
KURUSETRA — Salam Sedulur… Orang Belanda dikenal sangat gila bola. Mereka memiliki kelebihan fisik karena postur tubuhnya tinggi-tinggi.
Di Jakarta pada 1950-an banyak perkumpulan sepak bola Belanda. Seperti VIOS yang memiliki lapangan di Stadion Menteng dan kini menjadi Lapangan Persija, di samping BVC, Hercules, dan Oliveo.
BACA JUGA: Cerita di Balik Istilah Mata Keranjang, Gara-Gara Noni Belanda Bercelana Pendek Saat Main Basket
Karenanya, banyak istilah bola yang berasal dari Belanda, seperti trekbal, losbal, 12 pas passen, dan kini penalti. Dobrak doorgebraakt, senterpoor center voor), atau penyerang tengah.
Bahkan Hindia Belanda punya Timnas yang mewakili Hindia Belanda yang berada dalam asosiasi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Tim Nasional Sepak Bola Hindia Belanda ini ikut dalam kompetisi internasional dari tahun 1938 sampai tahun 1947.
BACA JUGA: Download Video Youtube Ubah Jadi Lagu (MP3) Pakai MP3 Juice: Mudah, Cepat, dan Gratis
Pertandingan pertama dimainkan Mei 1934 di turnamen sepak bola Far Eastern Championship Games. Setelah kemenangan besar 7-1 atas Jepang, mereka dua kali kalah berturut-turut: 0-2 melawan Cina dan 2-3 melawan Filipina.
Hindia Belanda pada tahun 1938 menjadi tim Asia pertama yang lolos ke Piala Dunia. Mereka bermain hanya satu pertandingan, dimana mereka kalah 6-0 atas Hongaria.
BACA JUGA: Ketua Muhammadiyah: Kalau Semua Amal Dipamerkan di Medsos, Malaikat Raqib dan Atid Tugasnya Apa?
Setelah Perang Dunia II dan dekolonisasi pada tahun 1947, timnas sepak bola Hindia Belanda secara resmi tidak ada lagi dan dilanjutkan oleh tim sepak bola Indonesia.
Sebelum 1958, saat hubungan RI-Belanda putus dan warga Belanda/Indo kembali ke Nederland, banyak di antara mereka merupakan pemain yang tangguh. Seperti kiper Van der Vin, yang pernah menahan penalti penyerang Uni Soviet kala itu.
BACA JUGA: Profil Marcel Pesulap Merah yang Berseteru dengan Gus Samsudin karena Bongkar Trik "Kesaktian" Dukun
Ada Van Der Berg yang merupakan bek kiri yang sukar dilewati. Atau Boelard van Tijl yang tendangannya tidak kalah dengan David Beckham hingga sulit dibendung lawan. Kala itu, seperti layaknya Liga Eropa, tiap kesebelasan punya divisi utama, divisi satu, sampai divisi empat. Salah satu klub paling bersejarah di Jakarta adalah Persija.
Sejarah Persija Jakarta…. Baca di halaman selanjutnya…

SEJARAH PERSIJA
Didirikan oleh Soeri dan Alie pada 28 November 1928, Persija Jakarta menjadi salah satu klub tertua di Indonesia. Sebelum bersalin nama menjadi Persija pada 1950, klub ini dulunya bernama Voetballbond Indonesia Jacatra (VIJ) yang dipengaruhi Belanda di era kolonial.
Setelah menetapkan basis di Jakarta Pusat, Jusuf Jahja menjadi ketua dari Persija di medio 1950-an. Saat itu Persija dihuni pemain spek dewa, seperti Tan Liong Houw, Chris Ong, Thio Him Tjiang, Van der Vin hingga Van der Berg.
BACA JUGA: VIDEO: Anies Baswedan Sindir "Nyanyian" Giring Ganesha PSI
Persija adalah satu dari tujuh klub pendiri PSSI pada 19 April 1930. Enam klub lainnya adalah Persebaya, Persib, PSM Madiun, PSIM Yogyakarta, Persis Solo, dan PPSM Magelang. Persija sudah ikut kompetisi sejak zaman sebelum kemerdekaan dengan nama VIJ dan mengoleksi empat gelar di era tersebut.
ERA PERSERIKATAN
Taji Persija semakin mengganas ketika memasuki era Perserikatan. Persija menjadi klub yang disegani setelah menjadi jawara lima kali pada 1964, 1973, 1975, serta 1979. Di tahun 1975, Persija menjadi juara bersama PSMS Medan lantaran pertandingan final harus diakhiri karena terjadi keributan.
ERA PROFESIONAL
Masa kejayaan Persija sempat turun ketika memasuki era profesional menyusul kesulitan finansial. Persija yang tak lagi mendapatkan suntikan dana dari APBD membuat para pemain pernah mengalami telat mendapatkan gaji.
Gelar pertama yang didapatkan Persija di era profesional ada di musim 2001. Saat itu Persija dihuni pemain-pemain kelas wahid, seperti Nuralim, Joko Kuspito, Antonio Claudio, Anang Maruf dan Budiman di lini pertahanan. Sementara penjaga gawang dihuni Mbeng Jean.
BACA JUGA: Gus Baha: Orang Inggris Kenal Islam Lewat Moh Salah, Bukan Kiai
Pengatur ritme lapangan tengah Persija saat itu dihuni Agus Supriyanto, Luciano Leandro, dan Imran Nahumarury. Trio ini menyokong duet maut kala itu, Gendut Doni dan Bambang Pamungkas. Namun, yang paling ditakuti di lini serang Persija adalah kehadiran Widodo Cahyono Putro.
Di partai final Persija yang saat itu dilatih Sofyan Hadi, menang melawan PSM Makassar dengan skor akhir 3-2. Saat itu PSM Makassar juga bukan klub kaleng-kaleng karena diisi pemain-pemain jempolan seperti Kurniawan Dwi Yulianto serta Miro Baldo Bento yang masing-masing mencetak gol satu gol dalam laga final. Sementara Gelar kedua Persija di Liga 1 pada era modern didapatkan pada 2018.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.
