
KURUSETRA — Salam Sedulur… Pernahkah Sedulur mendengar nama Karawaci? Ternyata Karawaci adalah akronim alias kependekan dari Kampung Rawa Cina yang lokasinya berada di Kota Tangerang, Banten. Ada cerita perjuangan dan menyakitkan dari terbentuknya Kampung Rawa Cina alias Karawaci yang erat kaitannya dengan terbentuknya kampung Teluk Naga di utara pesisir Sungai Cisadane.
Karawaci yang dulunya bernama Kecamatan Cimode terletak di sebelah barat Sungai Cisadane. Ada dua versi terbentuknya Karawaci. Versi pertama Karawaci terbentuk karena wilayah yang dahulunya adalah rawa-rawa tersebut kedatangan orang-orang dari Negeri China yang kemudian mendiami wilayah tersebut. Versi kedua, Karawaci terbentuk karena jejak perjuangan prajurit Kerajaan Parahyangan melawan penjajah.
BACA JUGA: Cerita Kiai Ditipu Orang China Makan Daging Babi Tapi Malah Berterima Kasih
.
Menukil situs resmi Pemerintahan Kecamatan Karawaci, etnis China sudah dikenal mendiami wilayah tersebut sejak 1,5 abad silam. Karawaci yang sudah terbentuk sejak abad ke-19 atau sekitar tahun 1847 hingga 1942 berkembang pesat hingga sekarang.
Awalnya, kampung tersebut adalah rawa. Pemerintah Hindia Belanda menugaskan seorang letnan keturunan China bernama Oey Djie San (Oei Djie San) untuk menjadi pemimpin di wilayah partikelir tersebut. Oei Djie San adalah kapitan China atau kepala pemerintahan etnis Tionghoa di Tangerang. Dia juga disebut sebagai pendiri Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) cabang Tangerang.
BACA JUGA: Demi Uang Perjaka Batavia Tergoda Janda-Janda Pejabat Belanda, Orang China Sewa PSK di Mangga Dua
Oey Djie San adalah tuan tanah atau landheer yang menguasai tanah partikelir di wilayah Karawaci. Ia pun mengangkut banyak warga China untuk tinggal di wilayah tersebut kemudian memerintahkan mereka menggarap tanah menjadi sawah, pertanian, perkebunan karet dan kelapa, serta membuka peternakan babi.
Masyarakat China pun membentuk perkampungan dengan mendirikan rumah-rumah kayu beratapkan daun ilalang yang dikeringkan. Kampung itu dibentuk seperti perkampungan China di era tersebut. Sejak saat itu tanah berawa-rawa berubah menjadi kampung orang China atau dikenal sebagai Karawatji (Kampung Rawa Tjina).
Di versi kedua, Karawaci terbentuk ada campur tangan prajurit Kerajaan Parahyangan yang melawan penjajahan… >>>

Prajurit Kerajaan Parahyangan dan Geger Pecinan
Di versi kedua, Karawaci terbentuk ada campur tangan prajurit Kerajaan Parahyangan yang melawan penjajahan. Burhanuddin dalam buku Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang, nama Karawaci berasal dari dua kata, yakni kurawa yang berarti prajurit atau tentara serta kata ci atau cai yang artinya air.
"Karawaci dulunya adalah area pertahanan prajurit Parahyangan dalam melawan pemerintah kolonial Belanda. Asal-usul nama Karawaci juga tertulis dalam kitab sejarah Sunda berjudul Tina Layang Parahiyang atau Catatan dari Parahyangan," tulis Burhanuddin.
BACA JUGA: VOC Buang Penjahat dan Gelandangan Keturunan China ke Sri Lanka
.
Karawaci juga erat kaitannya dengan terbentuknya kampung Teluk Naga di bagian utara pesisir Sungai Cisadane. Pada 1407, wilayah Tangerang masih dalam kekuasaan Kerajaan Parahyangan dengan kepala pemerintahan Sanghyang Anggalarang. Wilayah tersebut mulai didatangani orang-orang China yang merantau dan diberi tanah di bagian pesisir. Wilayah tersebut kini disebut kampung Teluk Naga.
Orang China semakin banyak datang ke Karawaci dan Teluk Naga setelah mereka melarikan diri dari Batavia pada 1704. Saat itu lebih dari 10 ribu etnis China dihabisi Pemerintah Hindia Belanda.
BACA JUGA: Geger Pecinan, Pembantaian Etnis China yang Ratusan Kali Lebih Kejam dari Kerusuhan 1998
Namun, pembantaian tersebut bukan tanpa sebab, salah satu alasan Pemerintah Hindia Belanda menghabisi orang-orang China lantaran mereka melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Saat itu Batavia menjadi lautan darah dan warna air Kali Angke (dalam Mandarin berarti Kali Merah) berubah menjadi merah karena darah.
Mereka yang melarikan diri dari peristiwa yang dikenal sebagai Geger Pecinan tersebut berhasil selamat dan mengungsi di daerah pesisir Kali Pasir. Mereka yang menggungsi tersebut kemudian hidup berdampingan dengan orang-orang dari Sulawesi (Makassar) yang dikirim untuk menjaga benteng Belanda di sisi barat Sungai Cisadane yang menjadi saksi perjuangan para kurawa cai atau prajurit air dalam mempertahankan wilayah Kerajaan Parahyangan dari serangan Belanda. Karena itulah sisi barat Sungai Cisadane kemudian disebut Karawaci.
BACA JUGA: Sejarah Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi Tahun 1998: Ratusan Orang Tewas Dibacok dan Dibakar
.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
