
KURUSETRA — Salam Sedulur… Rakyat Prancis tengah berduka setelah tim nasionalnya kalah di babak final Piala Dunia 2022 Qatar. Prancis kalah dari Argentina setelah bermain imbang 3-3 dalam waktu 120 menit. Namun, tahukah Sedulur, ternyata bukan hanya Argentina saja yang bikin Prancis hancur lebur. Indonesia ternyata pernah membuat Prancis menjadi pecundang karena kalah perang dari Belanda. Kok bisa?
Sedulur perlu tahu, Prancis pernah menjajah Indonesia selama lima tahun, dari 5 Januari 1808 hingga 18 September 1811. Setelah itu kekuasaan Indonesia berada di tangan Inggris pada 1811 sampai 1815, sebelum akhirnya Negeri Ratu Elizabeth itu mengembalikan kekuasaan wilayah Indonesia kepada Belanda pada 1815.
BACA JUGA: Bela Argentina atau Prancis di Final Piala Dunia 2022? Ingat Prancis Pernah Menjajah Indonesia Lho
Eropa saat itu hancur karena peperangan yang disulut Napoleon. Sebuah penaklukan dan revolusi yang menggeser politik, hubungan, dan dinamika di antara kekaisaran dan negara Eropa, yang berdampak pada koloni mereka di Timur Jauh.
Prancis berkuasa lewat perantara. Masa kolonial Prancis di Hindia Belanda (kini Indonesia) dimulai ketika kekuasaan Kerajaan Belanda di Eropa tunduk kepada Kekaisaran Prancis pimpinan Napoleon Bonaparte. Bahkan, Napoleon menunjuk keponakannya Lodewijk Napoleon untuk menjadi Raja Belanda yang kemudian diganti menjadi Republik Batavia.
BACA JUGA: Kisah Pergundikan Pria Belanda dengan Nyai Pribumi, Lahirlah Anak Blasteran Indo-Eropa
Belanda di bawah Napoleon Bonaparte pada 1806, mengawasi Republik Batavia menjadi Persemakmuran Batavia dan kemudian dibubarkan dan digantikan oleh Kerajaan Hollandia, sebuah kerajaan boneka Prancis yang diperintah Louis Bonaparte. Akibatnya Hindia Timur selama masa tersebut diperlakukan sebagai koloni Prancis proksi, diperintah melalui perantara Belanda.
Prancis yang membutuhkan uang dan SDM untuk membiayai perang, memanfaatkan negara-negara yang sudah ditaklukkannya untuk mengekspansi seluruh Benua Biru. Termasuk wilayah yang menjadi jajahan negara-negara yang sudah ditaklukkan Prancis. Salah satunya Belanda yang punya wilayah kekuasaan di Hindia Belanda.
BACA JUGA: Cuci Mata Nonton Cewek Blasteran Indo Belanda Main Basket di Lapangan Banteng

LAPANGAN SINGA DAN LETUSAN TAMBORA
Jejak Prancis di Nusantara bermula sejak perusahaan kongsi dagang Belanda (VOC) dinyatakan bangkrut pada 1800. Akibatnya, aset-aset VOC yang meliputi pelabuhan laut, gudang, benteng, permukiman, tanah, dan perkebunan di Hindia Timur dinasionalisasi Pemerintah Belanda.
Koloni Prancis itu berpusat di Batavia. Belanda menguasai sebagian besar Jawa (kecuali wilayah pedalaman negeri Vorstenlanden Mataram dan Banten), menaklukkan pesisir Sumatra Barat, menggulingkan bekas koloni Portugis di Malaka, Maluku, Sulawesi Selatan dan Utara, juga di Timor Barat. Di antara penguasaan Belanda ini, Jawa adalah yang paling penting, karena produksi tanaman keras dan perkebunan yang dikuasai Belanda berada di sana. Nah salah satu jejak Prancis di Batavia atau Jakarta ada di Lapangan Banteng.
BACA JUGA: Inggris dan Belanda Berperang untuk Perebutkan Pulau Jawa
Sebelum bersalin nama menjadi Lapangan Banteng, lahan seluas 5,2 hektare area itu punya berbagai sebutan. Di era kolonial, lapangan itu disebut sebagai Lapangan Singa. Penyebabnya karena di tengah-tengah lapangan itu berdiri sebuah tugu dengan patung singa berdiri di atasnya.
Tugu peringatan itu berdiri sebagai peringatan kemenangan Belanda melawan Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte dalam pertempuran Waterloo yang terjadi pada 18 Juni 1815 di dekat Kota Waterloo, sekitar 15 km ke arah selatan dari ibu kota Belgia, Brussels. Itu adalah pertempuran terakhir Napoleon saat dikeroyok pasukan gabungan Inggris-Belanda-Jerman.
BACA JUGA: "Perang Salib" Pecah di Pelabuhan Sunda Kalapa Saat Kerajaan Demak-Cirebon Usir Portugis
Dalam catatan sejarah, perang itu sebagai perang pamungkas dari seratus hari sejak larinya Napoleon dari pengasingannya di pulau Elba. Untuk mengejek kekalahan Napoleon, Belanda menyebut lapangan itu sebagai Waterloo Plein.
Di sini kehancuran Prancis dimulai. Dan Indonesia mempunyai andil yang sangat besar terhadap runtuhnya kekuasaan Prancis di Eropa.
BACA JUGA: Kisah Perang Saudara dalam Kesultanan Banten di Balik Asal Usul Ragunan
Indonesia punya andil dalam kekalahan Napoleon dan pasukannya. Kaisar Prancis dan bala tentaranya yang menaklukkan hampir seluruh dataran Eropa itu akhirnya bertekuk lutut dalam pertempuran Waterloo karena cuaca yang tidak bersahabat, hujan debu.
Saat itu Kekaisaran Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte saat itu sedang melakukan perang di Belgia. Namun, Napoleon mengalami kekalahan terhadap negara sekutu yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman, akibat cuaca ekstrem dampak gunung Tambora. Erupsi Gunung Tambora di Pulau Sumbawa menewaskan sekitar 100 ribu orang, dua bulan sebelum pertempuran.
BACA JUGA: Download GB WA (WhatsApp GB) Gratis Pakai Google Chrome: Banyak Update Fitur-Fitur Seru
Letusan Gunung Tambora itu juga berdampak pada penurunan suhu global yang membuat gagal panen serta kelaparan. Karena fenomena alam itu, periode tersebut dijuluki "Tahun Tanpa Musim Panas". Kekalahan Napoleon pun membuat jalannya sejarah berubah haluan. Penyebabnya karena abu vulkanik Gunung Tambora yang diletuskan ke angkasa menutupi cahaya matahari, sehingga terjadi penurunan suhu hingga 0,7 derajat celcius.
Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Letusan ini dimulai pada 10 April 1815, diikuti enam bulan sampai tiga tahun meningkatnya kepulan dan letusan freatik kecil.
BACA JUGA: Gus Dur Bicara Kekalahan Argentina di Piala Dunia
Bumbungan letusan Gunung Tambora menurunkan suhu global, dan beberapa ahli percaya hal ini menyebabkan pendinginan global dan kegagalan panen di seluruh dunia pada tahun berikutnya, kadang dikenal sebagai tahun tanpa musim panas.
Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkan sulfur ke stratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global. Perubahan iklim disalahkan sebagai penyebab wabah tifus di Eropa Tenggara dan Laut Tengah bagian timur antara 1816 dan 1819. Banyak ternak mati di New England selama musim dingin tahun 1816-1817.
BACA JUGA: SssTikTok: Download Video TikTok Mudah dan Gratis tanpa Perlu Instal Aplikasi di HP
Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen di Kepulauan Britania. Keluarga-keluarga di Wales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata di Irlandia utara dan barat daya karena gandum, haver dan kentang mengalami gagal panen.
Krisis terjadi di Jerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota di Eropa. Ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19. Keadaan ini membuat berbagai negara mengalami kegagalan panen dan menciptakan kelaparan besar dan dilanda berbagai macam penyakit.
.
TONTON VIDEO PILIHAN:
.
BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> SssTikTok: Download Video Gratis dari TikTok, Aman dari Virus, Hasil Video Bebas Watermark dan HD
> Download Lagu Pakai Y2Mate Gratis dari YouTube, Gampang, Cepat, Dijamin Aman
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Download GB WhatsApp Versi November 2022: Gampang, Cepat, Gratis, Nikmati Sederet Fitur Update
> Download Minecraft PE 1.19.11 Versi Terbaru, Legal dan Gratis Nikmati Fitur Update Terbaru
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> SssTikTok: Download Video TikTok tanpa Watermark, Gratis, Mudah Video Langsung Save di HP
> Jadwal Ganjil-Genap Kawasan Puncak Bogor Akhir Pekan November 2022
> SnapTik: Gratis Download Video TikTok tanpa Instal Aplikasi, Mudah Bebas Watermark, Kualitas HD
> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu Indonesia, Barat, Korea, Gampang dan Cepat
> Download GB WhatsApp Gratis dari Google Chrome: Gampang, Anti-banned, Banyak Fitur Rancak
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
