Alasan Kenapa Warga Muhammadiyah tak Pernah Ikut Tahlilan

Tahlilan. Warga Muhammadiyah tidak menggelar tahlilan karena energinya digunakan untuk membangun umat. Foto: Republika

KURUSETRA — Salam Sedulur… Beberapa praktik ibadah warga Muhammadiyah dianggap berbeda dengan umat Islam di Indonesia. Salah satunya adalah tidak pernah ditemui warga Muhammadiyah menggelar acara tahlilan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Baik tahlilan hari pertama, ketiga, ketujuh, seratus, atau seribu. Kalau pun ada orang Muhammadiyah yang ikut tahlilan di rumah tetangganya, biasanya akan diam saja tanpa ikut membaca doa. Lantas apa alasannya warga Muhammadiyah tidak tahlilan?

“Di situlah uniknya orang Muhammadiyah, tidak tahlilan tetapi tetap bertahlil,” kata Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA.

BACA JUGA: Alasan Warga Muhammadiyah Sholat Subuhnya tak Pakai Doa Qunut

.

Penjelasan Dr Saad disampaikan saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (27/11/2021). Perayaan milad bertema Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.

Saad menjelaskan ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. Karena Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah.

“Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ucap Dr Saad.

BACA JUGA: Kapan Varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuh) Lahir?

Keragaman di Muhammadiyah menurut Dr Saad itu unik. Sebab jika diamati, warga Muhammadiyah tidak terlalu panjang ketika wiridan dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi. Selain itu, kata dia, warga Muhammadiyah juga tidak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil.

“Karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah,” kata dia.

BACA JUGA: Marbot Masjid Dikira Gila Gara-Gara Adzan Subuh Jam 9 Pagi, Soalnya Adzan Jam 5 Masjid Sepi

Mengapa orang Muhammadiyah dianggap berbeda. Menurut Dr Saat karena warga Muhammadiyah energinya juga digunakan untuk membangun umat. “Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaasnya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan,” kata dia.

Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren. “Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” kata Saad menjelaskan.

Warga Muhammadiyah berkomitmen masuk surga dengan berjihad…


Tahlilan. Warga Muhammadiyah tidak menggelar tahlilan karena energinya digunakan untuk membangun umat. Foto: Republika

Warga Muhammadiyah Komitmen Berjihad

Saad Ibrahim mengajak umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah bersama-sama merenungkan perjalanan panjang ormas yang didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut. “Allah berikan kekuatan kepada kita semuanya menjadi hamba-Nya yang tindakan, perilaku dan gerak kita itu ditolong dan dituntun oleh Allah,” kata dia.

Selain itu, dia berharap Muhammadiyah juga diberikan kekuatan oleh Allah untuk berkomitmen secara penuh. “Itu karena kita ditegur oleh Allah melalui Surah Ali Imran 142 dan al-Baqarah 214. Intinya ialah jangan pernah kalian mengira akan masuk surga jika kalian tidak berjihad, jika kalian tidak konsisten dalam jihad kalian, dan jika kalian belum merasakan kepedihan kepenatan penderitaan sebagimana menimpa nabi dan orang-orang yang bersamanya,” ucap dia.

“Maka,” kata Dr Saad melanjutkan, “komitmen bermuhammadiyah ini wasilah bagi kita untuk berjihad. Berjihad dalam arti yang luas. Mendirikan rumah sakit dan perguruan tinggi serta yang lainnya adalah bagian dari berjihad itu.”

.

BACA JUGA: Perbedaan dan Persamaan Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) dengan NU Cabang Kristen

Maka komitmen inilah yang terus menerus harus dipegang. “Agar kita tidak termasuk orang yang ditegur oleh Allah am hasibtum an tadkhulul jannah dan seterusnya,” kata dia.

Saad Ibrahim merasakan pada peringatan milad ke-109 ini Muhammadiyah sangat ditolong oleh Allah SWT. Organisasi ini diberikan oleh Allah kekuatan.

“Bahkan dalam banyak hal dia menyimpulkan bagian persemaian dari The Golden Age of Moslem History itu adalah persemaian yang sengaja ditanam oleh Allah di bumi Indonesia ini,” ujarnya.

BACA JUGA: Kenapa Indonesia Jadi Negara Pancasila Bukan Negara Islam? Ini Kata Gus Dur Menurut NU-Muhammadiyah

Alasan mengapa orang Muhammadiyah Sholat Subuh tidak membaca doa Qunut…


Orang Muhammadiyah sholat Subuh tidak pakai doa Qunut.

Orang Muhammadiyah Sholat Subuh tak Pakai Doa Qunut

Salah satu perbedaan fiqih antara orang NU dan warga Muhammadiyah adalah pemakaian doa qunut ketika sholat Subuh. Warga Muhammadiyah tidak akan membaca doa Qunut ketika Sholat Subuh, sementara orang NU sudah pasti membaca doa qunut. Namun KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha menyatakan perbedaan fiqih tersebut adalah hal yang biasa dalam Islam.

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA ini menyebut perbedaan NU dan Muhammadiyah hanya berbeda pandangan fiqih seperti qunut dalam Sholat Subuh. Muhammadiyah, kata Gus Baha, mengikuti pendapat fiqih Imam Abu Hanifah yang tidak qunut subuh, sedangkan NU mengikuti pendapat Imam Syafi’i yang qunut subuh.

“Kita juga sepakat dengan ilmunya, kita tahu Imam Abu Hanifah itu tidak qunut, Imam Syafi’i itu qunut. Tidak qunut itu mazhabnya Imam Abu Hanifah bukan mazhabnya Mbah Ahmad Dahlan, kita (NU) qunut mazhabnya Imam Syafi’i bukan mahzhabnya Mbah Hasyim,” kata Gus Baha dalam satu ceramahnya.

.

BACA JUGA: Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

Gus Baha berpendapat, gesekan-gesekan antara NU dan Muhammadiyah karena membawa identitas dalam memandang perbedaan. Padahal menurut Gus Baha tokoh-tokoh terdahulu dua ormas mengedepankan dialog ilmu, sehingga saling memahami perbedaan.

“Dulu itu tidak ada masalah, karena semua dianalisis dengan ilmu. Sekarang pakai identitas, tidak qunut itu Muhammadiyah, yang qunut itu NU. Kan jadi repot. Dulu itu kita pengagum NU, bukan pengagum perbedaan,” ucap Gus Baha.

Muhammadiyah dan NU bangkitkan peradaban Islam…


Muncul varian Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Kristen.

Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Kristen

Muhammadiyah menjadi buah bibir dalam sepekan terakhir menyusul munculnya varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuha). Namun sebelum heboh soal Kristen Muhammadiyah, ormas islam Nahdlatul Ulama (NU) sudah lebih dahulu memperkenalkan istilah NU Cabang Nasrani.

Kristen tetapi Muhammadiyah atau NU tetapi Nasrani? Begitu pertanyaan berbasis logika yang mungkin muncul ketika mendengar atau membaca frasa Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Nasrani. Persamaan dari istilah unik dari dua organisasi Islam besar di Indonesia itu lebih bernada “promotif” dari suatu fakta sosiologis menyejukkan mengenai relasi antaragama di Indonesia. Bisa dibilang kedua istilah tersebut adalah ekspresi kegembiraan dari hubungan antara umat Islam dengan pemeluk agama lain –direpresentasikan oleh Kristen–, yang sangat cair alias jauh dari ketegangan.

BACA JUGA: Kapan Varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuh) Lahir?

.

Seperti Sedulur tahu, dalam beberapa ilmu fiqih, warga Muhammadiyah dan NU kerap berbeda jalan. Muhammadiyah lahir sebagai gerakan tajdid atau pembaruan dan pemurnian mengusung misi utama membersihkan tauhid umat Islam. Muhammadiyah datang untuk membersihkan tauhid umat dari penyakit takhayul, bid’ah, dan kurafat (TBC). Sementara NU yang merupakan gerakan tradisionalis mengambil jalan yang lebih akomodatif terhadap praktik ibadah yang kerap bercampur dengan tradisi di masyarakat, khususnya Jawa, Hindu, dan Budha.

Contoh perbedaan yang melahirkan diskusi alot adalah praktik tahlilan dan tradisi nyekar ketika menjelang Ramadhan atau Lebaran yang merupakan praktik umum dalam tradisi NU. Sementara warga Muhammadiyah tidak mengenal tahlilan dan tidak mengkhususnya nyekar atau ziarah kubur menjelang Ramadhan atau Idul Fitri.

BACA JUGA: Asal Usul Tradisi Tahlilan dan Yasinan di Malam Jumat, Cara Wali Songo Dakwahkan Islam di Tanah Jawa

Contoh lain adalah penggunaan doa Qunut ketika sholat Subuh. Orang NU menganggap Sholat Subuh harus membaca doa Qunut, sementara warga Muhammadiyah tidak mengamalkan doa Qunut.

Munculnya Kristen Muhammadiyah dianggap provokatif bagi sebagian pihak, karena dinilai bisa menggoyangkan azas paling dasar dari misi dakwah Muhammadiyah sebagai gerakan tauhid. Pasalnya, Kristen Muhammadiyah terkesan peleburan dari praktik sinkretis Kristen dan Muhammadiyah. Padahal, Kristen Muhammadiyah bukan varian teologis, melainkan sekadar varian sosiologis tentang munculnya fenomena siswa atau mahasiswa yang beragama Kristen tetapi bersekolah atau kuliah di sekolah atau kampus milik Muhammadiyah.

BACA JUGA: Sholat Subuh tak Pakai Qunut, Muhammadiyah tidak Fatwakan Doa Qunut Bidah

Sebelum heboh Kristen Muhammadiyah, sempat muncul deklarasi NU Cabang Kristen, yaitu…


Muncul varian Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Kristen.

NU CABANG KRISTEN

Dilansir dari Antara, sebelumnya sempat heboh ketika NU lewat tokoh-tokohnya “mendeklarasikan” adanya NU Cabang gereja atau NU Cabang Kristen. Bahkan, kehebohan terhadap istilah itu menjurus pada penghakiman terhadap NU, organisasi yang didirikan Hadratusyech KH Hasyim Asy’ari itu.

Istilah NU Cabang Kristen sebetulnya ingin membuka kenyataan orang-orang Kristen, bahkan agama lainnya, merasa nyaman dengan NU, baik dari organisasi maupun perorangan. Mereka kemudian menjadi dekat dengan tokoh dan warga NU. Kaum non-Muslim mencintai NU atau di lingkungan santri dikenal sebagai “muhibbin” alias pecinta NU.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Gagal Dapat Salam Tempel dari Jamaah Gara-Gara Banser

.

Beberapa praktik pengayoman yang dilakukan NU dapat disaksikan ketika anggota Banser ikut menjaga gereja saat umat Kristen merayakan Natal dan hari besar lainnya. Bahkan, salah satu anggota organisasi badan otonom di NU itu sampai mengorbankan nyawanya ketika perayaan Natal di gereja di Mojokerto, Jawa Timur, diwarnai aksi peledakan bom.

Anggota Banser bernama Riyanto saat itu ikut menjaga sebuah gereja di Mojokerto. Saat itu dia menemukan sebuah bom di dalam gereja hingga akhirnya meninggal dunia setelah bom yang dipeluknya meledak pada 24 Desember 2020.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Grogi, Banser Terbalik Sebut Abdurrahman Saleh Mendarat di Bandara Abdurrahman Wahid

KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Ketua Umum PBNU menegaskan jika ada Banser yang berjaga di gereja, niatkan saja untuk mengamankan Indonesia. Karena itu, di internal NU sendiri tidak ada persoalan ketika anggota organisasi itu ikut mengamankan gereja saat umat Kristen merayakan Natal.

Bukan hanya di gereja, anggota Banser juga sudah terbiasa berbaur dengan umat Hindu di Bali. Sudah menjadi pemandangan lama jika anggota Banser bersama dengan pecalang atau kumpulan pengamanan secara adat di Pulau Dewata, bersama-sama mengamankan jalannya perayaan agama Hindu di Bali.

BACA JUGA: Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

Secara organisasi, di Bali juga ada perkumpulan, umumnya merupakan warga NU, yang bersahabat karib dan bersaudara dengan warga Hindu. Namanya Persaudaraan Hindu-Muslim Bali (PHMB) yang dimotori seorang pengagum Gus Dur dan tokoh di Denpasar Anak Agung Ngurah Agung.

Saking terbukanya NU dengan non-Muslim, di Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, ada pondok pesantren yang pengurusnya beragama Hindu. Pesantren Assiddiqiyah, Kabupaten Jembrana, memiliki pengurus beragama Hindu yang merupakan warga asli Bali. Pengurus pondok pesantren dan warga Hindu yang bersedia menjadi pengurus pesantren itu sama-sama memiliki motif untuk betul-betul mewujudkan rasa bersaudara dan hidup rukun, meskipun mereka berbeda iman.

Baca Juga: Momen Nyepi 2022, Gus Dur Titipkan Umat Islam di Bali kepada Raja dan Tokoh Hindu

.

BACA JUGA MENARIK LAINNYA:

> Asal Usul Tradisi Tahlilan dan Yasinan di Malam Jumat, Cara Wali Songo Dakwahkan Islam di Tanah Jawa

> Link Download GB WhatsApp, Gratis 30 Fitur Kece, Bebas Iklan, Anti-banned, Gampang Instal di HP

> Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

> Download Lagu MP3/MP4 Gratis Pakai MP3 Juices, Mudah Unduh Video YouTube, Cepat Save di Smartphone

> Alasan Warga Muhammadiyah Sholat Subuhnya tak Pakai Doa Qunut

> Link Download GB WhatsApp Terbaru Bertebaran, Klik yang Original di Sini, Dijamin Mudah, Cepat, Puas

> Madinah Geger, Muncul Pria Berwajah dengan Usapan Malaikat di Raudah Masjid Nabawi

> Download Minecraft PE 1.19.11 Versi Update, Gratis dan Legal

> Download dan Instal GB WhatsApp (GB WA) dari Chrome: Gratis, Fitur-Fitur Menariknya Bikin Tersenyum.

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Alasan Kenapa Warga Muhammadiyah tak Pernah Ikut Tahlilan

Tahlilan. Warga Muhammadiyah tidak menggelar tahlilan karena energinya digunakan untuk membangun umat. Foto: Republika

KURUSETRA — Salam Sedulur… Beberapa praktik ibadah warga Muhammadiyah dianggap berbeda dengan umat Islam di Indonesia. Salah satunya adalah tidak pernah ditemui warga Muhammadiyah menggelar acara tahlilan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Baik tahlilan hari pertama, ketiga, ketujuh, seratus, atau seribu. Kalau pun ada orang Muhammadiyah yang ikut tahlilan di rumah tetangganya, biasanya akan diam saja tanpa ikut membaca doa. Lantas apa alasannya warga Muhammadiyah tidak tahlilan?

“Di situlah uniknya orang Muhammadiyah, tidak tahlilan tetapi tetap bertahlil,” kata Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA.

BACA JUGA: Alasan Warga Muhammadiyah Sholat Subuhnya tak Pakai Doa Qunut

.

Penjelasan Dr Saad disampaikan saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (27/11/2021). Perayaan milad bertema Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.

Saad menjelaskan ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. Karena Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah.

“Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ucap Dr Saad.

BACA JUGA: Kapan Varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuh) Lahir?

Keragaman di Muhammadiyah menurut Dr Saad itu unik. Sebab jika diamati, warga Muhammadiyah tidak terlalu panjang ketika wiridan dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi. Selain itu, kata dia, warga Muhammadiyah juga tidak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil.

“Karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah,” kata dia.

BACA JUGA: Marbot Masjid Dikira Gila Gara-Gara Adzan Subuh Jam 9 Pagi, Soalnya Adzan Jam 5 Masjid Sepi

Mengapa orang Muhammadiyah dianggap berbeda. Menurut Dr Saat karena warga Muhammadiyah energinya juga digunakan untuk membangun umat. “Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaasnya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan,” kata dia.

Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren. “Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” kata Saad menjelaskan.

Warga Muhammadiyah berkomitmen masuk surga dengan berjihad…


Tahlilan. Warga Muhammadiyah tidak menggelar tahlilan karena energinya digunakan untuk membangun umat. Foto: Republika

Warga Muhammadiyah Komitmen Berjihad

Saad Ibrahim mengajak umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah bersama-sama merenungkan perjalanan panjang ormas yang didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut. “Allah berikan kekuatan kepada kita semuanya menjadi hamba-Nya yang tindakan, perilaku dan gerak kita itu ditolong dan dituntun oleh Allah,” kata dia.

Selain itu, dia berharap Muhammadiyah juga diberikan kekuatan oleh Allah untuk berkomitmen secara penuh. “Itu karena kita ditegur oleh Allah melalui Surah Ali Imran 142 dan al-Baqarah 214. Intinya ialah jangan pernah kalian mengira akan masuk surga jika kalian tidak berjihad, jika kalian tidak konsisten dalam jihad kalian, dan jika kalian belum merasakan kepedihan kepenatan penderitaan sebagimana menimpa nabi dan orang-orang yang bersamanya,” ucap dia.

“Maka,” kata Dr Saad melanjutkan, “komitmen bermuhammadiyah ini wasilah bagi kita untuk berjihad. Berjihad dalam arti yang luas. Mendirikan rumah sakit dan perguruan tinggi serta yang lainnya adalah bagian dari berjihad itu.”

.

BACA JUGA: Perbedaan dan Persamaan Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) dengan NU Cabang Kristen

Maka komitmen inilah yang terus menerus harus dipegang. “Agar kita tidak termasuk orang yang ditegur oleh Allah am hasibtum an tadkhulul jannah dan seterusnya,” kata dia.

Saad Ibrahim merasakan pada peringatan milad ke-109 ini Muhammadiyah sangat ditolong oleh Allah SWT. Organisasi ini diberikan oleh Allah kekuatan.

“Bahkan dalam banyak hal dia menyimpulkan bagian persemaian dari The Golden Age of Moslem History itu adalah persemaian yang sengaja ditanam oleh Allah di bumi Indonesia ini,” ujarnya.

BACA JUGA: Kenapa Indonesia Jadi Negara Pancasila Bukan Negara Islam? Ini Kata Gus Dur Menurut NU-Muhammadiyah

Alasan mengapa orang Muhammadiyah Sholat Subuh tidak membaca doa Qunut…


Orang Muhammadiyah sholat Subuh tidak pakai doa Qunut.

Orang Muhammadiyah Sholat Subuh tak Pakai Doa Qunut

Salah satu perbedaan fiqih antara orang NU dan warga Muhammadiyah adalah pemakaian doa qunut ketika sholat Subuh. Warga Muhammadiyah tidak akan membaca doa Qunut ketika Sholat Subuh, sementara orang NU sudah pasti membaca doa qunut. Namun KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha menyatakan perbedaan fiqih tersebut adalah hal yang biasa dalam Islam.

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA ini menyebut perbedaan NU dan Muhammadiyah hanya berbeda pandangan fiqih seperti qunut dalam Sholat Subuh. Muhammadiyah, kata Gus Baha, mengikuti pendapat fiqih Imam Abu Hanifah yang tidak qunut subuh, sedangkan NU mengikuti pendapat Imam Syafi’i yang qunut subuh.

“Kita juga sepakat dengan ilmunya, kita tahu Imam Abu Hanifah itu tidak qunut, Imam Syafi’i itu qunut. Tidak qunut itu mazhabnya Imam Abu Hanifah bukan mazhabnya Mbah Ahmad Dahlan, kita (NU) qunut mazhabnya Imam Syafi’i bukan mahzhabnya Mbah Hasyim,” kata Gus Baha dalam satu ceramahnya.

.

BACA JUGA: Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

Gus Baha berpendapat, gesekan-gesekan antara NU dan Muhammadiyah karena membawa identitas dalam memandang perbedaan. Padahal menurut Gus Baha tokoh-tokoh terdahulu dua ormas mengedepankan dialog ilmu, sehingga saling memahami perbedaan.

“Dulu itu tidak ada masalah, karena semua dianalisis dengan ilmu. Sekarang pakai identitas, tidak qunut itu Muhammadiyah, yang qunut itu NU. Kan jadi repot. Dulu itu kita pengagum NU, bukan pengagum perbedaan,” ucap Gus Baha.

Muhammadiyah dan NU bangkitkan peradaban Islam…


Muncul varian Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Kristen.

Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Kristen

Muhammadiyah menjadi buah bibir dalam sepekan terakhir menyusul munculnya varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuha). Namun sebelum heboh soal Kristen Muhammadiyah, ormas islam Nahdlatul Ulama (NU) sudah lebih dahulu memperkenalkan istilah NU Cabang Nasrani.

Kristen tetapi Muhammadiyah atau NU tetapi Nasrani? Begitu pertanyaan berbasis logika yang mungkin muncul ketika mendengar atau membaca frasa Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Nasrani. Persamaan dari istilah unik dari dua organisasi Islam besar di Indonesia itu lebih bernada “promotif” dari suatu fakta sosiologis menyejukkan mengenai relasi antaragama di Indonesia. Bisa dibilang kedua istilah tersebut adalah ekspresi kegembiraan dari hubungan antara umat Islam dengan pemeluk agama lain –direpresentasikan oleh Kristen–, yang sangat cair alias jauh dari ketegangan.

BACA JUGA: Kapan Varian Kristen Muhammadiyah (KrisMuh) Lahir?

.

Seperti Sedulur tahu, dalam beberapa ilmu fiqih, warga Muhammadiyah dan NU kerap berbeda jalan. Muhammadiyah lahir sebagai gerakan tajdid atau pembaruan dan pemurnian mengusung misi utama membersihkan tauhid umat Islam. Muhammadiyah datang untuk membersihkan tauhid umat dari penyakit takhayul, bid’ah, dan kurafat (TBC). Sementara NU yang merupakan gerakan tradisionalis mengambil jalan yang lebih akomodatif terhadap praktik ibadah yang kerap bercampur dengan tradisi di masyarakat, khususnya Jawa, Hindu, dan Budha.

Contoh perbedaan yang melahirkan diskusi alot adalah praktik tahlilan dan tradisi nyekar ketika menjelang Ramadhan atau Lebaran yang merupakan praktik umum dalam tradisi NU. Sementara warga Muhammadiyah tidak mengenal tahlilan dan tidak mengkhususnya nyekar atau ziarah kubur menjelang Ramadhan atau Idul Fitri.

BACA JUGA: Asal Usul Tradisi Tahlilan dan Yasinan di Malam Jumat, Cara Wali Songo Dakwahkan Islam di Tanah Jawa

Contoh lain adalah penggunaan doa Qunut ketika sholat Subuh. Orang NU menganggap Sholat Subuh harus membaca doa Qunut, sementara warga Muhammadiyah tidak mengamalkan doa Qunut.

Munculnya Kristen Muhammadiyah dianggap provokatif bagi sebagian pihak, karena dinilai bisa menggoyangkan azas paling dasar dari misi dakwah Muhammadiyah sebagai gerakan tauhid. Pasalnya, Kristen Muhammadiyah terkesan peleburan dari praktik sinkretis Kristen dan Muhammadiyah. Padahal, Kristen Muhammadiyah bukan varian teologis, melainkan sekadar varian sosiologis tentang munculnya fenomena siswa atau mahasiswa yang beragama Kristen tetapi bersekolah atau kuliah di sekolah atau kampus milik Muhammadiyah.

BACA JUGA: Sholat Subuh tak Pakai Qunut, Muhammadiyah tidak Fatwakan Doa Qunut Bidah

Sebelum heboh Kristen Muhammadiyah, sempat muncul deklarasi NU Cabang Kristen, yaitu…


Muncul varian Kristen Muhammadiyah dan NU Cabang Kristen.

NU CABANG KRISTEN

Dilansir dari Antara, sebelumnya sempat heboh ketika NU lewat tokoh-tokohnya “mendeklarasikan” adanya NU Cabang gereja atau NU Cabang Kristen. Bahkan, kehebohan terhadap istilah itu menjurus pada penghakiman terhadap NU, organisasi yang didirikan Hadratusyech KH Hasyim Asy’ari itu.

Istilah NU Cabang Kristen sebetulnya ingin membuka kenyataan orang-orang Kristen, bahkan agama lainnya, merasa nyaman dengan NU, baik dari organisasi maupun perorangan. Mereka kemudian menjadi dekat dengan tokoh dan warga NU. Kaum non-Muslim mencintai NU atau di lingkungan santri dikenal sebagai “muhibbin” alias pecinta NU.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Gagal Dapat Salam Tempel dari Jamaah Gara-Gara Banser

.

Beberapa praktik pengayoman yang dilakukan NU dapat disaksikan ketika anggota Banser ikut menjaga gereja saat umat Kristen merayakan Natal dan hari besar lainnya. Bahkan, salah satu anggota organisasi badan otonom di NU itu sampai mengorbankan nyawanya ketika perayaan Natal di gereja di Mojokerto, Jawa Timur, diwarnai aksi peledakan bom.

Anggota Banser bernama Riyanto saat itu ikut menjaga sebuah gereja di Mojokerto. Saat itu dia menemukan sebuah bom di dalam gereja hingga akhirnya meninggal dunia setelah bom yang dipeluknya meledak pada 24 Desember 2020.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Grogi, Banser Terbalik Sebut Abdurrahman Saleh Mendarat di Bandara Abdurrahman Wahid

KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Ketua Umum PBNU menegaskan jika ada Banser yang berjaga di gereja, niatkan saja untuk mengamankan Indonesia. Karena itu, di internal NU sendiri tidak ada persoalan ketika anggota organisasi itu ikut mengamankan gereja saat umat Kristen merayakan Natal.

Bukan hanya di gereja, anggota Banser juga sudah terbiasa berbaur dengan umat Hindu di Bali. Sudah menjadi pemandangan lama jika anggota Banser bersama dengan pecalang atau kumpulan pengamanan secara adat di Pulau Dewata, bersama-sama mengamankan jalannya perayaan agama Hindu di Bali.

BACA JUGA: Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

Secara organisasi, di Bali juga ada perkumpulan, umumnya merupakan warga NU, yang bersahabat karib dan bersaudara dengan warga Hindu. Namanya Persaudaraan Hindu-Muslim Bali (PHMB) yang dimotori seorang pengagum Gus Dur dan tokoh di Denpasar Anak Agung Ngurah Agung.

Saking terbukanya NU dengan non-Muslim, di Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, ada pondok pesantren yang pengurusnya beragama Hindu. Pesantren Assiddiqiyah, Kabupaten Jembrana, memiliki pengurus beragama Hindu yang merupakan warga asli Bali. Pengurus pondok pesantren dan warga Hindu yang bersedia menjadi pengurus pesantren itu sama-sama memiliki motif untuk betul-betul mewujudkan rasa bersaudara dan hidup rukun, meskipun mereka berbeda iman.

Baca Juga: Momen Nyepi 2022, Gus Dur Titipkan Umat Islam di Bali kepada Raja dan Tokoh Hindu

.

BACA JUGA MENARIK LAINNYA:

> Asal Usul Tradisi Tahlilan dan Yasinan di Malam Jumat, Cara Wali Songo Dakwahkan Islam di Tanah Jawa

> Link Download GB WhatsApp, Gratis 30 Fitur Kece, Bebas Iklan, Anti-banned, Gampang Instal di HP

> Apa Itu Kristen Muhammadiyah (KrisMuha)?

> Download Lagu MP3/MP4 Gratis Pakai MP3 Juices, Mudah Unduh Video YouTube, Cepat Save di Smartphone

> Alasan Warga Muhammadiyah Sholat Subuhnya tak Pakai Doa Qunut

> Link Download GB WhatsApp Terbaru Bertebaran, Klik yang Original di Sini, Dijamin Mudah, Cepat, Puas

> Madinah Geger, Muncul Pria Berwajah dengan Usapan Malaikat di Raudah Masjid Nabawi

> Download Minecraft PE 1.19.11 Versi Update, Gratis dan Legal

> Download dan Instal GB WhatsApp (GB WA) dari Chrome: Gratis, Fitur-Fitur Menariknya Bikin Tersenyum.

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.