
KURUSETRA — Salam Sedulur… Ada yang pernah kecopetan? Copet adalah singkatan dari comot dompet. Biasanya pencopet akan mencuri barang-barang berharga, seperti HP atau dompet dari saku atau tas tanpa diketahui korbannya. Aksi kejahatan ini sudah meresahkan masyarakat hingga pemerintah sejak puluhan tahun lalu.
Salah satu kota yang menjadi sarang para pencopet adalah Jakarta. Sebagai ibu kota negara, Jakarta yang berstatus kota megapolitan memiliki banyak transportasi umum. Perkembangan pembangunan transportasi umum itu ternyata memancing pencopet bermunculan dan berkembang.
BACA JUGA: Siapa yang Pertama Kali Menjahit Bendera Merah Putih? Ini Sejarahnya
.
Dalam buku Sejarah Transportasi Angkutan Bus Jakarta, copet sudah membuat kepala para polisi dan pemerintah daerah pusing tujuh keliling. Pada medio sekitar 1974, Jakarta sedang giat-giatnya membangun, salah satunya pembangunan di bidang transportasi umum, terutama bus. Aksi pencopetan di terminal atau pun bus pun marak terjadi, bahkan masih lestari hingga hari ini.
Salah satu lokasi favorit para copet beraksi adalah Lapangan Banteng. Lapangan yang dulunya bernama Lapangan Singa itu sempat menjadi terminal bus di era Gubernur Ali Sadikin pada 1970-an.
BACA JUGA: Kalau Haram Dimakan, Mengapa Babi Tetap Allah Ciptakan?
Saat itu copet-copet merajalela di sana. Karena itu Kepala Staf Kopkamtib saat itu Laksamana Sudomo dan Komdak Metro Jaya yang sudah dibuat pusing dengan tingkah laku para copet, meminta masyarakat ikut serta memberantas pencopetan. Sayangnya imbauan itu membuat masalah baru karena copet yang ditangkap masyarakat justru dihajar habis-habisan.
Lapangan banteng juga menjadi ajang adu pamer kedigjayaan. Soalnya, sering dipakai untuk aksi demo. Mulai dari mahasiswa yang menuntut Soekarno mundur, sampai demo 1,5 juta org meminta PKI dibubarin.
BACA JUGA: 4 Patung Bersejarah Warisan Soekarno di Jakarta, Ada yang Disebut Sebagai Simbol PKI
Nama Lapangan Banteng bermula dari…>>>

Asal-Usul Nama Lapangan Banteng
Lapangan Banteng yang terletak di dekat Kantor Kementerian Keuangan tersebut dulunya bernama Lapangan Singa. Penamaan Lapangan Singa di era kolonial terdapat patung singa yang berdiri angkuh di tengah-tengah lapangan. Bagaimana kisahnya?
Cerita bermula saat JP Coen 'babat alas' untuk membangun kota di pesisir pulau Jawa yang diberi nama Batavia. Wilayah hutan yang dibabat oleh JP Coen adalah sekitar Lapangan Banteng. Saat itu Lapangan Banteng masih berupa hutan belantara.
BACA JUGA: JP Coen Culik Orang China Banten untuk Bekerja di Batavia, Eh Malah Jadi Penguasa
.
Layaknya hutan, ya penghuninya sudah pasti yang buas-buas. Kayak macan, kijang, hingga banteng. Namun, tidak ada singa di sana.
Mengapa disebut Lapangan Singa? Alasannya saat itu ada patung singa yang dibuat Belanda untuk meledek tentara Prancis pimpinan Jenderal Napoleon Bonaparte yang kalah perang melawan Belanda di dekat Kota Waterloo, Belgia. Napoleon dan Prancis saat itu kalah bukan karena lemah, tetapi karena dikeroyok Belanda-Inggris-Jerman.
BACA JUGA: Inggris dan Belanda Berperang untuk Perebutkan Pulau Jawa
Di Lapangan Singa atau Waterlooplein itu juga terdapat patung JP Coen yang dibuat pada 1876 untuk memperingati 200 tahun berdirinya Kota Batavia. Sayangnya patung singa dihancurkan Jepang pada 1942, dan patung Coen diratakan Presiden Sukarno setelah Indonesia merdeka. Alasan penghancuran sama; kedua patung itu berbau Kolonial.
Pada 1960-an, Bung Karno minta dibuatin patung pembebasan IRIAN (Ikut Republik Indonesia Anti-Nederland). Henk Ngantung diminta gambarin sketsa pria yang bebas dr belenggu penjajahan. Patung dibuat maestro kesayangan Sukarno, Edhi Sunarso. Pak Edhi juga yang membuat Patung Selamat Datang di Bundaran HI dan Patung Dirgantara –orang-orang menyebutnya Patung Pancoran.
BACA JUGA: Kisah Perang Saudara dalam Kesultanan Banten di Balik Asal Usul Ragunan
.
TONTON VIDEO PILIHAN:
.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Download Minecraft PE 1.19.11 Paling Baru di Sini: Legal, Aman, dan Cepat
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
