
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA — Salam Sedulur… Foto di atas mengabadikan peristiwa yang terjadi pada awal pendudukan Jepang (1942). Tampak para ibu tengah mengikuti kursus bahasa Jepang di sebuah kampung di Jakarta. Meskipun hanya berkuasa 3,5 tahun, tapi pemerintah balatentara Jepang dalam Perang Dunia ke-2 melawan Sekutu, mewajibkan rakyat Indonesia mempelajari bahasanya.
Bukan hanya di sekolah dan universitas, juga di kampung-kampung diadakan kursus kilat. Untuk itu wanita Jepang didatangkan untuk memberikan pelajaran. Seperti tampak di foto seorang wanita Jepang sedang memberikan arahan pada seorang ibu.
BACA JUGA: Cerita di Balik Istilah Mata Keranjang, Gara-Gara Noni Belanda Bercelana Pendek Saat Main Basket
Wanita Indonesia ketika itu belum mengenakan jilbab yang menjamur seperti sekarang ini. Yang juga menarik, busana wanita ketika itu berkebaya dan kain batik. Seragam ini yang merupakan khas wanita Indonesia kini hampir tidak kelihatan lagi.
Rambut mereka dikonde sedangkan para gadis dikepang, yang juga sudah banyak menghilang sekarang. Wanita kota sekarang berkonde dan mengepang rambutnya dianggap berabe. Berjilbab dianggap lebih praktis. Tidak heran kalau di pasar-pasar tradisional maupun mal dan pusat-pusat grosir busana Muslim selalu tersedia.
BACA JUGA: Download Video TikTok Pakai SssTikTok: Dijamin Cepat, Aman, dan tanpa Watermark
Mengenakan jilbab dan busana Muslim dewasa ini makin modis. Apalagi sejak disponsori oleh Ida Royani. Kemudian, diikuti oleh Inneke Kusherawati dan Ratih Sanggarwati. Kedua selebritis ini makin cantik dan anggun setelah memakai jilbab dam busana Muslimah. Apalagi busana ini disertai dengan berbagai aksesoris menarik.

Kembali ke masa pendudukan Jepang (Maret 1942-Agustus 1945), merupakan masa paling susah bagi rakyat Indonesia. Banyak orang hidup melarat hingga tidak sedikit yang menderita busung lapar (hongeroedeen). Itu karena banyak hasil panen harus diserahkan pada tentara pendudukan Jepang untuk konsumsi tentaranya di medan perang.
Ratusan ribu orang harus jalani kerja paksa. Sebagai contoh dari 22 ribu romusha yang dikirim ke Pakanbaru untuk membangun jalan kereta api yang hidup sekitar lima ribu orang setelah perang berakhir.
BACA JUGA: Download WhatsApp GB (WA GB) Versi Terbaru Agustus 2022: Cepat, Mudah, dan Dijamin Anti-banned
Seluruhnya 4,1 juta orang yang mengikuti romusha. Dari Jakarta saja delapan ribu orang.
Korban selama pendudukan Jepang yang sangat memprihatinkan ialah budak seks atau istilah dalam bahasa Jepang jungun ianfu. Mereka adalah para wanita yang dipaksa harus melayani kebutuhan seks para prajurit Jepang yang bertugas di Indonesia.
JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> Humor Gus Dur: Jenderal Orba Menang Lomba Tebak Umur Mumi, Caranya Dipukulin Sampai Ngaku Sendiri
> Sejarah Sumpit yang Diharamkan Dipakai Umat Islam untuk Makan
>Tak Perlu Pakai Pawang, Begini Cara Muhammadiyah Cegah Hujan
> Pawang Hujan Mandalika, Ustadz Khalid Basalamah: Pawang Hujan Itu Dukun, Haram Hukumnya dalam Islam
> Humor Gus Dur: Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
