
KURUSETRA — Salam Sedulur.. Mohammad Hatta layak dinobatkan sebagai laki-laki panutan yang hampir sempurna dalam menjalani kehidupan. Sepanjang hayat, Bung Hatta tidak tergiur harta, jabatan, atau perempuan. Bahkan, saking besarnya cinta kepada negerinya, Bung Hatta sampai telat menikah.
Dalam buku "Seratus Tahun Bung Hatta" yang ditulis oleh Meutia Farida Hatta, Hatta memang pernah bersumpah tidak akan menikah sampai Indonesia merdeka. Meski begitu bukan berarti Bung Hatta tidak pernah mengenal perempuan. Sejumlah wanita jelita hadir di kehidupan Bung Hatta, salah satunya Nelly, putri Mak Eteb Ayub (pengusaha Minang) yang sudah seperti ayah angkat oleh Bung Hatta. Sayangnya, Hatta tidak tergoda.
BACA JUGA: 4 Patung Bersejarah Warisan Soekarno di Jakarta, Ada yang Disebut Sebagai Simbol PKI
.
Setelah Indonesia merdeka, usia Hatta sudah melewati 40 tahun. Soekarno pun gelisah melihat sahabatnya masih melajang. Berbeda dengan Bung Karno, Bung Hatta memang terkenal "dingin" kepada perempuan, tetapi saat ditanya Bung Karno apakah ada perempuan yang ingin dinikahi, Bung Hatta terbersit satu nama: Rahmi Rachim yang dilihatnya hanya sekilas bertemu di Institut Pasteur, Bandung.
Bung Karno pun gerak cepat melamar Rahmi untuk sahabatnya tersebut. Tanpa banyak drama, satset satset kalau kata anak muda sekarang, Bung Hatta dan Rahmi menikah di salah satu Villa Megamendung, Bogor pada 18 November 1945. Uniknya, Bung Hatta memberikan buku yang ditulisnya berjudul "Alam Pikiran Yunani" sebagai mas kawin.
BACA JUGA: Bung Hatta Mungkin Satu-satunya Pria Indonesia yang Jadikan Buku Sebagai Mas Kawin

Selain tak gila wanita, Bung Hatta juga tidak tergila-gila kepada harta. Pernah satu waktu Hatta mengembalikan biaya perjalanan dinas ke luar kota kepada negara ketika mengetahui ada kelebihan uang saku.
Cerita berawal dari tuturan I Wangsa Widjaja, sekretaris pribadi sang wakil presiden. Dalam buku yang ditulisnya berjudul Mengenang Bung Hatta, Wangsa, pria yang puluhan tahun mendampingi Bung Hatta, merawikan jika Sang Proklamator selalu mengembalikan kelebihan uang negara yang diberikan sebagai anggaran perjalanan dinas.
BACA JUGA: Kisah Jenaka Sutan Sjahrir dan Bung Hatta Saat Dibuang ke Banda Neira
Selain tak gila wanita, Bung Hatta juga tidak tergila-gila kepada harta >>>

Hatta tak Gila Harta
Pada 1970, ketika sudah tidak lagi menjadi wapres, Bung Hatta diundang ke Irian Jaya –sekarang bernama Papua. Sebagai catatan, Irian adalah akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederland yang diberikan pahlawan nasional asal Papua, Frans Kaisiepo. Namun, nama Irian diubah kembali menjadi Papua oleh Gus Dur saat masih menjadi presiden.
Saat diundang ke Irian Jaya, Bung Hatta juga meninjau tempat ia pernah dibuang pada masa kolonial Belanda. Ketika baru sampai di Irian bersama rombongan, Bung Hatta disodori amplop berisi uang saku. "Surat apa ini?" tanya Bung Hatta.
BACA JUGA: Soekarno-Hatta, Bestie Sehidup Semati, Sempat Berseberangan Tapi tidak Saling Dendam
Dijawab oleh Sumarno, menteri koordinator keuangan saat itu yang mengatur kunjungannya, "Bukan surat, Bung. Uang, uang saku untuk perjalanan Bung Hatta di sini."
"Uang apa lagi? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah harus bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa lagi ini?" kata Bung Hatta heran.
BACA JUGA: Rumah Tempat Soekarno-Hatta Bacakan Teks Proklamasi Ternyata Sudah Rata dengan Tanah
"Lho, Bung ini uang dari pemerintah, termasuk dalam biaya perjalanan Bung Hatta dan rombongan," kata Sumarno coba meyakinkan Bung Hatta.
"Tidak, itu uang rakyat. Saya tidak mau terima. Kembalikan!," kata Bung Hatta menolak amplop yang disodorkan kepadanya.
BACA JUGA: Napak Tilas Rumah Soekarno-Hatta Bacakan Proklamasi
Rupanya Sumarno ingin meyakinkan Bung Hatta bahwa dia dan semua rombongan ke Irian dianggap sebagai pejabat. Menurut kebiasaan, pejabat diberi anggaran perjalanan, termasuk uang saku. Tidak mungkin dikembalikan lagi.
Setelah terdiam sebentar Bung Hatta berkata, "Maaf, Saudara, saya tidak mau menerima uang itu. Sekali lagi saya tegaskan, bagaimanapun itu uang rakyat, harus dikembalikan pada rakyat."
BACA JUGA: Ikan Sarden, Telur, dan Roti tanpa Nasi Jadi Menu Sahur Soekarno-Hatta Saat Susun Teks Proklamasi
Kemudian, ketika mengunjungi Tanah Merah tempat ia diasingkan, setelah memberikan wejangan kepada masyarakat Digbul, ia memanggil Sumarno. "Amplop yang berisi uang tempo hari apa masih Saudara simpan?" tanya Bung Hatta. Dijawab, "Masih Bung."
Lalu, oleh Bung Hatta amplop dan seluruh isinya diserahkan kepada pemuka masyarakat di Digul. "Ini uang berasal dari rakyat dan telah kembali ke tangan rakyat," kata Bung Hatta menegaskan.
Tak hanya satu kali Bung Hatta menolak amplop >>>

Hatta Tolak Amplop
Cerita Bung Hatta menolak menerima uang lebih berlanjut satu tahun setelahnya, tepatnya pada 1971 ketika ia pergi berobat ke Belanda. Saat tiba di Indonesia, Bung Hatta bertanya kepada Wangsa tentang catatan penerimaan dan pemakaian uang selama perjalanan. Ketika mengetahui ada sisa uang, ia memerintahkan Wangsa mengembalikan kepada negara dan mengucapkan terima kasih kepada presiden.
Wangsa pun bergegas mengembalikan uang ke Sekretariat Negara. Namun, Wangsa malah dijadikan bahan tertawaan di sana. Alasannya, uang yang sudah dikeluarkan dianggap sah menjadi orang yang dibiayai. Apalagi, yang dibiayai adalah mantan wakil presiden yang ditanggung negara.
BACA JUGA: Ditipu Orang China Makan Babi, Kiai Asnawi: Alhamdulillah Saya Jadi Tahu Rasanya Daging Babi
.
Saat itu Wangsa pusing tujuh keliling. Ia menjelasan kepada Bung Hatta jika sisa uang perjalanan dinas adalah uang saku tambahan. Namun, Bung Hatta menegur Wangsa dengan keras. “Kebutuhan rombongan dan saya sudah tercukupi, jadi harus dikembalikan, dan kalau masih ada sisanya itu wajib dikembalikan.”
Wangsa menyebut, saat itu tidak ada terlintas dalam kepala Bung Hatta memanfaatkan uang dari negara untuk kepentingan pribadi. Padahal, saat itu ekonomi Bung Hatta morat-marit. Bung Hatta, kata Wangsa, selalu melihat uang dari negara adalah uang rakyat.
BACA JUGA: Viral Mahasiswi Beragama Kristen di Universitas Muhammadiyah Dapat Nilai A Mata Kuliah Al-Islam
Singkat cerita, Wangsa pun berhasil mengembalikan uang kepada Sekneg sembari membawa bukti penyerahan. Setelah itu, Bung Hatta puas.
Bicara harta, Bung Hatta pun sama. Setelah 11 tahun menjadi Wakil Presiden Indonesia dari 1945 sampai 1956, Bung Hatta memilih mundur pada Desember 1956.
BACA JUGA: Soekarno: Cara Hatta Berjuang Baru Tercapai Bila Dunia Kiamat
Alasan Bung Hatta mundur karena merasa tidak sepandang dengan Presiden Soekarno. Sepanjang sejarah ketatanegaraan RI, peran dan fungsi Wakil Presiden Indonesia telah mengalami pasang surut. Saat menjadi wakil presiden, Bung Hatta ikut berperan mengendalikan di berbagai bidang, mulai dari politik, administrasi ketatanegaraan hingga pembangunan ekonomi.
Namun, hubungan Hatta dengan Soekarno terjadi perselisihan karena Bung Karno dinilai hanya berpusat pada diri sendiri atau egosentris. Perbedaan ini membuat Bung Hatta memilih meletakkan jabatan sebagai wakil presiden.
BACA JUGA: Dianggap Berbeda, Ternyata Warga Muhammadiyah Punya Tradisi Yasinan, Begini Cara Baca Surah Yasin
.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Humor Gus Dur: Orang Jepang Sombong Mati Kutu di Depan Sopir Taksi
> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam
> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
