
KURUSETRA — Salam Sedulur… Masyarakat Tionghoa punya banyak hari raya. Selain perayaan tahun baru Imlek yang paling populer, ada juga perayaan hari ke-15 menurut almanak Tionghoa, setelah Imlek yang disebut Cap Go Meh.
Cap Go Meh tak kalah meriah dari Imlek. Tempo dulu, sejak sore para siauce (gadis) Tionghoa berdandan semenor mungkin. Mereka menunggu harap-harap cemas menunggu kedatangan sang pacar untuk datang sowan pada calon mertua. Saat itu para lelaki yang datang ke rumah calon mertua harus membawa sepasang ikan bandeng. Jika tidak membawa, wajah calon mertua akan cemberut seperti ‘dompet tanggung bulan’ karena calon menantunya dianggap tidak punya hormat pada mertua.
BACA JUGA: Geger Pecinan, Pembantaian Etnis China yang Ratusan Kali Lebih Kejam dari Kerusuhan 1998
Pada malam Cap Go Meh warga keturunan Tionghoa berpakaian indah-indah dan mereka naik trem menuju Glodok dan Pancoran. Tujuannya mereka menonton keramaian atau langsung terjun ngibing (kini berjoget) di jalan-jalan yang tak kalah meriahnya dengan fiesta yang diadakan tiap tahun di Brasil.
Orang yang turut ngibing, biasanya memakai kostum ala bintang film Hollywood. Seperti Douglas Fairbank, bintang terkenal tahun 1930-an dan ’40-an dalam perannya sebagai Zorro dalam film Mark of Zorro. "Ada juga yang menyaru sebagai seorang wanita gembrot lengkap dengan konde sebesar mangkuk sayur," tulis Prof Dr James Dananjaja (75 tahun), dalam Folklor Tionghoa. Wajahnya dibedak tebal-tebal, pipinya diberi tahi lalat (tompel) sebesar uang sen Hindia Belanda. Mulutnya disumpel dengan tembakau sisik.
BACA JUGA: Imlek di Tahun Kelinci, Arti Penting Hujan Saat Perayaan Imlek Bagi Orang China
Kwee Tek Hoay dalam karangan berjudul Nonton Capgome yang diterbitkan 1930, menuturkan, Tidak ada pesta Cap Go Meh di Java yang melebihkan ramenya dari Batavia. Bukan saja sebab Batavia ada kota yang paling besar, keramaiannya tak ada bandingannya di lain-lain tempat di Buitenzorg (Bogor), Sukabumi, Cianjur, dan Bandung. Di sepanjang jalanan ada penuh dengan rumah makan yang buka sampai pagi pada malam Capgome.
Di era Kolonial, perayaan Cap Go Meh dipusatkan di Glodok-Pancoran. Sementara malam tanggal 16 dilanjutkan di Tanah Abang, Pal Merah, dan Meester Cornelis (Jatinegara).
BACA JUGA: Kisah Orang China Muslim Pertama di Batavia, Kaya Raya Lalu Bangkrut Setelah Istri Selingkuh
Di pesta rakyat ini ditampilkan banyak pertunjukan, seperti wayang cokek yang ditarikan empat wanita berbaju kurung aneka warna dengan diiringi gambang kromong. Komedi bangsawan, stambul, dan wayang simpe juga ikut memeriahkan. Selain cerita-cerita Tionghoa kuno, wayang ini juga mempertunjukkan kisah 1001 malam.
Para orang tua yang anak gadisnya menonton Cap Go Meh, memesan kepada mereka agar waspada terhadap tangan-tangan jahil berupa pemuda-pemuda iseng. Apalagi di antara mereka banyak yang teler karena menenggak minuman yang diharamkan.
BACA JUGA: Banjir Darah di Batavia Usai Tentara VOC Bantai 10 Ribu Orang China dari Balita Hingga Manula

DIMERIAHKAN BARONGSAI
Pesta rakyat Cap Go Meh berlangsung semalam suntuk, tak sedikit yang begadang hingga membuat mereka malas bekerja. Bahkan bagi orang yang yang gemar pesta, Cap Go Meh belum usai karena masih dilanjutkan lagi dengan pesta rakyat yang disebut Cap Lak Meh di daerah-daerah Tanah Abang, Pal Merah, Senen, dan Meester Cornelis pada malam keenam belas. Namun, tidak seramai di Glodok-Pancoran.
Seperti juga sekarang saat pesta dangdutan, malam Cap Go Meh juga kerap dinodai keributan. Terutama saat-saat keluarnya naga Tionghoa yang disebut liong-liong, barongsai, dan cungge.
BACA JUGA: Imlek 2023, Antam Luncurkan Emas Logam Mulia Bergambar Shio Kelinci, Bisa Jadi Koleksi dan Investasi
Para pemain barongsai adalah para anggota perkumpulan pencak silat (kuntau atau kungfu). Adakalanya bila rombongan dari perkumpulan yang bersaing bertemu, terjadilah perang tanding yang seru, hingga harus dipisahkan oleh polisi.
Menurut Prof James Dananjaja, cungge adalah semacam tandu-tandu berhias, berisikan anak-anak kecil yang mengenakan kostum tokoh-tokoh mitologi atau legendaris Tiongkok kuno, seperti Sie Jin Kui dan Koan Kong. Kala itu, barongsai selain berpawai di jalan raya, juga mengunjungi rumah-rumah orang kaya dan opsir Tionghoa untuk ngamen. Mereka memperoleh angpau cukup besar.
BACA JUGA: Sejak Era Hindia Belanda Orang China Sudah Getol Main Judi
Cungge juga disponsori para hartawan. Ketika itu di depan toko-toko tertentu dipasang rencengan petasan besar-besar, digantungkan di atas tiang-tiang tinggi, yang pada ujungnya diikat angpau berisi uang berjumlah banyak. Hadiah ini khusus diperuntukkan bagi rombongan barongsai yang pandai berakrobat, hingga dapat memanjat tiang tinggi yang digantungi petasan yang terbakar.
Selain di kota, barongsai juga mendatangi perkampungan. Banyak keluarga berharap rumahnya didatangi binatang mitologi suci itu karena menurut keyakinan, rumah yang disinggahi barongsai dapat bersih dari pengaruh arwah roh jahat yang mendatangkan penyakit atau kesialan bagi penghuninya. Tidak heran pemilik rumah akan membuka pintu pekarangannya lebar-lebar menyambut sang barongsai.
BACA JUGA: Demi Uang Perjaka Batavia Tergoda Janda-Janda Pejabat Belanda, Orang China Sewa PSK di Mangga Dua
.
BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Google Pixel 7 Pro Performa Buas, Hasil Jepretan Kamera Bikin Puas
> Download GB WhatsApp Terbaru 2023, Gratis Bisa Baca Pesan yang Sudah Dihapus
> SnapTik.App, Download Ribuan Video Viral TikTok, Bebas Watermark, Gratis Bisa dari HP Android
> Download Video TikTok Bebas Watermark, Gratis Pakai SssTikTok
> Savefrom.net: Download Lagu YouTube, Instagram, dan TikTok, Gratis Pakai Sepuasnya
> Arab Saudi Menghijau Disebut Tanda Akhir Zaman, Begini Jawaban Rasulullah Saat Ditanya Kapan Kiamat
> Jangan Terlalu Sibuk Mengejar Dunia, Gunung-Gunung di Mekkah Arab Saudi Sudah Menghijau
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
