim. Pada awalnya masjid ini dibangun secara sederhana dengan bentuk panggung yang di bawahnya terdapat kolam kecil.
Renovasi masjid ini pun dilakukan secara bertahap, hingga akhirnya pada masa Bupati Majalengka ke-6 R.M.A.A Salmon Salam Sura Adi Ningrat pada 1888 masjid ini mulai dirombak secara menyeluruh.Terakhir masjid ini direnovasi lagi pada masa Bupati Majalengka Karna Sobahi pada 2019 hingga tampak seperti saat ini.
