
KURUSETRA — Salam Sedulur… Warga Eropa yang pertama kali mendatangi Sunda Kalapa saat masih menjadi pelabuhan milik Kerajaan Pajajaran adalah Bangsa Portugis. Kapal-kapal dari Eropa Selatan itu berlabuh di Sunda Kalapa pada 1513 atau sekitar 100 tahun mendahului Belanda.
Ketika itu agama Islam sudah mulai menyebar di sekitar Sunda Kalapa yang berubah nama menjadi Batavia, Jayakarta, lalu Jakarta. Karena beragama Hindu, Kerajaan Pajajaran melihat keberadaan Islam sebagai ancaman terhadap eksistensi agamanya. Karenanya, kerajaan yang berpusat di Pakuan (Bogor) ini mengadakan perjanjian dengan Portugis yang diberi izin membangun loji (gudang dan benteng pertahanan) di Sunda Kalapa.
BACA JUGA: Kampung Dramaga Bogor Dulunya Pelabuhan Penting Kerajaan Pakuan Pajajaran
Bercokolnya Portugis di Sunda Kalapa menyebabkan kerajaan Islam Demak dan juga Cirebon jadi tidak senang. Apalagi saat itu masih berlangsung Perang Salib di Timur Tengah, dan Portugis merupakan salah satu kekuatan yang memerangi Islam.
Akhirnya "Perang Salib" pecah saat Kerajaan Demak menggempur Portugis di Sunda Kalapa. Hingga akhirnya Sunda Kalapa berhasil direbut oleh Fatahillah pada 1526. Pada 22 Juni 1527 panglima perang Islam sekaligus ulama itu berhasil mengusir armada Portugis dari Sunda Kalapa. Maka dia mendirikan Jayakarta pada 22 Juni 1527.
BACA JUGA: Pejabat Turki Ottoman Nikahi Putri Panglima Perang Pangeran Diponegoro
Sisa-sisa kekuataan Portugis sampai kini masih terdapat di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang menurut sejarawan Belanda De Graaf, berasal dari kata porTUGUese. Di kampung Tugu inilah ditempatkan orang dari bekas jajahan Portugis di Malaka ketika ditaklukkan Belanda (1641). Kita juga masih mendapati Gereja Portugis di Jl Pangeran Jayakarta, Jakarta Utara.

Ketika ditawan VOC mereka beragama Katolik tapi tidak diizinkan untuk mengamalkan agamanya. Setelah mengganti agama menjadi Protestan, mereka yang semula dijadikan budak belian lalu menjadi kelompok mardijker atau orang yang dimerdekakan.
Banyak kata dan peninggalan Portugis yang masih kita pakai sekarang. Seperti kata ‘jago’ dan nyanyian ‘nina boboh’ serta ‘burung kakak tua’. Demikian pula seni keroncong berasal dari Portugis. Hingga sekarang keroncong tugu masih terkenal.
BACA JUGA: Asap Rokok Kretek Agus Salim Bikin Pangeran Philip tak Berkutik
Pada Mei 1619, Belanda yang menaklukkan Jayakarta menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangannya di Asia dan Amerika Latin. Batavia dua kali diserang oleh Kerajaan Islam Mataram (1628 dan 1529) pimpinan Sultan Agung dengan 80 ribu pasukan.
Pada saat bersamaan gubernur jenderal JP Coen meninggal dunia. Menurut versi Belanda, karena kolera, namun menurut versi lain akibat serangan Mataram.
BACA JUGA: Pangeran Alibasah dari Cirebon Kobarkan Perang Lawan Tuan Tanah Zalim di Tambun Hingga Citayam
Karena tentara Mataram berkonsentrasi di Matraman, maka kata Mataram oleh lidah Betawi jadi Matraman hingga kini. Sekalipun dua kali penyerangan gagal, tapi para bangsawan Mataram menjadi para juru dakwah yang handal. Mereka membangun tempat peribadatan yang kini menjadi masjid-masjid tua yang dilestarikan.
.
TONTON VIDEO PILIHAN:
.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Download Minecraft PE 1.19.11 Paling Baru di Sini: Legal, Aman, dan Cepat
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
